Aku kehabisan cara untuk tak percaya. Sebab kamu begitu banyak memberiku cinta. Katakan, akankah kamu membuatku kecewa? Ku mohon jangan. Karena untukmu, hatiku telah ku berikan sepenuhnya.
Keisya Savierra Assalafiyah
¤¤¤¤
Pagi ini rupanya sedang mendung. Awan-awan kian mengabu-abu memenuhi langit yang harusnya biru. Sinar mentari tertutupi awan hingga tak kunjung masuk melalui celah pintu. Namun beruntungnya, udara pagi ini masih terasa begitu sejuk.
Saat ini, Azzam dan Savierra baru saja selesai sarapan bersama. Pagi yang cukup baik, meski cuaca tak secerah hari-hari yang sebelumnya. Savierra mengantar Azzam sampai depan rumah karena Azzam akan segera berangkat ke kampus untuk mengajar.
Namun, pagi ini Savierra mendapati sesuatu yang berbeda. Tepatnya, sesuatu yang berada di mobil Azzam. Savierra nampak memerhatikannya.
"Kak Azzam."
"Iya?"
"Kak Azzam pasang window film di jendela mobil, ya?" Tanya Savierra sembari memerhatikan kaca jendela mobil yang nampak berbeda.
Mendengarnya, Azzam pun merutuki dirinya sendiri. Ia lupa tidak memberitahu Savierra hingga istrinya itu bertanya. Beruntungnya, ia sudah mempunyai alasan yang masuk akal.
"I-iya, sayang. Kemarin aku pasang." Jawab Azzam.
"Kok aku nggak tau?"
"Em, maaf, sayang. Aku lupa banget mau kasih tau kamu. Padahal kemaren pas pulang aku udah mau kasih tau kamu. Tapi lupa, sayang."
"Oh, gitu. Ya udah, nggak apa-apa." Ucap Savierra sembari tersenyum dan mengangguk.
"Tapi, tumben banget Kak Azzam masang window film di jendela mobil? Kenapa emangnya?"
"E-em, ya nggak apa-apa, sayang. Biar yang di dalem nggak kelihatan dari luar. Jadi, kamu kan bisa aja lepas cadar di dalem mobil tanpa harus khawatir dilihat orang yang bukan mahram dari luar." Jawab Azzam.
Savierra menganggukkan kepala mendengarnya. Benar juga apa yang dikatakan oleh Azzam. Akan lebih aman jika bagian dalam mobil tidak terlihat atau tidak tembus pandang dari luar. Savierra akan merasa lebih leluasa ketika ingin melepas cadarnya di dalam mobil.
"Hm, iya juga, ya. Biar nggak panas juga kali, ya, Kak Azzam."
"I-iya, sayang. Kalau ada window filmnya kan jadi nggak terlalu panas."
"Iya, Kak Azzam. Cuaca lagi nggak menentu. Kadang pas panas rasanya panas banget. Meskipun di dalem mobilpun rasanya tetep gerah. Sinarnya masuk ke dalem juga soalnya."
"Nah, iya, sayang."
"Ya udah kalau gitu. Bagus, deh, Kak Azzam."
Azzam bernafas lega karena Savierra percaya. Sejujurnya, apapun yang dikatakannya tadi memanglah niat dari mengapa ia memasang window film di kaca jendela mobilnya. Namun di sisi lain, ia juga berharap supaya ketika Meisya sedang naik mobil bersamanya, maka tidak ada yang mengetahuinya.
"Em, sayang, kalau gitu aku berangkat dulu, ya."
"Iya, hati-hati, Kak Azzam."
"Iya, sayang."
"Kak Azzam nanti makan malam di rumah, kan? Aku masak, ya?"
Azzam berpikir sejenak. Semalam, ia sudah tidak makan malam di rumah bersama Savierra karena ia makan malam di rumah Meisya. Ia tidak ingin membuat Savierra kecewa lagi. Lantas, Azzam pun menatap Savierra sembari tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/189512600-288-k753227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Imanku
SpirituellesSequel "Sepertiga Malam Tentangnya" Baca dulu 👉🏼 "Sepertiga Malam Tentangnya" Ana uhibbuka fillah. Aku mencintaimu, karena kecintaanmu pada Allah. Kehidupan rumah tangga memang tak ada yang berjalan mulus. Pasti ada lika-liku yang mengiringi. Prob...