Bukan rasa sakitnya yang membuatku kecewa. Aku hanya mempertanyakan satu hal. Dimana bukti kata-kata manis yang pernah kamu ucap sebelumnya? Ketiadaan itu yang aku kecewakan.
• Keisya Savierra Assalafiyah •
¤¤¤¤
Sampai di restoran ala western yakni Solaria yang berada di dalam Ciputra World Mall, akhirnya Savierra dan Azzam bertemu dengan Nissa dan Azka. Mereka menempati tempat duduk yang menurut mereka nyaman.
Azzam dapat melihat perubahan raut wajah Savierra yang seolah baik-baik saja, berbeda seperti sebelumnya saat ia di mobil bersamanya. Ah, wanitanya itu sangat ahli berkamuflase.
"Udah sampe dari tadi? Maaf ya, udah nunggu lama emangnya?" Tanya Savierra sembari duduk di samping Azzam.
Mereka sengaja memilih tempat duduk empuk yang berada di ujung. Agar lebih nyaman saja untuk Nissa yang sedang hamil.
"Baru kok, Sav." Jawab Nissa.
"Ya udah, langsung pesen makanan aja."
Jujur, Azzam tidak bisa berkata-kata. Sikap Savierra sungguh aneh. Saat di mobil bersamanya, ia seperti kehabisan stok bicara. Tidak mau memulai pembicaraan dengan topik apapun. Tapi sekarang, istrinya itu seperti orang yang sedang tidak punya masalah apa-apa, yang hidupnya nampak bahagia-bahagia saja. Wanita memang susah ditebak.
"Sya," Panggil Azzam.
"Hm?"
"Em, yang tadi itu---"
"Yang mana? Kak Azzam mau pesen yang apa?"
Azzam mengernyit, bukan itu yang ingin dibicarakannya. "Bukan, Sya. Yang tadi, maksud aku bukan---"
"Sekarang makan dulu, Kak Azzam. Nanti aja bahas di rumah."
Seakan sudah tau maksud Azzam, Savierra berhasil membuat Azzam diam dengan kata-katanya. Alhasil, selama di restoran itu, Azzam lebih banyak diam. Sedikit sekali berbicara. Bicara pun saat menimpali ucapan Azka atau Nissa. Sedangkan Savierra sendiri, sibuk dengan dirinya juga Arsy dan Arsyad.
"Eh, gimana tadi habis ke rumah Bang Irsyad?" Tanya Savierra.
"Ya nggak gimana-gimana. Ketemu Bang Irsyad doang. Kak Avivahnya nggak disini." Jawab Azka.
"Iya sih. Bang Irsyad lama ya disini? Sampai Kak Avivah mau nyusul segala,"
"Kayanya sih iya, Sav. Kayanya sih ayah sama ibu juga kesini."
"Oh ya?"
"Iya. Mungkin nanti ada kumpul-kumpul keluarga besar gitu sama keluarga Nissa juga."
"Oh gitu, bagus deh."
Mereka memesan makanan pada pelayan restoran. Mereka mengisi waktu menunggu dengan memperbincangkan banyak hal. Tapi berbeda dengan Azzam. Hanya menimpali beberapa ucapan saja, kemudian kembali diam dan tidak ingin bicara.
"Zam," Panggil Azka.
"Ya?"
"Kenapa? Gua perhatiin kayanya lemes banget hari ini."
"Lemes? Enggak kok. Biasa aja."
"Irit bicara banget, Zam. Nggak kayak biasanya." Sahut Nissa.
"Kenapa emangnya?"
"Ya beda. Kayak lagi punya masalah besar, hehe."
"Enggak, nggak lagi kenapa-napa."
"Kecapean kali ya, ya kan, Kak Azzam?" Sahut Savierra kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
روحانياتSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...