Lewat dua hari sejak Azzam sakit, kini, nampaknya Azzam sudah mulai fit kembali. Hari ini adalah hari minggu. Hari dimana Azzam dan Savierra akan mengunjungi rumah Ayah Raihan dan Bunda Rahmah. Pagi-pagi seusai sholat dhuha, Azzam dan Savierra sudah disibukkan dengan kegiatan merawat Arsy dan Arsyad bersama. Menyiapkan si kembarnya itu untuk pergi ke rumah Ayah Raihan dan Bunda Rahmah. Azzam dan Savierra sedang berada di kamar Arsy dan Arsyad pada saat ini. Dua malaikat mereka itu sudah semakin tumbuh besar dan menggemaskan.
"Sya, bedak dulu apa minyak telon dulu, ya?" Tanya Azzam sembari memegang bedak dan minyak telon bayi di kedua tangannya.
"Bedak dulu, Kak Azzam. Masa lupa, sih?"
"Udah lama nggak gini, Sya."
"Masa iya? Seinget aku baru beberapa hari yang lalu."
"Emang iya? Aku lupa, sih."
"Hm, kebanyakan pikiran ya gitu."
Azzam tersenyum tipis mendengarnya. "Iya. Bingung, banyak yang belum selesai."
Sembari memberi bedak pada Arsy, Savierra menanggapi ucapan Azzam. "Seharusnya itu nggak cuman jadi pikiran Kak Azzam doang. Aku juga. Ini kan masalah kita berdua. Nggak adil rasanya kalau cuma Kak Azzam yang kepikiran sampai pusing."
"Kamu tau arah pembicaraan kita?"
"Aisya, bukan?"
Azzam menghela napasnya saat nama 'Aisya' kembali ia dengar. "Aku tau, sebenernya kamu juga pasti kepikiran, Sya."
"Iya. Nggak bisa lupa rasanya. Bener-bener selalu keingat terus. Tapi, namanya juga kita kan lagi berusaha mendapat jalan yang terbaik. Kita ikhtiar bareng-bareng, Kak Azzam."
Azzam mengangguk. "Kamu bener-bener mengerti aku, Sya. Aku minta maaf. Aku belum bisa sebaik kamu."
"Jangan bilang gitu, Kak Azzam. Udahlah, untuk saat ini jangan bahas itu dulu. Aku minta, hari ini kita fokus buat keluarga kita dulu, ya. Lagian kan kita mau ke rumah ayah bunda buat senengin Arsy sama Arsyad. Sejenak aja dulu, kita jeda permasalahan ini, Kak. Kita nafas dulu untuk bahagia hari ini."
"Maaf, Sya, semuanya malah jadi beban buat kamu."
"Enggak kok. Kita jalani bareng-bareng."
"Tapi aku udah buat kamu kecewa, Sya."
"Kak Azzam, sekarang udah nggak ada yang tertutupi di antara kita. Kecewa itu udah lewat. Jangan jadiin itu sebagai pikiran baru buat Kak Azzam. Nanti sakit lagi kayak kemarin."
Pada akhirnya, Azzam menghela napasnya kembali. Seakan helaan napas itu membuang semua beban pikirannya setidaknya untuk hari ini saja.
"Iya, Sya."
"Ya udah. Senyum terus ya, Kak Azzam." Ucap Savierra sembari tersenyum menghadap Azzam.
"Iya, sayang."
Setelah itu, Azzam dan Savierra melanjutkan kegiatan mereka. Seusai merawat Arsy dan Arsyad sampai siap, Azzam dan Savierra menggendong Arsy Arsyad dan membawanya menuju ruang tamu. Mereka berdua membaringkan Arsy dan Arsyad di strolley baby. Di sana sudah ada Bi Siti yang siap menjaga Arsy dan Arsyad selagi Azzam dan Savierra masih bersiap-siap.
"Tolong jagain sebentar ya, Bi. Aku sama Kak Azzam mau siap-siap dulu." Ucap Savierra.
"Iya, Non. Sambil Bi Siti suapin bubur, ya."
"Boleh, Bi. Makasih, ya."
"Iya, Non, sama-sama."
Azzam mengelus lembut pipi Arsy dan Arsyad bergantian. Ia tersenyum melihat si kembarnya itu. Arsy, Arsyad, dan Savierra, merupakan manusia-manusia terpenting dalam hidup Azzam. Makhluk-makhluk Allah yang paling dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
Tâm linhSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...