Pergi ke rumah sakit, aku meminta tuan muda menemani aku. Di dalam mobil, sepanjang jalan aku memeluknya dengan tubuh gemetar.
"Maafkan aku." Dia berucap lirih. Hatiku terasa sesak, bahkan tanganku gemetar. Dalam hati jadi merasa egois, entah kenapa aku malah lega kalau Emmeric yang menyelamatkan aku. Seandainya itu tuan muda, aku tidak akan pernah memaafkan diriku.
"Jangan minta maaf." Aku memohon dalam hatiku, sudah jelas tuan muda akan menyalahkan dirinya lagi. Dia selalu berkata agar dimana pun aku harus selalu berada di dekatnya.
"Aku tidak menjaga kamu dengan baik."
"Sudah Zola." Aku meletakkan kepala dengan lemah di pangkuannya, "Sudah. Hentikan."
Dia memegang pundakku dengan erat, aku bertanya. "Apa pelakunya sudah tertangkap?"
"Ya. Dia sudah di amankan, aku telah menelepon Roy untuk datang mengawasi interogasinya. Tapi, dia belum bicara apa-apa."
"Zola, aku takut." Tuan muda menundukkan kepalanya dan mencium rambutku. "Aku takut, seandainya itu kamu. Aku akan membunuh diriku sendiri. Aku sangat takut." Air mataku banjir lagi, aku...perasaanku pada Emmeric dibandingkan pada tuan muda. Aku merasa sangat takut.
Tangan tuan muda yang besar menggenggam jemariku, "Sewaktu aku kehilangan ibuku dulu, aku selalu berpikir kenapa dia mau mengorbankan hidupnya hanya untuk menyelamatkan aku."
Aku mendengarkan suara tuan muda yang pelan, "Sekarang aku berpikir apabila terjadi sesuatu terhadap kamu, aku rela menggantinya dengan hidupku. Kamu mengerti tidak? Bahkan aku dan kamu tidak berhubungan darah."
Tuan muda. Aku menggenggam erat tangannya. "Zola, tetap temani aku."
Mobil sampai di rumah sakit tempat Emmeric, dirawat. Aku dan tuan muda keluar, dia memapahku yang seperti telah kehilangan kaki untuk berdiri. Kami sampai di ruang perawatan Emmeric. Di pintu masuk ruangannya berjaga polisi. Tetapi, kami diizinkan untuk masuk.
Aku melihat Emmeric sedang duduk dengan perban melingkar di dadanya yang telanjang. Itu...Aku melihat Angel berdiri di sebelahnya, sebagai sahabat Angel sangat setia pada Emmeric.
"Selma. Kamu tidak apa-apa?" Suara Emmeric pelan menyapa telingaku. Anehnya kondisi Emmeric tidak membuatku sesak. Apakah aku begitu jahat? Dia sampai terluka karena menyelamatkan nyawaku. Emmeric melihat tuan muda bersamaku. "Kamu datang bersama dia?" Matanya yang kelabu memandang sayu dengan penuh kesedihan.
"Emmeric, bagaimana kondisi kamu?"
"Baik saja. Terima kasih sudah bertanya."
Angel menoleh dia seperti kesal melihatku, "Emmeric sudah mau mati, masih bersikap begitu."
Angel berkata padaku, ada sedikit kemarahan dalam kata-katanya. Apa salahku? Aku tidak mungkin memeluk dan menangisi dia bukan? Sekarang kami tidak memiliki hubungan apa-apa, selain ikatan karena Kela. Yah...aku selamanya tidak bisa lepas dari bayang-bayang Emmeric, itu karena anakku.
"Syukurlah meleset dari organ vital, hanya di bagian pundak," jelas Angel. "Tapi lumayan banyak darah yang keluar, harus dirawat beberapa hari."
Aku malah terus menggenggam tangan tuan muda. Menoleh ke arahnya, memandangku dengan pandangan khawatir. Tuan muda Tuan muda? Aku berkali-kali bertanya, apa makna di balik kecemasan pada matanya yang indah itu? Apa tuan muda takut kalau aku kembali pada Emmeric? Apa dia berpikir begitu?
"Selma, tidak bisakah kamu sedikit iba pada Emmeric. Apa kamu harus terus mempertontonkan kemesraan di sini?" Angel menegurku.
"Angelo." Tuan muda dengan suaranya yang dalam berkata, "Selma dan aku adalah satu bagian" Perkataan tuan muda membuatku tenang, aku tidak perlu membantah Angel. Angel seperti sangat kesal. Entahlah, mungkin suasana hatinya juga buruk karena pertunangan dia jadi kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomansaHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...