RAPUH

232 25 2
                                    

Ku kira, bahagiaku hanya bersama dirimu. Hingga hatiku rapuh kala melepaskanmu. Namun jika kebersamaan itu membuat Allah-ku cemburu, maka hatiku akan jauh lebih rapuh karena itu.

• Meisya Syahzeeqava •

¤¤¤¤

Bangun di pagi hari, sebelum matahari menampakkan keindahannya. Menjalankan ibadah, dan memohon kelancaran untuk menjalani hari. Hingga akhirnya, matahari mulai memunculkan dirinya di permukaan langit. Sinarnya mulai terang dan menghangatkan seluruh penduduk bumi.

Pagi ini, sekitar pukul 7, Aisya dan Meisya tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Aisya sudah merasa lebih baik setelah beberapa hari beristirahat pasca kemoterapi. Hari ini, ia sangat bersemangat untuk berangkat kuliah.

"Aisy, lo beneran udah baik-baik aja?"

"Tenang aja. In Syaa Allah aman."

"Tapi kan, lo masih harus banyak istirahat, Aisy. Inget, ya, kesehatan lo lebih penting dari apapun."

"Udahlah, Mei, gue juga pengen beraktifitas seperti biasanya."

"Tapi--"

"Udah nggak usah tapi-tapian. Lo siap-siap aja."

"Ya udah deh. Terserah lo aja."

Setelah itu, Aisya dan Meisya melanjutkan kegiatannya. Beberapa hari terakhir ini, baik Aisya maupun Meisya sedang berusaha memperbaiki diri. Entah itu penampilan, sikap, dan hati. Karena itulah, setiap kali memulai hari yang baru, mereka mengawalinya dengan semangat yang baru juga.

"Mei,"

"Hm?"

"Lo beneran bicara sama Rey hari ini?"

Mendengar pertanyaan dari Aisya, Meisya menghela nafasnya. "Sebenernya gue masih berat banget, Aisy."

"Iya, gue tau, Mei."

"Reyhan tuh, orang yang selalu ada buat gue setelah keluarga gue sendiri. Gimana, ya, ngelepas dia itu bukan sesuatu yang mudah bagi gue."

"Iya. Gue juga tau itu. Gue tau Reyhan orangnya baik banget. Bahkan dia juga peduli sama gue karena gue adalah saudara lo. Gue ngerti, ini berat buat lo. Tapi perlu lo tau, dosanya lebih berat, Mei."

Meisya menunduk mendengarnya. "Iya."

"Udah, jangan sedih lama-lama. Belum juga ngomong sama Reyhannya."

"Akhir-akhir ini kalau dia ngechat gue bales lama, Aisy. Gue nggak tega."

Aisya menghela nafas untuk ke sekian kalinya. "Udah, nggak apa-apa. Yang penting, nanti lo jelasin semuanya sama Rey, kenapa lo bisa sampai ada di keputusan lo ini."

Meisya mengangguk lagi. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan aktifitas.

¤¤¤¤

Aisya dan Meisya barus saja sampai di parkiran kampus. Mereka sampai sekitar pukul setengah 9, karena tadi mereka berangkat pukul 8 kurang 15 menit. Mereka berdua berangkat bersama dengan Wildan karena pagi ini Wildan harus mengajar dan juga menyelesaikan beberapa hal.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang