KAMU DAN CINTA

403 30 13
                                    

Suara alarm berbunyi nyaring menembus gendang telinga. Waktu menunjukkan pukul 02.00. Rupanya, sepertiga malam sudah datang menyapa. Azzam terbangun dari tidurnya dan mematikan alarm tersebut. Kemudian, ia menoleh ke arah Savierra. Dilihatnya Savierra yang masih tertidur pulas. Sepertinya, dia lelah. Ya, lelah menangis, mungkin.

"Cantik, sayang." Lirih Azzam.

Azzam tersenyum menatap Savierra. Kemudian, ia mengelus rambut Savierra. Beberapa detik kemudian, ia mengecup kening Savierra. Baru setelah itu, ia membangunkan Savierra untuk menunaikan sunnah tahajjud bersama.

"Sya, bangun, sayang."

Azzam menepuk-nepuk pelan lengan Savierra. Istrinya itu nampak menggeliat sebentar, kemudian diam lagi dan tertidur. Sedangkan Azzam terus berusaha membangunkannya dengan lembut.

"Sayang, tahajjud dulu yuk. Udah jam 2 tuh."

"Nanti tidur lagi setelah sholat nggak apa-apa, sayang. Sekarang bangun dulu yuk."

Savierra nampak menggeliat dan mulai mengerjap-erjapkan matanya.

"Kak Azzam,"

"Hm?"

"Mau tahajjud ya?"

"Iya, sayang. Sholat dulu sebentar ya,"

"Iya, bentar. Mau duduk bentar dulu."

"Aku wudhu dulu ya."

"Iya. Nanti aku siapin alat sholatnya."

Azzam mengangguk dan mengiyakan ucapan Savierra. Namun saat ia hendak turun dari kasurnya, ia merasakan kepalanya sedikit pusing hingga hampir terjatuh.

"Astaghfirullah, Kak Azzam kenapa? Sakit ya?"

Azzam hanya menggeleng pelan saja. Sebenarnya sejak tadi malam, Azzam sudah merasa tidak enak badan.

"Nggak apa-apa, Sya."

"Yakin?"

"Iya. Ini paling tadi cuman karena masih ngantuk aja."

"Masa sih? Tapi Kak Azzam kelihatan pucet gitu,"

"Nggak apa-apa kok, Sya. Baik-baik aja."

Savierra tidak percaya begitu saja. Ia mendekat ke arah Azzam. Kemudian memegang lengan Azzam. Lalu beralih menyentuh kening Azzam dengan telapak tangannya.

"Tuh, anget badannya."

Azzam tersenyum sembari menatap Savierra. "Cuma anget doang kok."

"Tapi itu Kak Azzam demam. Minum obat ya,"

"Nanti aja, sayang. Sholat aja dulu."

"Beneran?"

"Iya. Aku wudhu ya,"

"Beneran bisa?"

"Bisa, sayang."

"Nanti Kak Azzam sholat duduk aja ya kalau nggak kuat. Kan nggak apa-apa."

"Masih bisa berdiri kok. Nggak apa-apa, biar nambah pahala."

"Kak Azzam selalu gitu ah,"

"Aku baik-baik aja, sayang. Jangan khawatir ya,"

Savierra menatap Azzam ragu. Tentu saja ia takut terjadi apa-apa dengan Azzam. Karena Azzam adalah tipikal orang yang jarang sakit. Kekebalan tubuhnya terjaga. Karena Azzam juga rutin minum vitamin. Ia sadar bahwa pekerjaannya tidak sedikit. Oleh karena itu ia rutin minum vitamin yang diberikan Savierra agar kesehatannya tetap terjaga.

"Ya udah aku wudhu dulu," Ucap Azzam kemudian.

"Iya."

Setelah itu, Azzam berjalan menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Sedangkan Savierra, masih terduduk di atas kasur. Tak lama setelah itu, ia memilih untuk menyiapkan dua sajadah untuk dirinya dan Azzam. Tak lupa juga mukenahnya. Savierra juga mengambil obat untuk Azzam agar diminum setelah sholat tahajjud nanti.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang