FAIREL ATHARIZZ CALIEF

180 23 0
                                    

Kamu terdiam sendiri bersama luka. Menyembunyikan tangis di balik tawa. Senyummu menutupi rasa sakit yang menyerang raga. Lantas bagaimana aku bisa tega? Hatiku berkata, untukmu, aku kan selalu ada.

• Fairel Atharizz Calief •

¤¤¤¤

Masih di hari yang sama, masih di tempat yang sama juga. Dan satu lagi, masih bersama orang yang sama juga. Berada di dalam ruangan serba putih dan berbau obat-obatan, Fairel mengajari Meisya segala sesuatu yang berkaitan dengan penanganan pasien diabetes tipe 1.

Dengan telaten, Fairel menjelaskan semuanya dengan detail. Sejak ia mengetahui tentang penyakit Meisya, sejak itu juga Fairel bertekad untuk melakukan apapun agar Meisya kembali baik-baik saja.

"Gimana, Mei? Bisa?" Tanya Dokter Fairel setelah ia mengajari Meisya cara mengecek gula darah menggunakan alat yang disebut glucometer.

Namun sayangnya, pertanyaan Dokter Fairel tidak digubris oleh Meisya. Gadis itu terdiam dalam lamunannya. Di wajahnya masih terbekas sisa air mata yang sempat diusapnya. Dokter Fairel yang melihatnya merasa tidak tega.

"Meisya,"

"Em, iya, Dok? Kenapa?" Jawab Meisya sembari menoleh ke arah Dokter Fairel dengan lemah.

"Kamu udah bisa cara cek gula darah?"

"B-bisa, Dok."

Dokter Fairel menghela nafasnya. Lalu ia menatap Meisya. "Mei,"

Meisya menoleh sebagai jawaban. "Apa?"

"Mei, saya tau ini nggak mudah untuk kamu. Tapi, saya rasa, menyembunyikan semuanya dari keluarga kamu akan terasa lebih berat untuk kamu, Mei."

Meisya menghela nafasnya. Ia juga menatap Fairel dengan penuh harap. "Dokter, saya mohon, ya,"

"Tapi, Mei--"

"Cuma Dokter Fairel satu-satunya harapan saya sekarang. Cuma Dokter Fairel yang bisa bantu saya. Saya mohon, Dok, jangan kasih tau siapa-siapa."

"Mei, dengan kondisi kamu yang seperti sekarang, kamu pasti membutuhkan bantuan dari orang lain. Kamu butuh support dari orang lain. Gimana keluarga kamu bisa membantu kesembuhan kamu kalau mereka aja nggak tau tentang ini, Mei."

Meisya kembali menangis. Ia tidak menyangka keadaannya akan seperti ini. "Saya mohon, Dok,"

"Kalau terjadi apa-apa, siapa yang akan bantu kamu, Mei? Ya semoga aja nggak terjadi apa-apa. Karena diabetes tipe 1 juga ada komplikasinya. Tapi kan, kamu perlu jaga-jaga, Mei."

"Dokter Fairel."

Fairel mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?"

"Dokter Fairel yang akan selalu bantu saya, kan?"

Mendengarnya Fairel terdiam. Sejujurnya, Fairel sangat tidak tega melihat Meisya yang memohon padanya dengan penuh harap. Melihat Meisya menangis saja membuat hati Fairel rapuh. Ia tidak bisa melihat seorang wanita menangis. Terlebih, orang yang ia kenal dekat.

"Jangan menangis, Mei,"

"Jawab saya, Dok. Dokter Fairel mau bantu saya, kan?"

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang