Liburan semester telah usai. Tahun ajaran baru dimulai. Memulai pagi dengan senyum kala menyambut mentari. Mengaminkan semua harap yang terlangit selalu tanpa henti.
Aisya sudah siap dengan segala penampilannya. Hari ini ia kembali memasuki kelas kuliah. Senang? Tentu. Ia sangat senang. Ditambah lagi, ia akan lebih sering bertemu dosen dambaannya itu.
"Mei, udah belum sih?" Ucapnya seraya menatap Meisya yang tengah bercermin.
"Bentar, benerin rambut dikit. Mending lo benerin kerudung dulu deh."
"Ih kerudung gue udah bener dari tadi. Cepetan kali, Mei."
"Semangat banget sih lo."
"Ya iya lah kan mau kuliah. Kangen kampus tau,"
"Kangen kampusnya apa kangen dosennya."
"Ih tau ah."
"Menurut gue sih opsi kedua."
"Maksud lo?"
"Kangen dosennya kan?"
"Ih apaan sih lo. Masih pagi juga. Udah ayo turun udah ditunggu mama papa sarapan."
"Iya iya ini udah."
Aisya dan Meisya kelur dari kamar dan menuju ke ruang makan bergabung bersama Wildan dan Dyana.
"Selamat pagi, mama papa." Ucap Meisya. Aisya hanya tersenyum seraya menarik kursi yang hendak ia duduki.
"Selamat pagi." Jawab Wildan dan Dyana sembari tersenyum pula.
"Pa, hari ini pelajaran lagsung dimulai emangnya?" Tanya Aisya.
"Em, biasanya sih nggak dulu mungkin ya,"
"Hah? Kenapa gitu?"
"Udah biasa kali, Aisy. Kalo habis liburan panjang tuh, pas masuk hari pertama nggak langsung pelajaran." Sahut Meisya.
"Kenapa, Aisya?" Tanya Wildan.
"Enggak. Nggak papa."
"Nanti kalo udah selesai langsung pulang ya. Jangan mampir kemana-mana." Ucap Dyana kemudian.
"Ah mama nih. Padahal kan mau ke gramedia dulu." Ucap Meisya.
"Ngapain? Buku bacaan kalian tuh udah banyak banget. Sampe ada ruangan sendiri kayak perpustakaan aja."
"Ya bagus kali, Ma. Ya udah biarin aja." Sahut Wildan.
"Tapi jangan lama-lama ya,"
"Iya iya, Mama. Nggak beli banyak kok." Ucap Meisya lagi.
"Uangnya ada?" Tanya Wildan.
"Ada. Dipegang Aisya."
"Kenapa gitu?"
"Ya nanti kalo aku yang pegang takut kepake, Pa." Jawab Meisya.
"Belajar hemat dong lo." Sahut Aisya.
"Lo juga seneng kali gue titipin uang."
"Mana ada. Sama aja bukan uang gue."
"Ah bodoamat lah."
"Udah-udah. Habisin sarapannya. Terus berangkat."
¤¤¤¤
Aisya POV
Entahlah, sejak bangun tidur tadi pagi, bibirku tak henti-hentinya ingin tersenyum. Menyusuri koridor kampus pun bibirku tetap tersenyum. Menyapa siapapun yang ada di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...