37. Kita Sama

52 7 0
                                    

37. Kita Sama

Gemilang wajah Arion terbayang di pikiran Freya tatkala jemarinya menyentuh kaca pembatas makanan. Tak ada senyum yang bersemat pada bibir tipisnya itu, hanya matanya saja yang menyipit memerhatikan pisang baluran cokelat. Freya suka tatkala Arion menoleh padanya, lalu terpaan angin menyerbakkan rambut lurus setelinga itu. Lambaian angin akan membawa semerak harum parfum tubuhnya yang Freya ingat semenjak pertama kali mereka bertemu. Ingatan itu pun sampai pada detik ini, tepat tatkala Arion berada di sampingnya.

Pria itu membiarkan dirinya untuk memilih makanan. Berkat Freya suka makanan manis, mereka akhirnya tiba di salah satu penjaja pisang cokelat yang ada di taman. Sempat berdebat memilih makanan pedas atau manis, akhirnya Arion mengalah terhadap Freya, dengan syarat dirinya yang memilih minuman. Cukup adil bukan untuk perdebatan kecil itu? Hingga Freya tak sabar mencicipi manisnya pisang dengan cream vanilla tatkala melebur di lidahnya.

Benarkah ini yang disebut dengan kencan? Lalu bagaimana kencan pertamanya tak dengan orang yang ia cinta? Lani pernah berkata pada Freya bahwasanya kencan merupakan hal yang paling penting oleh pasangan. Namun, Freya dan Arion bukanlah pasangan, mereka hanya teman biasa yang selalu saja tak sengaja bertemu. Lani pernah beberapa kali diajak jalan keluar oleh anggota basket sekolah itu, lalu wanita itu selalu menceritakan perasaan berbunga-bunga tatkala bersanding berdua dengan orang yang ia cintai.

Andai saja Arion merupakan Raka, mungkin dirinya wanita yang paling beruntung saat ini. Mereka akan berjalan berdua di taman sembari memegang kudapan yang akan dinikmati berdua, lalu duduk di kursi-kursi tenang demi memadu rindu masing-masing. Setiap mereka yang melihat mereka akan merasakan kecemburuan dan keinginan untuk menemukan pasangan segera. Tatkala senyum kekasih itu terpancar, dibalas dengan hal yang sama. Tangan saling bergenggaman, berjanji akan terus bersama.

Imanjinasi Freya itu terhenti tatkala tangan Arion meminta Freya memegang wadah kotak pisang cokelat vanilla itu. Lani pernah berkata sebelumnya bahwasanya pasangan kencan akan membayar apa saja yang dibeli, tetapi tidak dengan kali ini. Apakah Arion tidak peka atau Freya yang sadar diri,  akhirnya Freya memutuskan untuk membayar masing-masing, meskipun Arion yang mengajaknya makan. Kemudian, mereka duduk di atas rumput taman sembari memanjangkan kaki, ditemani oleh suara anak-anak yang bermain.

“Lo cewek kedua yang makan berdua dengan gue,” ucap Arion tiba-tiba.

Freya menoleh dengan cepat. “Lo menyukai orang lain dan lo makan dengan cewek yang lain lagi. Apakah itu moral?”

“Bukan masalah moral atau enggak, lo itu berbeda dengan yang lain. Maksud gue, sama halnya dengan Dinda. Anak itu selalu sama gue ke mana-mana. Mungkin, dia satu-satunya teman yang gue punya sebelum gue ketemu lo.”

“Hmmm ... kadang entahlah.” Freya mengambil napas panjang. “Lo berbeda di satu sisi, lalu menjadi orang lain di sisi yang lain. Maksud gue, lo pendiam banget di sekolah, bahkan sama temen-temen di club. Tapi, ketika lo sama gue, lo malah terbuka kaya udah kenal lama.”

Arion tersenyum tipis menatapnya. Ia sudah menduga Freya akan berpikir seperti itu. “Gue hanya memilih orang tertentu yang bisa gue jadiin teman. Selain itu, gue sebenarnya enggak bisa nyambung gitu aja dengan orang baru. Mungkin gue bermasalah secara sosial.”

“Hahah ... emang iya. Lo itu asosial, tahu?” Freya tertawa pelan. “Tapi, seharusnya lo berteman dengan siapa aja. Banyak teman itu menyenangkan, walaupun sulit buat orang kaya kita.”

“Enggak, bagi gue teman itu adalah teman yang benar-benar cocok buat kita. Masalah banyaknya, gue enggak terlalu penting. Gue enggak masalah punya satu atau dua teman, tetapi gue merasa cocok.”

“Gue pengen punya banyak teman karena gue enggak mau kesepian. Kalau lo milih gue sebagai teman, alasannya kenapa?” tanya Freya.

Mulut Arion penuh dengan pisang cokelat vanila yang ia gigit hingga pipinya menggembung. Suaranya sedikit terdengar samar. “Pertama, lo kelihatan enggak punya temen, gue kasian karena hal itu. Kedua, lo mandiri enggak kaya cewek-cewek manja di sekolah. Ketiga yang paling penting, lo bukanlah orang yang melibatkan perasaan.”

“Maksud lo melibatkan perasaan?”

Arion mengangguk. “Gue merasa lo enggak bakalan suka dengan pria yang jadi teman lo, karena lo tahu bedanya antara teman dan gebetan. Gue pun begitu. Lagian, kita juga udah punya orang yang disukai masing-masing.”

Freya tertegun dengan kalimat itu. Meskipun nanti ia selalu bersama Arion, bagaimana ia bisa pindah kelain hati karena saking besarnya cinta yang tertanam kepada Raka. Arion orang yang baik, ia ramah kepada Freya sehingga tidak mungkin bisa ada terbesit untuk menghancurkan hubungan perteman itu dikarenakan cinta. Sebagaimana ia berteman dengan Dinda, seperti itu pula dirinya kepada Arion.

***




Anantara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang