PEDULI

344 31 2
                                    

Flashback on

"Hallo, Assalamualaikum,"

Suara dari seberang telah terdengar. Membuat sang hati merasa lega.

"Waalaikumussalam, Pak Azzam."

"Ada apa, Aisya?"

"Em, tidak apa-apa, Pak."

"Apa kamu mau tanya sesuatu?"

"Oh, iya, Pak."

"Tanya apa?"

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya tersenyum seakan sang pemilik suara dari seberang itu melihat senyumnya.

"Aisya,"

"Eh, iya, Pak."

"Kenapa? Ada masalah?"

"Nggak ada, Pak."

"Mau tanya apa tadi?"

"Kabar bapak, bagaimana?"

"Hehe, kamu lucu ya,"

"Maksudnya, Pak?"

"Kamu menelfon saya hanya untuk menanyakan kabar saya."

Sang gadis menggigit bibir bawahnya. Salahkah yang diucapkannya? Ah, malu rasanya.

"Alhamdulillah, Aisya. Saya baik. Kamu bagaimana?"

"Oh, em, iya alhamdulillah. Saya sendiri juga baik, Pak."

"Alhamdulillah kalo gitu."

"Besok Pak Azzam hadir kan, Pak?"

"Insya Allah, Aisya."

"Sebab saya sudah whatsapp Pak Azzam, hanya dibaca dan belum dibalas."

"Maaf, tapi sudah sempat saya balas kok."

"Iya, Pak."

"Memangnya mau bicara apa? Sekarang bisa?"

"Besok saja, Pak. Bicara langsung lebih enak,"

"Oh ya? Ya sudah terserah kamu saja."

"Pak Azzam nggak keberatan?"

"Untuk apa, Aisya? Jika kamu ada keluhan selama kuliah, bisa bicarakan dengan saya. Insya Allah saya bantu sebisa saya."

"Terima kasih, Pak Azzam."

"Iya. Sama-sama."

"Pak Azzam, kata papa, sekali-kali Pak Azzam boleh mampir ke rumah."

"Rumah kamu?"

"Hah? I--iya pak."

"Insya Allah ya."

"Hehe, iya pak."

"Ada yang lain?"

"Oh, enggak pak. Itu aja. Maaf mengganggu."

"Enggak kok. Sama sekali nggak mengganggu."

"Hehe. Terima kasih, Pak Azzam."

"Iya, sama-sama."

"Ya sudah pak, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sambungan terputus. Senyuman sang gadis masih tetap mengembang sempurna. Mendengar suaranya berhasil membuat peningnya sedikit hilang.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang