DARI HATI KE HATI

220 27 0
                                    

Pagi ini, pagi yang cukup cerah. Tidak panas dan tidak pula mendung. Sepertinya mentari pagi ini sedang ceria, begitu menghangatkan dan menenangkan. Cahayanya begitu terang menentramkan jiwa.

Hari ini, jam pertama di kelas Meisya sedang kosong. Alhasil, saat ini Meisya masih berada di rumah dan akan berangkat ke kampus sedikit lebih siang dari biasanya. Sedangkan Aisya masih izin karena ia masih dalam masa pemulihan usai kemoterapi.

Lewat dua hari setelah Aisya menjalani kemoterapi, kini, Aisya dan Meisya sedang duduk-duduk bersama di taman yang berada di belakang rumahnya. Aisya yang ditemani oleh secangkir teh hangat dan camilan, juga Meisya yang ditemani oleh segelas susu manis dan biskuit manis. Mereka saling bercerita dan memperbincangkan banyak hal.

"Aisya."

"Hm."

"Gimana badan lo hari ini? Masih sakit-sakit gara-gara kemoterapi kemarin?"

"Udah sedikit lebih baik, sih."

"Syukur deh. Oh iya, lo kapan mau masuk kuliah lagi?"

"Hari ini sebenernya gue pengen berangkat. Cuman lo tau sendiri mama papa nggak ngebolehin dulu."

"Ya kalau hari ini mah gue juga nggak ngebolehin."

"Kenapa, sih? Gue juga mau kali aktifitas kayak biasanya, kayak orang-orang yang lainnya."

"Ya bukan gitu, kalau lo tiba-tiba drop lagi gara-gara kecapekan gimana? Lagian kemarin lusa baru aja habis dikemoterapi. Hari ini masih istirahat harusnya."

"Ya kan gue udah baik-baik aja."

"Yakin? Masih lemah banget gitu tenaganya. Udahlah, istirahat aja dulu. Dua hari ke depan baru lo boleh berangkat lagi."

"Gue bosen di rumah mulu, Mei. Mana sendirian cuma sama mama."

"Kan gue bakal usahain pulang cepet juga."

"Ya sama aja. Kalau di kampus kan gue bisa lebih enjoy."

"Hah, udahlah, sabar dulu. Hitung-hitung lo temenin mama di rumah, kan?"

"Ya iya juga."

"Asal lo tau, ya, semua orang tuh nggak mau lo kenapa-kenapa. Makanya lo boleh kuliah lagi setelah lo bener-bener kembali baik-baik aja."

"Iya iya."

"Lagian ya, Aisy, dengan kondisi lo yang seperti sekarang ini, kenapa lo nggak berhenti aja kuliahnya? Supaya lo bisa fokus sama kesembuhan dulu."

Aisya menghela nafas mendengar ucapan Meisya. "Justru gue pengen punya pengalihan, Mei. Kalau gue diem-diem aja di rumah, gue akan selalu kepikiran sama sakit gue. Gue sebenernya pengen hidup seperti yang semestinya, meskipun gue lagi sakit sekalipun. Seenggaknya, gue bisa menemukan hal-hal yang bikin gue seneng, kan? Kalau diem-diem mulu, yang ada gue malah makin suntuk dan nggak karuan."

Meisya mengangguk faham mendengar penjelasan dari Aisya. Ia mencoba mengerti maksud dari Aisya. Memang tidak mudah menjalani hidup ketika sudah diuji dengan ujian yang berat.

"Iya juga."

"Lo ngerti kan maksud gue?"

"Iya, gue ngerti. Tapi, lo juga harus inget sama kesehatan lo, ya. Jangan terlalu sibuk mengalihkan, sampai lo lupa kalau lo harus segera sehat lagi kayak dulu."

"Iya lah, Mei. Kan sekarang juga gue lagi berusaha. Gue sadar, di luar sana masih banyak pasien-pasien kanker yang nasibnya jauh di bawah gue. Gue termasuk beruntung, Mei. Masih banyak orang yang peduli. Harusnya gue bersyukur, kan? Bukan bisanya cuma ngeluh doang."

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang