Menyusuri tengah kota di sore hari memang menyenangkan. Ditambah lagi, sore ini cuaca sedikit mendung. Angin semilir yang menyapa kulit meninggalkan kesejukan.
Di penghujung pekan ini, Azzam dan Savierra sedang dalam perjalanan menuju rumah Azka dan Nissa. Beberapa hari setelah Nissa melahirkan, Savierra dan Azzam masih belum sempat menjenguk Nissa karena Azzam yang sibuk dengan urusan di kampusnya, juga Savierra yang sibuk dengan beberapa urusan butik.
"Sya," Panggil Azzam.
"Iya?"
"Urusan di butik gimana? Udah selesai?"
"Alhamdulillah. Dibantu umi sama bunda. Semuanya udah selesai."
"Alhamdulillah kalau gitu. Gimana? Kamu seneng nggak? Sekarang kamu sering banget ngurus butik bareng bunda sama umi."
Mendengarnya, Savierra tersenyum. "Seneng. Hari-hari aku lebih produktif rasanya. Nggak diam-diam di rumah melulu. Nggak bosen juga karena ada bunda sama umi."
Azzam tersenyum senang mendengarnya. "Alhamdulillah kalau kamu seneng. Jadi, sekarang kamu setiap hari ke butik, nih?"
"Nggak setiap hari juga sih, Kak Azzam. Bisa dibilang sering."
"Hm, iya iya."
"Kak Azzam sendiri gimana? Lancar semua kan selama ini kerjaannya?"
"Lancar, Alhamdulillah."
"Masih banyak banget, ya?"
"Ya biasalah, Sya. Banyak-banyak juga nantinya selesai kok. Asal sabar aja."
"Jangan sampai sakit, ya. Harus tetep jaga kesehatan, Kak Azzam."
"Iya, tenang aja. Kan ada kamu,"
Savierra tersenyum mendengarnya. "Ya nggak gitu juga. Sekalipun ada aku, ya aku nggak mau Kak Azzam sakit lah."
"Hehe, kenapa?"
"Ya kan nggak ada orang yang mau dikasih sakit, Kak Azzam. Ada juga orang mintanya supaya dikasih sehat selalu sama Allah."
"Ya namanya juga sakit, Sya. Nggak bisa pilih-pilih datengnya."
"Ya aku kan nggak tega,"
"Hm? Nggak tega kalau aku sakit?"
"Dih, kepedean."
"Loh, gimana?"
"Pokoknya jangan sampai sakit. Udah. Kalau sampai Kak Azzam kerja tapi nggak jaga kesehatan, aku bilangin ke umi."
"Loh, kamu ngadu, ya?"
"Biarin."
"Iya iya, Sya. Kan kamu udah beliin aku vitamin, Sya. Aku rutin kok minumnya. Tenang aja."
"Nah, bagus itu. Alhamdulillah."
"Palingan juga aku sakitnya kalau lagi banyak pikiran aja. Kamu nggak perlu khawatir. Orang aku sehat-sehat aja."
"Sekarang, lagi banyak pikiran, ya?"
"Em, lumayan."
"Mikirin apa?"
"Ya ada aja pokoknya, Sya, macem-macem."
"Aisya, ya?"
Mendengarnya, sontak Azzam menoleh menatap Savierra dan mengernyitkan keningnya. "Kamu kenapa mikir gitu?"
Savierra menghela nafasnya. "Akhir-akhir ini, aku kepikiran Aisya lagi."
"Kenapa kepikiran, Sya? Jangan dipikir terlalu berat. Kan kita juga lagi cari jalan keluarnya bareng-bareng."

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
EspiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...