HANGAT DARIMU

240 16 6
                                        

Tugasku adalah memperbaiki sayapmu yang terluka. Namun tidak untuk terbang bersamamu. Terbanglah menikmati cakrawala kebahagiaan. Di sini, aku akan menjadi sangkar, tempatmu singgah dan beristirahat meski sejenak.

Fairel Atharizz Calief

¤¤¤¤

Kakinya masih terdiam di tempat. Malam semakin larut, namun gadis ringkih itu masih saja berdiri di halaman rumahnya sembari memeluk dirinya sendiri. Hawa dingin di malam haripun kian menusuk.

Meisya menghembuskan nafas berat. Beberapa saat kemudian, ia membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Namun belum sampai di ambang pintu, ponselnya berdering. Meisya dibuat bingung tentang siapa orang yang menelfonnya di malam yang selarut ini.

Meisya mengambil ponsel yang berada di kantong piyamanya. Lantas, ia melihat siapa yang mencoba menghubunginya malam-malam. Beberapa detik setelahnya, kening Meisya mengernyit.

"Dokter Fairel,"

Tanpa berpikir panjang, Meisya mengangkat panggilan dari dokter muda yang selama ini sudah banyak membantunya itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Ada apa, dok? Malam-malam begini nelfon saya."

"Nggak ada apa-apa."

"Hah? Beneran?"

"Cuma mau mastiin aja."

"Mastiin apa?"

"Mastiin kalau malam ini kamu tidur di dalam rumah dan nggak terus-terusan berdiri di luar."

Mendengarnya, Meisya sontak membalikkan badannya. Melihat ke sekitar rumahnya dan mencari keberadaan Fairel. Bagaimana mungkin pria itu bisa tau apa yang sedang Meisya lakukan jika tidak berada di tempat yang sama dengan Meisya.

Dan ya, setelah mengedarkan pandangan, Meisya menemukan keberadaan Fairel. Pria itu sedang berdiri menyandarkan tubuh di mobilnya sembari berbicara dengan Meisya di telfon. Tak lupa, senyum manis yang selalu pria itu terbitkan. Membuat wajahnya semakin teduh dipandang.

"Dokter ngapain berdiri di sana?"

Meisya melangkahkan kakinya mendekati pagar rumah. Lantas membukanya dan berjalan menemui Fairel. Suasana di sekitar rumah Meisya sudah sangat sepi. Bahkan, sudah tidak ada orang. Meisya bingung mengapa Fairel datang malam-malam ke rumahnya.

"Dok, kalau mau ke rumah saya kenapa harus malem-malem begini?" Tanya Meisya saat sudah berada di depan Fairel.

Fairel tersenyum melihat gadis di depannya. Gadis yang sampai saat masih ini masih menjadi cintanya. Cinta di luar jangkauannya. Ia tidak bisa lagi meraihnya. Sebab gadis itu sudah menjadi milik orang lain.

"Dokter, kok diem aja?" Tanya Meisya lagi.

"Em, tadi kebetulan lewat sini."

"Oh, ya? Sengaja mau ke rumah?"

Fairel menggeleng pelan. "Enggak lah. Kalau saya mau, ya nggak malam-malam juga datang ke rumah kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang