Hari masih belum terlalu siang. Cuaca hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Matahari masih memancarkan sinarnya. Hanya saja tidak terlalu terik sebab ada awan-awan yang mengelilingi sekitarannya.
"Baik, pembahasan hari ini cukup sampai di sini. Semoga kita semua bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya." Ucap salah satu dosen.
"Alhamdulillah. Sekarang, mari kita tutup dengan doa." Sahut yang lainnya.
Dan kini, Azzam baru saja selesai rapat. Banyak sekali pembahasan yang dibahas di rapat tadi. Azzam merasa, mulai saat ini ia harus pandai-pandai mengatur waktu. Ia mempunyai banyak tanggung jawab.
Baru saja keluar dari ruang rapat, ia teringat sesuatu. Ya, hari ini ia berniat menanyakan sesuatu pada Meisya. Pembicaraannya tadi sempat terhenti sebab ia harus segera menghadiri rapat.
"Hafidz!"
Azzam memanggil Hafidz yang baru saja keluar dari ruang rapat. Hafidz pun menghampiri Azzam.
"Ada apa?"
"Sekitar habis ashar nanti, ente ada jadwal nggak?"
Hafidz sempat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Azzam. "Em, kayanya kosong, Zam. Kenapa?"
"Beneran kosong?"
"Iya. Jam terakhir, kan? Untuk hari ini ane emang kosong di jam itu, Zam."
"Em, ente mau temenin ane nggak?"
"Hah? Temenin ke mana?"
"Ane ada urusan, Fidz. Sama salah satu mahasiswi. Ada yang perlu ane bicarakan sama dia. Masalahnya bukan membahas tentang kuliah. Ketemunya juga di luar. Makanya ane ajak ente biar nggak cuma berdua aja. Ente mau?"
"Hahaha, Masyaa Allah, resiko dosen muda ya begini, nih. Mau membicarakan sesuatu sama mahasiswi harus ada temennya dulu."
"Iya, Fidz. Gimana? Kan ente kosong, Fidz."
"Iya deh. Dimana emang tempatnya?"
"Em, dimana ya enaknya? Yang nggak terlalu sepi. Biar nyaman ngobrolnya."
"Oh, ane tau, Zam."
"Apa?"
"Di Sharfaraz Cafe aja."
"Hah? Dimana itu?"
"Itu cafe baru, sih. Tapi tempatnya nyaman kok. Aman kalau buat membicarakan hal yang privasi."
"Oh, ya? Ente udah pernah ke sana?"
"Pernah. Cuma sekali, sih. Cuman ya emang tempatnya enak."
"Oh, oke deh. Nanti ane hubungin ente lagi aja ya."
"Siap. Tapi ngomong-ngomong, mau ngobrolin apa, Zam? Sama siapa juga?"
Azzam berpikir sejenak. Ia berpikir apakah perlu ia memberitahu Hafidz tentang permasalahan yang ia hadapi atau tidak. Pasalnya, nanti Hafidz juga akan turut berada di sana bersamanya dan bersama Meisya. Nantinya juga Hafidz akan mengetahui pembahasan antara dirinya dan Meisya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualeSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...