Aku memeluk Kela kuat-kuat, bayi gendut itu tidak mengetahui kalau ibunya sedang kalut. Dia tertawa riang. Duduk berhadapan dengan Reva, dia menghembus dan menghela nafas berkali-kali, seperti udara akan habis.
"Kenapa Emmeric melakukan itu ya?" Reva bertanya.
Aku menggelengkan kepala, tidak tau juga kenapa dia berbuat begitu. Apa yang dia katakan dipemberitaan jelas membawa citra buruk, sebelum menikah Emmeric memiliki anak. Tidak tau apa yang ada dipikiran orang, pastilah mereka akan mengatakan dia meninggalkan kekasihnya yang hamil dan menikah dengan orang kaya. Terutama mendapat karma langsung karena istrinya selingkuh dan hamil anak orang lain. Emmeric selalu memperhitungkan semua hal, kecuali tentang aku, dia salah memperhitungkan.
"Tidak tau dia akan bicara apa untuk mengklarifikasi. Aku lihat saham keluarga Thomas turun kak."
Kami mengurung diri di rumah bahkan menutup pintu, tadinya tuan muda berkata ingin mengirim kami ke suatu tempat. Tapi aku katakan di rumah saja, berpura-pura tidak ada orang. Sejak pagi bel rumah berdering dan penjaga berkata kalau tuan besar datang. Dia pasti murka mengetahui kalau istri dari putra kesayangannya memiliki anak dari pria lain.
Tidak usah khawatir.
Pesan dari sang suami. Bagaimana mungkin tidak khawatir, membiarkan dia mengurus segalanya. Aku terkadang takut dengan masalah yang terus menerpaku, tuan muda bosan dan menyesal telah menikahi aku.
Bahkan dia meminta maaf karena tidak bisa menemaniku di rumah, karena ada pekerjaan. Berjanji akan pulang secepat yang dia bisa. Tuan muda meminta maaf semakin membuat perasaan nelangsa, sebagai istri apa yang telah aku berikan untuknya selain kekacauan.
Reva terus memantau pemberitaan, melihat perkembangan lebih lanjut. Kepalaku jadi sakit bagai terhimpit, setelah Kela tidur aku melampiaskan kemarahanku dengan membuat beberapa design, tetapi seringkali gagal, akhirnya hanya mencoret-coret saja.
Siang hari, tuan muda pulang dan membawa makan siang. Dia telah mengetahui kalau aku tidak berselera makan dan membawakan makanan dari restoran.
"Kamu tidak apa?" Dia berkata dengan kelembutan, sambil membelai rambutku.
Aku menggeleng dan memeluknya, merebahkan kepalaku di dada dan menghirup aroma yang menenangkan. Dibandingkan pemberitaan, aku lebih khawatir pada tuan muda. Aku takut dia akan ditekan oleh ayahnya, bagaimana kalau beliau memaksa tuan muda menceraikan aku?
Bibi Ana mengambil makanan yang dibawa oleh tuan muda dan menyiapkan di meja. Reva diam sejenak, kemudian dia pergi ke dapur untuk mencari tempat makan. Dengan cepat dia mengatakan akan mengantarkan makan siang untuk Hu dan berlari keluar menuju rumah tamu. Aku dan tuan muda tertawa, bersyukur karena tingkah lakunya masih bisa menghibur kami.
Dia kembali dengan senyuman di wajahnya, aku tidak tau apa aku akan merestui seandainya adikku benar naksir dengan Hu. Mengingat jarak usia mereka kira-kira sepuluh tahun. Reva bilang kalau Hu telah bicara beberapa kata padanya.
"Sebenarnya Hu suka berbicara, nanti kalau sudah kenal baik." Tuan muda berkata demikian seperti aku akan percaya saja.
Reva mengangguk-angguk dengan bersemangat.
"Bagaimana persiapan masuk kampus?"
"Tinggal masuk saja apa susahnya sih kak?" Reva merengut sambil memasukkan cumi goreng tepung ke mulutnya.
"Hei, di kampus berbeda dari saat sekolah. Kalau menurut kakak lebih menyenangkan. Dek, kamu tidak bosan apa di rumah terus? Setau kakak kamu dulu selalu kumpul-kumpul bersama temanmu."
"Ya, mereka sering ngajakin kak. Tapi aku males, mereka suka nanya-nanya karena pengen tau."
Tuan muda memandang ke arahnya, dia pasti tau, sejak menjadi keluarga Hadikusumo banyak yang penasaran dengan hidup kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/213583859-288-k348433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomanceHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...