Setelah 3 hari bertengger di gedung berbau obat itu, akhirnya Aisya mendapat izin pulang. Keadaannya sudah sangat membaik. Bahkan, ia lebih aktif dibandingkan biasanya. Aisya nampak lebih senang.
Rumah mewahnya kembali terisi. Canda tawanya memenuhi penjuru ruangan tanpa tapi. Bahagianya kini telah kembali. Senyumnya tak sedikit hilang bertengger di pipi.
"Aisy, jangan banyak gerak dulu. Ntar lo sakit lagi." Ucap Meisya.
"Gue kangen rumah, Mei."
"Terserah lo deh."
"Mei, Reyhan nggak kesini?"
"Ngapain nyariin Reyhan?"
"Ya kali aja apel lagi sama lo,"
"Nggak tau tuh. Biasanya kalo mau main mah ngewhatsapp dulu dia."
"Emang dia nggak ngewhatsapp lo?"
"Enggak tuh."
"Yah nggak seru tuh anak. Sobatnya pulang dari rumah sakit masa nggak nyamperin."
"Kemarin juga dia ke rumah sakit tiap hari. Masih kurang aja lo."
"Itung-itung sedekah buat lo?"
"Hah? Gimana maksudnya?"
"Ya kan kalo gue minta Reyhan ke sini, yang seneng juga lo."
"Ah apa kata lo deh."
"Mei, ke kamar sekarang yuk."
"Buru-buru amat. Barang lo banyak ini."
"Sini gue bantuin bawa."
"Ih enggak. Lo nggak boleh kecapekan, Aisy."
"Cuma segini doang, Mei."
"Enggak. Udah ah sini gue bawa."
Meisya meninggalkan Aisya. Ia berjalan mendahului Aisya menaiki tangga menuju ke kamar mereka. Aisya dan Meisya satu kamar. Dulu sempat pernah dipisah, namun hanya beberapa hari saja. Sebab mereka tidak mau tidur tidak bersama.
"Huh, sampe kamar juga akhirnya." Ucap Meisya seraya membuang tubuhnya ke atas spring bednya.
"Pelan-pelan kali, Mei."
"Lagian lo nginep 3 hari di rumah sakit bawaan lo udah kayak pindahan rumah aja, heran gue."
"Ya emang gue perlu itu semua."
"Dih, ribet."
"Mei, gue pengen cerita."
"Hmm,"
Meisya nampak memejamkan matanya sembari berbaring. Aisya yang melihatnya berinisiatif melakukan hal yang sama. Kemudian mulai bercerita.
"Mei,"
"Apa?"
"Dulu, yang ngajak pacaran lo dulu apa Reyhan dulu?"
"Ya Reyhan dulu lah. Masa iya gue yang minta. Gue mah pasrah aja."
"Gitu ya."
"Hmm, kenapa lo?"
"Gue bingung, Mei."
"Iya kenapa?"
"Gimana ya ceritanya sama lo. Bingung ah gue."
"Tinggal cerita aja susah amat sih lu,"
"Em, gini Mei, lo kan tau, gimana gue sama Pak Azzam."
"Terus?"
"Gue harus gimana ya?"
"Perjuangin, Aisy."
"Ya masalahnya gue nggak tau caranya. Gue nggak paham cinta-cintaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...