AISY DAN MEI

577 52 7
                                        

Azzam melajukan mobilnya menuju kampus dimana ia mengajar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyuman. Jalanan cukup aman. Terlihat ramai namun lancar. Minim kemacetan untuk hari ini.

Azzam melirik pergelangan tangannya. Menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh menit. Pada saat itu pula, mobilnya telah memasuki area kampus tempat ia akan menghadiri rapat.

Azzam turun dari mobilnya. Lantas berjalan menuju ke koridor kampus. Sesekali menyunggingkan senyum pada penjaga kampus yang ia temui. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Pak Azzam,"

Azzam menoleh mendapati seorang gadis yang dapat ia tebak usianya beberapa tahun lebih muda darinya. Gadis itu menghampirinya.

"Selamat pagi Pak Azzam," Ucap gadis tersebut sembari melontar senyum manisnya.

"Selamat pagi. Kamu? Aisya bukan? Mahasiswa baru itu."

"Betul pak."

"Saya sedikit mengenal kamu," Aisya hanya tersenyum mendengarnya.

"Kamu kenapa ada di sini? Ini kan liburan,"

"Iya pak. Em, tadi cuma ikut papa aja ke sini. Mau ada rapat katanya."

"Papa?"

"Oh iya lupa. Em, kebetulan papa saya juga dosen di sini pak."

"Siapa namanya. Mungkin saya kenal?"

"Bapak pasti mengenalnya,"

"Oh ya? Siapa?"

"Pak Wildan. Nama papa saya."

"Kamu putrinya Pak Wildan?"

"Iya pak."

"Subhanallah. Saya baru tau,"

"Em, kenapa memangnya pak?"

"Nggak papa. Saya akrab sama papa kamu. Pak Wildan itu senior saya."

"Oh,"

"Aisya, saya pergi dulu. Sepertinya rapatnya segera dimulai. Permisi, Assalamualaikum,"

"Iya pak silahkan. Waalaikumussalam."

Azzam pun beranjak pergi dari hadapan Aisya. Namun gadis itu memanggilnya kembali. Membuat Azzam kembali menoleh ke arahnya.

"Pak Azzam,"

"Iya?"

"Hati-hati,"

Azzam hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian ia melanjutkan jalannya menuju ruang rapat.

Aisya tersenyum menatap kepergian Azzam. Dosen yang satu itu baik. Tampan. Sholeh. Idaman sekali batinnya.

Tak lama dari itu, datang seorang gadis yang seumuran dengannya. Menepuk bahunya membuatnya terperanjat kaget hingga semua lamunannya buyar.

"Aisy!"

"Eh,"

"Lo kemana aja sih, gue cariin lo dari tadi. Katanya suruh nunggu di kantin tapi lama banget nggak dateng-dateng,"

Aisya tak menggubris omelan gadis di sampingnya itu. Membuat sang gadis kembali membuyarkan lamunan Aisya.

"Woi, Aisya!"

"Aisya!"

"Eh, Ya Allah, apaan sih lo,"

"Lo yang apaan. Dari tadi gue ngomong lo diem mulu. Lo kenapa sih? Lo sakit Aisy?"

"Ih apaan sih. Gue nggak sakit."

"Terus kenapa senyum-senyum sendiri dari tadi?"

"Kepo banget lu,"

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang