Karena sakitku, tidak perlu ikut dirasa oleh orang lain. Juga lukaku, tidak perlu dimengerti oleh orang lain. Cukup Allah saja, yang selalu membersamaiku. Yang selalu menguatkanku, dan menampung semua ceritaku.
• Meisya Syahzeeqava •
¤¤¤¤
Hari-hari terus berlalu. Meninggalkan kenangan di setiap detiknya bagi setiap orang. Kenangan yang masih bisa dikenang di hari-hari selanjutnya. Hari ini, pembelajaran di kampus berjalan seperti biasa. Pembelajaran cukup kondusif dan tidak terdapat banyak masalah. Keadaan kampus sedang baik-baik saja seperti biasanya.
Pagi ini, Meisya mengikuti kelasnya yang dimulai sejak jam 8 pagi. Ia sangat berkonsentrasi mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Meisya mencoba fokus meskipun sebenarnya, ia sedang tidak enak badan.
Sejak Meisya mengetahui tentang penyakitnya, ia berusaha keras menjaga tubuhnya supaya tidak jatuh sakit sekalipun sedang lemah. Namun, pada kenyataannya ia dibuat sakit berkali-kali.
Tidak enak badan sudah sering kali dirasakan oleh Meisya. Sudah menjadi hal yang lumrah baginya, mengingat kondisinya yang sudah tidak seperti dulu dan tidak sesehat dulu.
Seperti yang ia sering alami beberapa hari terakhir, kepala pusing, badan yang lemas, bibir kering, serta matanya yang sayu. Juga tubuhnya yang semakin kurus. Dan hari ini, Meisya mengalaminya lagi.
"Sshh,"
Meisya mendesis saat ia merasa pusingnya tak tertahankan. Namun sebisa mungkin, ia mencoba untuk menahannya. Natasha yang duduk di samping Meisya tentu melihat Meisya yang seperti sedang menahan sakit.
"Mei,"
Mendengar panggilan lirih dari Natasha, Meisya menoleh ke arahnya. "Apa?"
"Lo nggak apa-apa? Lagi sakit, ya?"
"E-enggak kok."
"Jangan bohong. Pucet banget wajah lo."
"Gue baik-baik aja, Nat. Cuma pusing doang ini kayaknya."
"Masa, sih? Lo beneran nggak apa-apa? Atau kalau enggak, gue anterin lo ke UKK aja, ya."
"E-enggak, nggak usah, Nat. Gue nggak apa-apa kok. Lagian kelasnya juga belum selesai."
"Tapi kan lo sakit, Mei."
"Gue masih bisa tahan. Tenang aja."
"Izin aja kali. Nanti lo kenapa-kenapa."
"Sstt, Nat, jangan kenceng-kenceng. Udah, gue nggak apa-apa. Lagian bentar lagi juga kelasnya selesai kok."
"Beneran?"
"Iya, Nat. Udah, lo fokus aja sama materi. Gue baik-baik aja."
"Ya udah kalau gitu."
Setelah obrolannya bersama Natasha berhenti, Meisya mencoba memfokuskan kembali atensinya pada materi yang disampaikan oleh dosen di pagi ini. Meskipun sangat sulit bagi Meisya untuk berkonsentrasi, namun ia tetap mencoba. Agar tidak ada orang yang tau bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
EspiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...