Sejak kejadian di sore hari kala itu, Savierra mulai mencari tau sosok Aisya. Tentang bagaimana latar belakang gadis itu, juga tentang riwayat hidupnya. Ia ingin membuktikan prasangkanya selama ini. Apa benar gadis bernama Aisya itu menyukai suaminya, atau memang hanya sebatas hubungan antara dosen dan mahasiswanya saja.
Hari ini, seperti biasa Savierra usai memandikan Arsy dan Arsyad. Sore hari adalah waktunya bersantai sembari menunggu Azzam pulang. Saat ini Savierra sedang berada di kamar Arsy dan Arsyad bersama dengan Nissa. Savierra sedang melakukan panggilan via telfon dengan seseorang.
"Hallo, Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam, bun."
"Ada apa, Sav? Tumben telfon bunda."
"Nggak apa-apa. Kangen aja, bun."
"Masa? Ada masalah ya?"
"Enggak kok, bun. Em, bunda kapan ke butik sama umi?"
"Ya biasanya setiap hari, Sav. Cuman akhir-akhir ini, bunda sama umi pergi ke butiknya senin sampai jumat doang. Soalnya kan beberapa hari yang lalu udah ada karyawan baru."
"Oh, gitu."
"Kenapa? Mau ketemu bunda? Atau umi?"
Savierra tersenyum. Seorang ibu memang yang paling mengerti anak-anaknya. "Bunda tau aja."
"Ya tau, bunda orangnya peka."
"Hehe, iya, bun. Savierra ke butiknya waktu ada bunda sama umi aja. Senin besok deh kayanya."
"Boleh aja. Besok kan sabtu, besoknya lagi minggu. Bunda sama umi nggak ke butik kalo hari itu. Atau kamu ke rumah aja?"
"Nggak apa-apa, bun. Savierra juga pengen main ke butik. Nanti aja ke rumahnya bareng sama Kak Azzam."
"Loh, memang senin besok ke butiknya nggak bareng Azzam?"
"Kan Kak Azzam ngajar di kampus, bun. Mungkin Savierra sama Nissa."
"Oh, iya juga sih. Oh iya, Arsy sama Arsyadnya bawa juga, Sav. Bunda kangen."
"Iya lah bunda. Masa nggak dibawa."
"Iya deh. Ya udah sampe ketemu hari senin kalo gitu."
"Iya, bunda."
"Minggu depan juga waktunya ngumpul loh, Sav. Di rumah bunda ya."
"Oh, minggu depan ya, bun?"
"Iya. Nggak lupa kan?"
"Inget kok, bun. Umi sama abi juga kan?"
"Iya lah. Ada mertuanya Angga juga. Sekalian bahas akadnya si Zahira."
"Ah iya. Savierra hampir lupa. Wah, berarti ada adik ipar sama calon adik ipar nih. Rame kayanya ya, bun."
"Iya. Bunda nggak sabar jadinya."
"Iya, bun. Jadi kaya perkumpulan besan gitu gak sih, bun? Hahaha."
"Ya Allah, iya ya, hahaha. Aneh-aneh aja kamu, Sav."
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpiritualSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...