74. Gue Rindu

101 11 0
                                    

74. Gue Rindu

Baiklah ... jika itu yang terjadi, Freya merasa pasrah kepada keadaan. Mungkin saja dirinya yang tidak sempurna ini belum cukup membuat Arion melirik sepenuhnya . Masih teringat dalam ingatan bagaimana Arion yang tidak adil itu masih belum cukup memupuk rasa di dalam hati, hingga tetap saja kisah yang terjadi bertepuk sebelah tangan. Kisah ini tidak ubah layaknya Freya kepada Raka, sama-sama cinta sepihak. Sementara itu, dirinya penuh mengagumi tanpa ada sedikit pun berpaling. Jujurnya hati telah kalah dari orang-orang yang ia rasa tidak sedikit pun memandang.

Jatuh air mata di tepian pipi, bersudut pada redupnya lampu kamar. Ia terisak sendu menyadari pelukan itu sama sekali tidak ditolak oleh Arion. Berlipat lutut di atas ranjang tanpa sempat mengganti baju, lalu merintih perihnya patah hati. Tidak ada yang menjawab rasa sedihnya itu, Adit ia larang untuk berbicara dengannya dan malah diminta untuk segera pulang. Biarkan ia sendiri yang menanggung perasaan ini karena ia sendiri yang telah gegabah untuk bermain dalam lingkaran dilema itu. Lingkaran dilema yang disebut sebagai cinta, lalu ia naif menginjaknya untuk orang lain. Sepenuh hati berharap untuk ia kembali, tetapi sudah jauh melangkah hingga ia tidak bisa berbalik diri. Cinta telah mengekang rasa, melenakan setiap penikmatnya.

Arion bagai melambungkan hatinya untuk terlena, lalu seketika menghempaskan penuh ke bawah, hingga terburai berkeping-keping. Menurutnya, Arion masih menyimpan rasa kepada Karin. Satu-satunya orang yang tidak memenuhi tujuan ialah Arion. Dirinya telah mampu menghapus kisah-kisah lama di hatiya kepada Raka, lalu silih berganti dengan Arion. Janji mereka untuk satu tujuan seakan tercoreng dalam satu momen. Statusnya memang sebagai kekasih, tetapi tanpa rasa cinta. Freya tetap miris menyadari hal tersebut.

“Lo jahat, Arion ....” Freya pejamkan matanya karena terlalu lelah memikirkan hal itu.

Cinta tetap saja cinta, bukan paku yang menancap, lalu bisa diambil kembali. Rasa yang tertanam bukanlah sebuah untaian pensil yang bisa dihapus seketika. Ia tidak bisa melupakan Arion yang ia anggap sudah mengkhianati itu dalam satu waktu. Masih terdapat ikatan yang harus ia tunggu, hingga merenggang seperti semula kala, di mana mereka hanya berupa dua orang tanpa saling mengenali. Sebagaimana mereka bertemu untuk pertama kali, lalu bercerita panjang lebar tanpa memperkenalkan nama masing-masing. Freya rasa ia harus untuk kembali ke titik itu, agar semuanya kembali kepada sedia kala.

Pikiran itu menyemakkan kepalanya, meskipun menggema nama Club Yatta setelah bendera hari Senin. Dengan bangganya Raka melangkah paling pertama di antara ribuan murid yang berbaris, lalu diikuti oleh yang lain. Lemah langkah Freya yang begitu lambat mengikuti mereka dari belakang, lalu membentuk barisan sejajar penerima sertifikat murid berprestasi. Suara lantang Raka yang berpidato dan mencuri kesempatan untuk promosi club, tidak urung membuatnya menegakkan kepala.

Yang satu ia sadari ialah mereka berdiri tanpa orang yang menjadi kunci pada malam itu, yaitu Arion. Karin bertutup mulut, tidak berpetik sedikit pun. Freya pun berlaku sama seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Tanpa saling bersapa satu sama lain karena Freya tahu ia begitu benci kepada wanita itu. Hanya saja, Karin turut tidak mengetahui ke mana Arion hari ini setelah ditanyai oleh teman yang lain. Wanita itu mengakui jika ia telah berkunjung ke toko bunga untuk sedikit bercerita pada perujung malam itu, lalu ia menyembunyikan tragedi yang telah menampakkan benang merah antara Freya, Arion, dan dirinya.

Tidak ada kehadiran Arion bukan menjadi penghalang untuk merasa bahagia, kecuali bagi Freya. Padahal, hari ini mereka harusnya berpesta ria melihat kelas bertanding pada perlombaan class meeting. Ada banyak perlombaan yang digelar dan para pria bekeringat nan begitu menarik mata. Namun, Freya malah bersembunyi di ruangan club sembari meratapi dua piala besar yang berdiri di dalam lemari. Tepat di kaca lemari, tertempel foto mereka bersama ketika membersihkan ruangan ini. Salah satu yang menarik perhatian Freya ialah Arion. Pria yang telah menimbulkan teka-teki dan memadamkan semangatnya hari ini.

Pintu terbuka, tampak Raka dengan kaos club bola masuk dengan terkejut. Terheran Raka melihat Freya yang duduk termenung di ruangan tanpa jendela ini, sementara teman-teman yang lain sedang menabuh alat musik pukul untuk menyemangati kelasnya, baik di lapangan basket dan di gedung olahraga.

Raka duduk di kursi putar empuknya itu. “Freya, kenapa lo di sini?”

“Gue tahu lo pacaran sama Karin ....”

Anantara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang