MAAF, KAK AZZAM

389 37 10
                                    

Malam itu, setelah Savierra menangis dalam pelukan Nissa. Savierra kembali ke kamar dan mendapati Azzam sedang berbaring di pinggiran kasur dengan mata yang masih terbuka.

Savierra memang kecewa melihat kejadian sore tadi. Tapi ia lebih kecewa pada dirinya sendiri. Savierra kecewa karena ia sudah mendiamkan Azzam dan berperilaku yang tidak menyenangkan hati Azzam. Bahkan saat Azzam pulang, senyum pun tak ia tampakkan seperti biasanya.

Hatinya semakin teriris. Cinta yang begitu besar telah melumpuhkan rasa kecewanya perlahan-lahan meski belum sepenuhnya hilang. Cinta yang begitu besar berhasil meruntuhkan pertahanannya hingga meluruhkan air mata. Savierra segera menghapus air matanya. Ia tidak mau Azzam melihatnya menangis.

Azzam yang mengetahui keberadaan Savierra menoleh ke arah istrinya. Kemudian ia membenarkan posisinya melihat Savierra yang menghampirinya. Setelah itu, Savierra duduk di samping Azzam.

"Keisya,"

Savierra mengerjapkan matanya beberapa kali supaya air matanya tidak jatuh. Savierra juga sempat menunduk sebentar sebelum akhirnya ia kembali menatap manik mata Azzam. Savierra menatap Azzam dalam-dalam. Membuat Azzam tidak mengerti arti tatapan yang diberikannya. Hingga akhirnya, Savierra tidak bisa menahan lagi air matanya untuk meluruh di hadapan Azzam.

Azzam dibuat bingung oleh menangisnya Savierra yang tiba-tiba. Azzam tidak mengerti mengapa Savierra menghampirinya lalu menangis.

"Kenapa nangis, sayang?" Tanya Azzam sembari menghapus air mata Savierra. Namun air mata itu kembali ada digantikan oleh air mata yang baru.

"Sya, ada masalah? Kenapa, sayang?"

"Kak Azzam,"

Savierra memegang tangan Azzam. Sedetik kemudian, Savierra memeluk Azzam. Azzam menerima pelukan Savierra tentu saja. Azzam mengerti Savierra sedang butuh dirinya. Meskipun ia belum mengerti apa penyebab Savierra menangis.

Savierra sesenggukan dalam pelukan Azzam. Savierra begitu merasakan pelukan Azzam yang hangat, pelukan yang penuh cinta, pelukan yang merupakan sumber pahala. Savierra tidak ingin kehilangan pelukan ternyamannya. Savierra tidak ingin kehilangan Azzam, tempat pulang dan bersandarnya.

"Kamu kenapa? Kamu bikin aku khawatir, sayang." Ucap Azzam kemudian.

Azzam terus mengelus lembut punggung Savierra. Menyalurkan ketenangan dengan penuh cinta. Beberapa kali ia mencium pucuk kepala Savierra dan membelainya.

"Kak Azzam." Panggil Savierra di sela-sela tangisnya.

"Iya kenapa, sayang? Ada apa?"

"Maaf,"

Azzam bingung tentu saja. Azzam merasa Savierra tidak melakukan kesalahan apa-apa. Tapi mengapa istrinya itu meminta maaf? Apakah Savierra melakukan kesalahan yang Azzam sendiri tidak menyadarinya? Atau yang lain?

"Kenapa minta maaf, Sya? Kamu nggak ada salah apa-apa, sayang."

"Maaf, Kak Azzam."

"Tapi karena apa?"

Sebenarnya Savierra bingung harus berbicara yang sebenarnya atau tidak pada Azzam. Pasalnya, ia masih ragu. Di satu sisi ia melihat sendiri kejadian sore tadi bahwa Azzam tengah bersama dengan wanita yang jelas-jelas bukan mahramnya. Di sisi lain jika ia menjelaskan semuanya pada Azzam, ia takut Azzam akan marah karena sikap kekanak-kanakannya. Tapi Savierra juga merasa, istri mana yang tidak kecewa melihat suaminya sedang berdua dengan wanita lain.

"Keisya, ada masalah apa?" Tanya Azzam sekali lagi.

Savierra melepas pelukannya. Sementara Azzam menghapus air mata yang membasahi pipi Savierra. Savierra belum mengambil langkah berikutnya. Apakah ia berbicara yang sejujurnya atau tidak. Sejenak ia berpikir, biarkan saja dulu. Biar ia pantau dulu akan seperti apa kedepannya.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang