57. Menghentikan Rasa

59 8 0
                                    

57. Menghentikan Rasa

Sentuh tangan Arion tidak ingin dilepas. Rasanya nyaman ia berikan pagi ini dengan berbicara mengenai awalan pagi yang dimulai. Semotor berdua seperti harmoni lembut biola yang bernaung di sebuah orkestra, setiap detik begitu berharga dan bermakna. Ia layaknya seperti gadis-gadis di sekolah, di kala seorang kekasih turun berdua di parkiran. Setelah sebelumnya ia selalu iri dengan melihat di atas sepeda, kini ia berharap tidak membuat orang lain iri dengan romantisme yang sedang mereka bawakan.

Mungkin saja orang bertanya-tanya mengapa bisa seorang Freya turun di motor Arion. Arion bukanlah orang yang selalu membawa kendaraan. Pria itu selalu berjalan kaki dari bus ke bus. Namun, ia setidaknya ingin memulai hubungan mereka dengan yang lain. Mungkin saja perasaan cinta belum mendasari, tetapi Freya tetaplah pacarnya sendiri. Arion menghargai hal itu dan akan memperlakukan Freya seperti kekasih sesungguhnya. Ia tidak bisa melepas fakta bahwasanya Freya akan mengisi hari-harinya nanti. Di kala sedih melanda, ia akan selalu bercerita. Tatkala bahagia menghampiri, ia ingin berbagi. Kenyamanan itu di atas rasa cinta dan suka.

Tangan mereka terlepas tatkala berpisah di belokan koridor. Senyum Arion memerahkan wajah Freya. Beginikah rasanya memiliki seorang pacar? Penuh rasa kagum dan dada yang berdebar setiap kali belaian tangan dan senyumnya yang menawan. Ia pun merasa beruntung, ada banyak orang yang menyukai Arion, tetapi kandas begitu saja dengan sikap Arion yang dingin. Namun, dirinya diizinkan pria itu untuk menjadi seorang kekasih. Freya tinggal menunggu rasa itu datang hingga hubungan ini parpurna adanya.

Langkah Freya terhenti di depan pintu kelas. Raka menunggunya di sana, menatap Freya sejak dari kejauhan. Setiap kali ia memandang Raka akhir-akhir ini, tidak lain merupakan tatapan patah hati. Ia ingin menjauh dari pria itu, setidaknya masih menganggap Raka sebagai teman sekelas, ketua club, tidak lebih dari itu.

“Gue pengen masuk ....” Freya melewati Raka.

Tanpa diduga, Raka menahan tangan Freya. “Lo pergi sama Arion?”

“Iya, dia jemput gue pagi-pagi. Emangnya ada apa?” Freya segera melepaskan tangan Raka.

“Hmm ... enggak biasanya Arion bawa motor dan ngejemput seorang cewek.”

“Itu sangat tidak adil ketika lo ngebonceng seorang cewek disebut wajar dan Arion tidak boleh,” balas Freya dengan sinis.

Mata Raka memicing. “Hey, jawaban apa itu? Gue enggak ada maksud buat ngerendahin Arion. Dia juga berhak berteman dengan wanita.”

“Oke, kalau begitu. Gue mau ke kursi gue dulu.”

Rasa curiga pun Raka rasakan. Bukan maksud dirinya untuk meremehkan Arion. Rasanya ia lebih tahu Arion daripada setiap orang di sekolah ini karena ia sudah berteman sejak lama. Dengan segala sikap pasif dan pendiam Arion, sebenarnya Raka tahu bahwasanya Arion memiliki lingkungan pertemanan yang luas. Ia memiliki banyak kepandaian, dari sana pula ia mendapatkan teman. Namun, untuk hubungan dengan seorang wanita, ia belum pernah mendapati Arion seperti itu.

Rahasia tetaplah rahasia. Mereka menyembunyikan hubungan itu dari orang lain, kecuali orang-orang yang tidak sengaja mengetahuinya. Arion tidak peduli jika Adit akan sakit hati, meskipun Adit merupakan seorang gitaris band yang sedang mereka bangun. Hanya saja, tidak ada pembahasan mengenai hal tersebut ketika mereka bertemu. Tetap saja Arion bermain gitar ketika mereka berlatih di studio pribadi mereka.

Namun, Arion tidak bisa menyembunyikan rahasia itu dari Karin sendiri. Benar ia patah hati dan ia ingin melihat Karin merasakan hal yang sama. Hanya saja, ia terlalu kecewa tatkala Karin bersikap biasa-biasa saja tanpa ada perasaan sedikit pun. Sudah ia pastikan, tiada ada rasa yang bergelora seperti dulu, tatkala Karin masih memandang Arion sebagai seorang kekasih.

“Rumornya kalian pacaran?” tanya Karin secara tiba-tiba.

Jemari Arion berhenti memainkan gitar untuk berlatih. Sunyi senyap kembali berbunyi di ruangan seni sekolah.

“Freya? Dia wanita yang baik dan cantik. Meskipun ia enggak dikenal seperti lo.”

“Lo bermaksud membandingi gue dan Freya?” tanya Karin. Keseriusan tampak dari wajahnya. “Dia enggak bakalan bisa lebih dari gue. Jadi, jangan pernah bandingin gue dengan anak itu.”

Arion melepas gitarnya. Kalimat Karin yang tadi begitu merendahkan pacarnya sendiri. “Lo ngerasa lebih tinggi daripada pacar gue? Lo salah ... di mata gue setiap orang sama. Dan sekarang dia adalah pacar gue. Hal itu berarti dia lebih spesial dari setiap orang yang gue anggap teman, itu berarti dia lebih tinggi dari lo.”

“Kalau maksud lo ke sini cuma buat pamer pacar baru, lebih baik kita berlatih dengan serius. Itu lebih penting bagi gue.”

Tangan Arion memberikan gitar itu pada Karin. “Gue rasa latihan kita cukup. Kita bisa juara tanpa latihan.”

Arion meninggalkan Karin. Ia masih saja sama seperti dahulu dengan sikap tinggi hatinya itu. Entah kenapa ia menyukai Karin dan terhitung masih menyukainya. Namun, sikap Karin yang sedikit merendahkan Freya kini merubah sedikit sudut pandang perasannya sendiri. Ia telah menyukai orang yang salah dan ingin segera menghentikan rasa sukanya tersebut.

***

Anantara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang