Savierra POV
Satu minggu sejak Azzam kembali mengajar di kampus, mungkin hariku sedikit sepi. Siangku tidak berteman dia. Beruntungnya, masih ada Nissa dan Azka yang menginap di rumahku untuk jangka waktu yang lama.
Nissa kerap membantuku mengurus Arsy dan Arsyad. Tampaknya Nissa sangat menyayangi keponakannya itu. Tak jarang Nissa menggendong Arsy dan Arsyad bergantian. Kadang, aku dan Nissa juga berbagi cerita semasa kita tidak bersama. Kadang juga menghabiskan waktu keluar rumah bersama.
Setelah sepakat dengan Azzam, Nissa dan Azka menginap di rumahku untuk beberapa bulan ke depan. Lama memang. Tapi itulah titik senangku. Azka mempunyai proyek yang harus ia selesaikan di Surabaya. Jadi, aku dan Azzam menawarkannya untuk tinggal di rumah kami saja. Pasalnya, terlalu sepi jika aku di rumah sendiri saat Azzam sedang mengajar di kampus.
"Kak Azzam, itu mahasiswa nya Kak Azzam bentar lagi mau wisudahan kan ya?" Tanyaku saat Azzam tengah bermain bersama Arsy dan Arsyad.
"Masih lama juga, Sya. Tunggu sekitar empat semester lagi kira-kira."
"Oh iya ya. Sama aja dua tahun kan ya. Aku kira kurang setahun aja mereka."
"Iya. Dua tahunan lah. Dua tahun kan lama, Sya."
"Nggak bakalan kerasa juga nantinya, Kak."
"Ya tergantung mereka nya sih. Gimana mereka ngejalanin kuliahnya."
"Iya bener juga."
"Oh ya, Azka sama Nissa ngajak jalan tuh, Kak. Kak Azzam mau ikutan nggak?"
"Mau kemana?"
"Jalan-jalan kemana gitu kek. Aku sama Nissa lagi nggak masak juga. Sekalian makan di luar katanya. Mumpung malam minggu."
"Boleh. Mau jam berapa?"
"Em, enaknya jam berapa?"
"Habis ashar enak kayaknya, Sya. Ntar sholat jamaah maghrib di masjid terdekat aja."
"Ya udah. Ntar aku kabarin Nissa."
"Iya."
Aku memakai kerudungku hendak turun ke bawah menemui Nissa. Tak lupa juga cadar taliku yang kupasang di luar kerudung agar tidak terlalu sulit. Setelah benar, aku pun menghampiri Azzam yang sedang bersama Arsy dan Arsyad.
"Kak Azzam, aku ke Nissa dulu."
"Iya."
Aku pun keluar dari kamar dan turun ke bawah. Aku melihat Azka sedang menonton televisi. Lantas, aku bertanya padanya dimana Nissa berada.
"Azka,"
Azka menoleh, mendapatiku berjalan ke arahnya. "Kenapa, Sav?"
"Nissa dimana?"
"Oh, lagi di dapur."
"Dapur? Ngapain?"
"Ngambil cemilan tadi, Sav. Temuin aja gih,"
"Ya udah. Makasih, Ka."
"Sama-sama."
Aku pun segera menuju dapur. Benar saja, aku mendapati Nissa sedang berkutat di depan meja makan.
"Buat apaan, Nis?" Tanyaku padanya.
"Roti selai, Sav. Mas Azka kalo nonton tv suka sama nyemil gitu. Makanya aku buatin ini aja. Sama jus jeruk."
"Wah, enak tuh pasti."
"Kamu mau aku buatin juga?"
"Oh, nggak usah, Nis. Nanti bisa buat sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...