Savierra baru saja memandikan Arsy dan Arsyad. Sore ini begitu menenangkan. Savierra tengah bermain bersama Arsy dan Arsyad di taman belakang rumah.
"Sayang-sayangnya umi, seneng ya mainnya? Kok kalian nggak bobok sih, sayang? Nunggu abi? Hm, iya?"
"Nanti main sama abi ya? Nunggu abi dateng kerja dulu, sayang."
Savierra mengelus pipi Arsy dan Arsyad bergantian. Dua buah hatinya itu berada di kereta bayi milik mereka masing-masing. Savierra terus bermain bersama putra putrinya. Sembari melihat senja yang selalu mengingatkannya dengan kekasihnya, Azzam.
"Sav,"
Panggilan Nissa membuyarkan lamunannya. Atensinya beralih pada Nissa yang kini duduk di sampingnya.
"Kenapa, Nis?"
"Nggak apa-apa. Udah sholat ashar?"
"Udah."
"Awal waktu ya? Nggak heran sih."
"Hehe, Alhamdulillah. Kalo bisa di awal waktu ya buat apa dikerjain nanti-nanti? Sholat emang harus disegerakan kan?"
"Masyaa Allah, panutan emang iparku nih."
"Hahaha, ada-ada aja."
"Sav, jalan-jalan sore yuk."
"Hah? Kemana? Udah sore gini."
"Keliling komplek aja. Muter-muter gitu. Kali aja ada jajanan. Lagian belum sore banget kok, Sav. Baru jam setengah empat."
"Tumben pengen jalan sekitar komplek?"
"Lagi pengen, hehe."
"Oh, si dede nya pengen jalan-jalan? Boleh-boleh, yuk."
"Langsung nih?"
"Bentar. Bilang Bi Siti dulu."
"Oke siap."
Savierra dan Nissa beranjak dari bangku taman. Savierra mendorong kereta bayi Arsyad dan Nissa mendorong keretan bayi Arsy. Setelah memberi tahu Bi Siti, Savierra dan Nissa keluar rumah dan berjalan-jalan mengelilingi sekitar komplek.
"Nis, kamu tau nggak, komplek disini bloknya banyak loh. Tapi rumah per kompleknya nggak banyak-banyak amat."
"Oh ya, Sav?"
"Iya. Jadi kayak lebih tenang gitu nggak terlalu banyak orang. Tapi masalah kerukunan warga, nggak kalah rukun sama komplek-komplek yang warganya banyak."
"Gitu ya? Nggak kalah rukun gimana maksudnya, Sav?"
"Ya gitu. Kalo misalnya ada yang punya hajat nih, tetangga-tetangga tuh antusias banget bantuinnya. Kalo ada yang kena musibah juga mereka gak tanggung-tanggung tau bantuinnya. Makanya itu, aku seneng banget tinggal di komplek ini."
"Wah iya, aku yang baru tinggal beberapa bulan aja di rumah kamu nih ya, betah banget sama suasananya."
"So, kamu mau ambil salah satu dari rumah disini? Biar kita tetanggaan? Hahaha."
"Hahaha ya nggak tau, apa kata Mas Azka aja."
"Boleh sih, coba kamu bilang sama Azka. Rekomendasi dari aku gitu. Beneran deh, tinggal di daerah sini nyaman banget."
"Iya. Belakangan ini Mas Azka juga kayak lagi cari info rumah gitu, Sav. Cuman ya belum nemu yang cocok sih."
"Lah, kenapa nggak kepikiran di komplek ini aja?"
"Ya kan nggak tau juga, Sav, apa masih ada rumah yang dijual."
"Iya juga sih. Aku juga kurang tau. Tanah sih banyak, cuman udah pada ada yang punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpirituellesSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...