Beberapa saat setelah mengobrol dengan bundanya, Savierra beranjak menuju halaman belakang butik. Udaranya sedang tidak terlalu panas. Savierra mengambil selang dan menghidupkan kran airnya. Ia menyirami tanaman disana. Selain suka desain baju, bundanya itu juga senang berkebun atau apapun yang berkaitan dengan menanam. Jadi tidak salah jika halaman belakang butik terlihat seperti taman bunga. Bahkan di rumah ayah dan bundanya pun seperti itu.
Setelah menyirami tanaman, Savierra memilih untuk duduk-duduk di kursi yang ada disana. Sembari membaca sholawat, ia memandangi langit siang hari ini.
"Sendirian aja, sayang."
Savierra menoleh ke belakang saat ia mendengar suara seseorang yang menghampirinya. "Umi,"
Umi Zahrah tersenyum menatap Savierra. "Umi ikut duduk ya."
"Iya, Umi. Duduk aja."
Umi Zahrahpun duduk di samping Savierra. Ia turut melihat langit siang bersama Savierra. Suasananya begitu tenang.
"Bagus ya awannya," Ucap Umi Zahrah.
Savierra tersenyum dan mengangguk, "Bagus banget, Umi."
"Kenapa sendirian disini, sayang?"
"Em, nggak kenapa-kenapa. Arsy Arsyad pada tidur, Umi. Bunda juga lagi ada klien. Umi sama Nissa ke minimarket tadi. Ya udah Savierra disini aja."
Umi Zahrah nampak tersenyum. Sedetik kemudian, ia mencium kening Savierra. "Menantu umi, apa kabar kamu, sayang?"
Savierrapun ikut tersenyum. Ia merasa sangat beruntung karena memiliki mertua yang sangat menyayanginya seperti putri kandungnya sendiri.
"Alhamdulillah baik, Umi."
"Oh iya, udah lama banget umi nggak main ke rumah kamu ya. Kapan-kapan umi main deh."
"Iya, Umi. Udah lama banget. Umi sibuk terus di butik sama bunda ya."
"Hehehe, Alhamdulillah lagi rame klien, sayang. Jadi ya umi sama bunda harus urusin pesenan banyak orang. Belum lagi nge-cek stok kain dan yang lainnya. Ya gitu, sayang."
"Tuh, umi sama bunda udah punya langganan banyak sekarang."
"Alhamdulillah. Banyak yang tertarik. Ya selagi memberi kemanfaatan bagi orang lain, kenapa enggak, sayang."
"Iya, Umi."
"Ini semua juga berkat kamu sama Azzam loh,"
"Hah? Emang gitu? Ini mah karena emang bakatnya umi sama bunda ngedesain baju."
"Iya, sayang. Maksud umi, butik ini kan berdirinya karena bertemunya kamu sama Azzam. Keluarga kita saling kenal kan berawal dari kalian berdua. Nama butiknya aja --Vierrazzam-- gitu. Savierra dan Azzam." Ucap Umi Zahrah seraya menaikkan kedua alisnya.
"Umi ih. Iya tau, tapi kan berkembangnya butik ini karena umi sama bunda."
"Iya iya deh, sayang."
Kini, keduanya kembali menatap langit siang. Tak lama, tiba-tiba ponsel Savierra berbunyi. Tertera nama Azzam disana. Rupanya Azzam ingin melakukan video call dengannya.
"Siapa, Sav?"
"Kak Azzam, Umi."
"Azzam? Angkat, sayang. Umi pengen lihat dia."
Savierra mengangguk dan segera mengangkat panggilan dari Azzam. Setelah ikon hijau disentuh oleh Savierra, saat itulah wajah Azzam terlihat disana.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam, Sya."
"Kenapa Kak Azzam?"
"Lagi pengen telfon aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
DuchoweSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...