Setiap kali ia datang, rasanya begitu menyakitkan bagi tubuh saya. Kehadirannya tidak saya inginkan. Kepergiannya yang saya idamkan sejak lama. Bahagia dan berumur panjang adalah cita-cita saya. Tapi entah apakah Tuhan mengiyakannya.
• Aisya Syahzeeqava •
¤¤¤¤
Azzam melajukan mobilnya dengan begitu gesit. Ia membawa Aisya ke rumah sakit ternama di kotanya. Azzam langsung memposisikan mobilnya di depan ruang UGD. Kemudian ia memanggil suster untuk membantunya menangani Aisya.
Setelah ditidurkannya Aisya di atas brankar, para petugas kesehatan langsung membawa Aisya masuk ke adalam ruang UGD. Sedangkan Azzam menunggu di ruang tunggu sembari menghubungi Meisya.
"Halo, Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, Pak Azzam. Ada apa? Sudah selesai bicara dengan Aisya?"
"Meisya, saya mohon kamu cepat datang kesini."
"Loh, Pak Azzam dimana? Di tempat tadi, bukan?"
"Rumah Sakit Mitra Keluarga. Di depan ruang UGD."
"Hah? Ke--kenapa disana?"
"Aisya pingsan dan mimisan lagi. Kamu cepat kesini ya. Apa Pak Wildan sudah selesai mengajar?"
"Papa belum selesai, Pak. Saya kesana sekarang. Nanti saya beritahu mama sama papa supaya menyusul."
"Oke. Saya tunggu. Assalamualaikum,"
"Baik, Pak. Waalaikumussalam."
Sambungan telepon Azzam dengan Meisya terputus. Ia memegangi ponselnya tanpa meletakkannya ke dalam kantong. Azzam bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Ingin mengetahui yang sebenarnya, malah terjeda karena peristiwa Aisya pingsan. Azzam semakin berpikir bahwa sesuatu memang sedang terjadi dan dialami oleh Aisya.
"Hah, aku yakin, pasti ada sesuatu sama Aisya. Apa aku tanya Meisya aja nanti ya."
Lalu, Azzam mirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Udah jam setengah lima lagi. Kan tadi udah bilang Savierra kalau aku makan malem di rumah. Mana Meisya nggak dateng-dateng juga lagi. Kalau ada apa-apa sama Aisya di dalem gimana coba." Gerutu Azzam.
"Hah, Astaghfirullah. Sebenernya Aisya sakit apa? Apa aku kasih tau Savierra aja ya kalau lagi disini?"
"Tapi, apa nanti dia nggak marah kalau dia tau aku nganter Aisya ke rumah sakit?"
"Ah Ya Allah, pusing gini jadinya."
Azzam mengusap wajahnya kasar. Kemudian, ponselnya berbunyi tanda ada notifikasi masuk. Disana, ia melihat nama Meisya yang mengirimakan pesan. Lantas Azzam segera membukanya.
Meisya Syahzeeqava
Pak Azzam, saya sedang di perjalanan menuju rumah sakit. Tapi sore ini beneran macet banget, Pak. Saya minta maaf karena mungkin datangnya sedikit terlambat. Apa saya bisa minta tolong sama Pak Azzam?
Setelah membacanya, Azzam segera mengetikkan balasan kepada Meisya.
Ach. Azzam. F. Maulana
Minta tolong apa?
Meisya Syahzeeqava
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...