Perjalanan malam akhirnya sampai pada sepertiga malam terakhir. Banyak orang yang lebih memilih melanjutkan tidur daripada bangun untuk melakukan tahajjud. Tidur memang nikmat. Tapi percayalah, tahajjud jauh lebih nikmat sebab ganjarannya begitu besar.
Alarm berbunyi bergitu nyaring. Memaksa sang pemilik mata untuk membuka matanya. Jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Azzam terbangun dari tidurnya. Ia mematikan alarm dan menyandarkan punggungnya di kepala kasur sembari mengumpulkan nyawa.
Azzam menoleh ke arah Savierra. Istrinya itu nampak menggeliat tanpa bangun dari tidurnya. Azzam tersenyum melihatnya. Azzam menyingkap rambut Savierra yang sedikit menutupi wajahnya. Azzam mendekatkan wajahnya di wajah Savierra. Azzam menatap begitu dalam wajah cantik Savierra kala wanitanya itu tertidur.
"Masyaa Allah, cantik banget istriku."
Azzam mengecup lembut kening Savierra hingga istrinya itu kembali menggeliat. Tiba-tiba, tubuh Savierra menghadap ke Azzam. Lengannya pun melingkar ke tubuh Azzam. Lantas, istri Azzam itu nampak melajutkan tidurnya.
Azzam terkekeh melihat tingkah Savierra. Saat tidur pun nampak menggemaskan. Azzam mengelus lembut lengan Savierra yang memeluk tubuhnya. Azzam jadi merasa tidak tega membangunkan Savierra untuk sholat tahajjud bersama malam ini. Azzam tau, sejak semalam, Savierra pasti kelelahan karena seharian mengurus rumah.
Beberapa saat kemudian, Azzam mencoba melepas pelukan Savierra perlahan-lahan. Namun yang didapatinya adalah lengan Savierra yang semakin memeluknya erat. Sayup-sayup Azzam mendengar suara Savierra.
"Kak Azzam mau ke mana? Ini belum pagi,"
Azzam tertawa kecil mendengarnya. Bahkan dengan mata yang masih terpejam dan keadaan setengah sadar pun Savierra masih bisa tetap berbicara dengannya. Savierra menenggelamkan wajahnya di balik tubuh Azzam. Membuat Azzam tak bisa pergi ke mana-mana.
"Sayang, udah jam setengah 3. Mau tahajjud dulu, sayang." Ucap Azzam dengan lembut sembari mengusap-usap lengan Savierra.
Savierra masih tak membuka matanya. Hingga akhirnya, Azzam kembali mencoba melepas pelukan lengan Savierra dari tubuhnya. Dan akhirnya, perlahan-lahan mata Savierra mulai terbuka. Savierra mengerjap-erjapkan matanya. Mendapati Azzam yang sudah terbangun dan berada di sampingnya.
Savierra melepas pelukannya dari tubuh Azzam. Lantas ia melakukan hal yang sama seperti Azzam yakni menyandarkan tubuhnya di kepala kasur. Savierra mengusap-usap matanya. Lantas menutup mulutnya saat menguap. Sedangkan Azzam menatap Savierra sembari tersenyum.
"Kenapa Kak Azzam senyum-senyum?" Tanya Savierra sembari mengusap-usap matanya.
"Hm? Enggak. Nggak apa-apa. Seneng aja lihatnya. Istriku cantik banget."
Dengan mata yang masih mengantuk, Savierra tersenyum malu. Lantas ia menyandarkan kepalanya di bahu Azzam dan melingkarkan lengannya di lengan Azzam.
"Kak Azzam mau tahajjud, ya?"
"Iya. Kamu enggak emangnya?"
"Iya lah, aku juga."
"Ya udah. Wudhu dulu kalau gitu."
Azzam hendak beranjak dari tempat tidur. Namun tangan Savierra mencegahnya. "Tunggu dulu, Kak Azzam."
Azzam pun berhenti. Ia kembali pada posisinya di samping Savierra. "Kenapa?"
Savierra kembali menyandarkan kepalanya di bahu Azzam. "Bentar dulu, Kak Azzam."
"Iya. Kenapa? Masih ngantuk, hm?"
Savierra mengangguk singkat. "Iya."
Azzam tertawa kecil melihatnya. "Ya udah, nggak apa-apa. Kamu tidur aja kalau gitu, ya. Kayaknya kamu masih ngantuk banget. Pasti kamu capek."

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
EspiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...