KEI DAN MEI

213 28 2
                                    

Pagi ini, tidak jauh berbeda seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Begitupun dengan kegiatannya yang juga tidak jauh berbeda dengan kegiatan di hari-hari sebelumnya. Mulai dari sholat shubuh, membaca Al-Quran sampai matahari terbit, lantas sholat sunnah isra, dhuha, dan isti'adzah yang masing-masing di lakukan dua rakaat.

Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, Azzam dan Savierra masih mengusahakan supaya senyum mereka tetap terbit meski masalah masih belum benar-benar selesai. Berusaha untuk tidak menyalahkan salah satu pihak dan memilih untuk saling menguatkan dan menyelesaikan semuanya bersama-sama.

Semalam, Arsy dan Arsyad tidur di kamar Savierra dan Azzam. Sehingga pagi ini, Arsy dan Arsyad turut ada di kamar saat Savierra menyiapkan keperluan Azzam untuk berangkat mengajar ke kampus.

Di rumah mereka kali ini tidak ada Nissa dan Azka. Sebab semalam saat Savierra dan Azzam baru saja selesai melaksanakan sholat tahajjud, Azka sempat memberi kabar bahwa Nissa sudah melahirkan dan sedang berada di rumah sakit. Tentu saja Savierra dan Azzam sangat senang karena mereka mempunyai keponakan. Savierra dan Azzam mempunyai rencana menjenguk, tapi entah kapan karena Azzam juga masih sibuk.

"Kak Azzam."

"Hm?"

"Rencananya kapan mau jenguk Nissa?"

"Em, kapan ya enaknya, Sya?"

"Aku ngikut Kak Azzam aja. Kan aku nggak tau juga Kak Azzam bisanya kapan."

"Hah, akhir-akhir ini aku memang sedikit lebih sibuk sih, Sya."

"Iya juga. Ya udah, nggak apa-apa."

"Kira-kira dia di rumah sakit berapa hari ya, Sya?"

"Paling ya tiga hari. Kalau misal ada masalah mungkin paling lama seminggu. Nggak tau lagi, sih."

"Ya nanti aku bilangin kamu aja ya kalau aku udah ada waktu. In Syaa Allah aku selesaikan pekerjaan secepatnya. Aku juga pengen cepet-cepet lihat ponakan, hehehe."

"Iya deh."

"Akhir-akhir ini sering banget ada rapat dadakan, Sya. Aku aja nggak bisa pastiin pulang jam berapa."

"Iya, nggak apa-apa lah. Kan Kak Azzam jadi dosen pembimbing juga. Pasti banyak mahasiswa juga yang butuh perhatian Kak Azzam supaya sidang skripsi mereka lancar."

"Iya, Sya. Jadi, maaf juga ya kalau akhir-akhir ini aku nggak menentu pulangnya. Karena banyak janji juga sama mahasiswa."

"Iya, nggak apa-apa, Kak Azzam. Dulu kan aku juga pernah kayak begitu. Jadi ya aku ngerti."

Azzam tersenyum mendengarnya. Ia bersyukur memiliki Savierra yang begitu pengertian. "Makasih ya, sayang."

Savierra pun ikut tersenyum dibuatnya. "Sama-sama."

Setelah itu, Azzam lanjut bersiap-siap. Sembari dibantu oleh Savierra, sembari juga menyapa Arsy dan Arsyad yang sedang terduduk di atas tempat tidur.

"Hai, sayang. Selamat pagi, Arsy Arsyad." Ucap Azzam sembari mencium pipi Arsy dan Arsyad bergantian.

Bahkan Arsy dan Arsyad nampak tertawa setelah dicium oleh Azzam. Melihatnya, Azzam merasa senang tentu saja. Begitupun Savierra. Savierra sangat menyukai saat-saat seperti ini. Dimana ia merasa bahwa keluarganya benar-benar sempurna. Bersama Azzam, Arsy, dan Arsyad, ia merasa Allah begitu baik menganugrahkan mereka untuk masuk dalam kehidupan Savierra dan menjadi orang-orang yang sangat disayangi oleh Savierra.

Savierra berjalan mendekat ke arah Azzam dan anak-anaknya. Azzam nampak bercanda bersama Arsy dan Arsyad. Tak jarang pula si kembarnya itu tertawa melihat tingkah Azzam. Membuat Savierra ikut tertawa juga karena senang.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang