Suasana sarapan di rumah utama, seperti dunia kematian. Tidak ada yang bersuara. Bahkan Kela dan X yang kerap berceloteh tampak diam dan tidak rewel, terbawa oleh suasana kaku. Aku merasa bahkan orang-orang yang mengelilingi meja berusaha agar nafas mereka tidak terdengar. Beginikah konsep keluarga? Bahkan orang yang bermusuhan tampak lebih akrab ketimbang Keluarga Besar Hadikusumo.
Saat sisa sarapan dibersihkan, Nyonya besar barulah membuka pembicaraan.
"Sayang, lusa aku akan mengadakan pesta karena kamu telah sadar. Menurutmu, siapa yang akan kita undang kali ini?"
Aku ingin tersedak tawa, nyonya besar sudah ingin menggelar pesta bahkan saat tuan besar masih tidak sadarkan diri. Dan sekarang menjilat kalau dia mengadakan untuk kesehatan tuan besar. Terkadang aku tidak habis pikir, nyonya besar dan tuan besar tampak mesra tetapi semuanya palsu. Mana bisa menjilat dengan suami sendiri, konsep itu tidak pernah tercipta antara aku dan suamiku.
"Lakukan saja." Tuan besar tampak tidak memperdulikan ucapan Nyonya Besar. Dia beralih pada X.
"Bagaimana persiapan X untuk menjadi penerus bisnis keluarga?" Tuan besar bertanya padaku, dan seketika aku menyemburkan air yang aku minum. Terdengar suara jeritan Nyonya Besar dan Elysa.
Nyonya besar mengataiku tidak memiliki etika. Bagaimana aku tidak kaget? Tuan besar bertanya tentang persiapan seorang anak kecil untuk menangani urusan keluarga Hadikusumo. Bukankah itu gila? Lagi-lagi aku berdecak, aku sudah tahu kegilaan keluarga ini sejak dulu, tapi beberapa hal masih saja membuatku terkejut.
"Papa tidak perlu ikut campur." Tuan muda menjawab datar. "Papa telah menyerahkan pada X, karena itu biarkan kami sebagai orangtuanya yang bertanggung jawab."
Aku merinding mendengar ucapan suamiku sendiri, bersiap akan kemarahan tuan besar. Anehnya, tuan besar malah tertawa mendengar ucapan suamiku yang lancang. Aku mendengar sungutan dari Elysa, tetapi dia tidak bereaksi apa-apa lagi.
Elysa sedikit lebih tenang setelah masalah dengan Angel. Mungkin aku harus membujuk Angel untuk berbaikan dengan Elysa, agar Elysa semakin baik. Bukankah itu termasuk strategi menaklukkan musuh? Elysa walaupun seolah berkuasa terhadap Angel, ternyata menciut saat Angel meninggalkannya. Begitulah wanita.
Setelah sarapan berakhir, aku masih memikirkan soal detektif swasta yang menghilang bagai ditelan rimba belantara. Aku akhirnya memutuskan untuk mendiskusikan dengan tuan muda. Beginilah aku, awalnya ingin membantu tetapi berakhir membebaninya.
Seperti biasa, jawaban tuan muda membuatku kaget.
"Aku sudah mengamankannya." Jawaban itu membuatku heran, bukan, tuan muda membiarkanku melakukan hal berbahaya? Bukankah itu suatu hal yang aneh? Biasanya dia akan murka.
"Zola, apa maksudnya mengamankan. Zola, bagaimana kamu tau kalau aku menyewa detektif untuk memata-matai ibu."
Dengan matanya yang hitam tajam selalu menembus sukma, dia berkata, "Tidak akan lepas dari pandanganku apa yang dilakukan oleh istri dan keluargaku."
"Kamu marah?" Aku rasa dia sangat marah, karena tuan muda begitu diam. Diam adalah bentuk kemarahan yang dalam. Bukankah begitu.
"Cukup berada di sisiku saja. Jangan lakukan hal lain apapun itu."
Harusnya kata-kata itu membuatku marah, apa tuan muda berpikir kalau aku ini patung? Saat aku membantunya dengan kasus suap, dia memuji dan berterima kasih. Tetapi, aku kali ini tidak bisa marah. Karena aku begitu ketakutan terjadi sesuatu dengan detektif yang kusewa, mendengar kalau dia aman membuatku sangat lega.
Aku duduk di atas tempat tidur dan membisu, memandangi X dan Kela yang tertidur. Di rumah keluarga besar mereka suka sekali tidur. Apa mereka kelelahan?
![](https://img.wattpad.com/cover/213583859-288-k348433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomantikHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...