Azzam telah sampai di rumahnya usai mengahadiri rapat dosen. Ia juga sudah membelikan titipan Savierra tadi di minimarket. Azzam memasuki rumahnya. Ia tak sabar menjumpai Arsy dan Arsyad.
"Assalamualaikum,"
Azzam membuka pintu kamarnya. Ia melihat Savierra yang terduduk di depan cermin sembari menyurai rambut hitam panjangnya. Azzam tersenyum menatapnya.
"Waalaikumusaalam," Jawab Savierra.
"Di bawah sepi banget, Sya."
"Iya kan nggak ada orang."
"Arsy Arsyad ngapain Sya?"
"Lagi tidur mereka. Oh ya, tadi titipanku ditaruh dimana?"
"Udah masuk di kulkas semua."
"Makasih ya,"
"Sama-sama sayang."
Savierra tersenyum mendengar panggilan sayang dari Azzam. Azzam kerap memanggilnya seperti itu akhir-akhir ini. Entah mengapa, istimewa saja rasanya.
"Tumbenan, Sya."
"Kenapa?"
"Tumbenan nyisir-nyisir rambut gitu."
"Nggak suka ya?"
Azzam tersenyum lagi-lagi. Ia mendekat ke arah Savierra. Kemudian memeluk tubuh Savierra dari belakang. Savierra melihat Azzam menghirup aroma rambutnya di cermin. Savierra tersenyum.
"Suka kok. Suka banget." Ucap Azzam.
"Habis keramas ya Sya? Wangi banget rambutnya." Ucap Azzam lagi.
"Enggak kok."
"Wangi banget tau, Sya."
"Harus dong. Buat suami."
"Gitu ya?"
"Iya."
"Ya udah Alhamdulillah. Seneng banget dibahagiain istri."
"Kak Azzam,"
"Iya?"
"Gimana hasil rapatnya? Bahas apa tadi?"
"Biasa. Belajar mengajar masuk satu minggu lagi."
"Cuman itu?"
"Iya."
"Ya udah berarti minggu depan harus udah masuk ngajarnya."
"Iya iya Sya."
"Lepas ih, peluk-peluk mulu."
"Baru juga ini, Sya."
"Hmm,"
"Arsy Arsyad tidur dari tadi?"
"Lumayan."
"Bangunin gih Sya."
"Ya kasian. Masa bayi tidur disuruh bangun."
"Padahal kan pulang-pulang pengen main sama mereka."
"Nanti kan bisa, Kak Azzam."
"Ya udah ah mau ganti baju dulu."
Azzam melepas pelukannya. Kemudian melenggang pergi meninggalkan Savierra. Namun Azzam meninggalkan ponselnya di nakas. Alhasil, ketika ponsel tersebut berbunyi tanda ada pesan masuk, bukan Azzam yang membukanya. Tapi Savierra.
"Nomor lagi?" Gumam Savierra.
087534XXXXXX
Assalamualaikum, Pak Azzam.
Ini Meisya.
Kata Aisya terima kasih untuk syafaqillahnya. Aisya kelihatan senang. Sekarang Aisya sudah sadar.
Em, simpan nomor saya juga ya, Pak.
Terima kasih, Pak.
Selamat siang:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...