27. Menyukai Tuan Muda

10.4K 839 42
                                    

Pulang dengan tuan muda dalam perjalanan dalam keheningan, untuk berterima kasih saja begitu malu. Hanya menunduk sambil meremas tas tangan di pangkuan.

"Mulut begitu pedas, bisa menimbulkan masalah."

Aku menunduk, dimarahi oleh tuan muda. Apa dia mendengar saat aku balas mengata-ngatai Linda? Habis mau bagaimana lagi? Masa hanya diam teraniaya.

"Di masa lalu, dia berbuat banyak hal jelek padaku."

"Aku tau."

Jawaban tuan muda membuatku menoleh ke arahnya, perkataan tuan muda membuatku kebingungan.

"Aku sudah menyelidikinya."

Kalimat lanjutan yang diucapkan tuan muda membuatku tersenyum geli.

"Aku ingin tau apa yang tidak kamu ketahui mengenai aku."

"Masih banyak."

"Oh ya? Jawaban itu terlihat meragukan, seharusnya aku yang berkata seperti itu. Aku hanya mengetahui sedikit tentang kamu."

"Bahkan nama pengasuhku saat kecil ada di internet, jadi bagaimana bisa kamu berkata begitu?"

"Entah kenapa, aku rasa begitu. Zola, apa kamu membenci bunga mawar?"

Tuan muda tidak terdengar menarik nafas, "Aku sangat menyukainya. Apa terlihat kurang jantan jawaban itu?"

Aku mengusap punggung tanganku, tertawa. "Hanya saja perilaku kamu tidak sesuai dengan ucapanmu."

"Kamu berusaha mengatakan apa?"

Tuan muda ini berpura-pura bertampang polos, oh salah bergaya polos. Aku lupa masih belum mengetahui wajahnya. Lupa kalau dia telah menyakiti hati seseorang.

"Kamu ingat saat di villa, aku menghias ruanganan dan juga ruang kerjamu dengan bunga. Tapi kamu membuangnya ke tong sampah."

"Bukan aku."

Aku merasa tubuhku meremang, apakah itu sang bodyguard bayangan? "Siapa?"

"Hu."

Apa sih? Kenapa tuan muda mengejekku. "Kamu mengejek?"

"Hu. Itu namanya, astaga selain bermulut pedas kamu sangat berpikiran jelek."

"Hu? Nama siapa?"

Akhinya aku mendengar suara helaan nafas tuan muda. Sepertinya cukup keras.

"Nama pria yang kamu pergoki malam itu. Dia bawahanku. Dia tidak suka bunga."

Apa ada hal begitu? Jadi benar selama berada di villa, ada orang lain yang tinggal di sana. Bagaimana bisa dia menyembunyikan diri begitu baik?

"Namanya Hu? Nama apa itu?"

Tuan muda menaikkan bahu, "Sekarang mulutmu bisa membuatmu kehilangan nyawa."

Dengan wajah menganga tak percaya aku duduk menyamping menatap ke arah tuan muda, aku melihat pelindung telinganya begitu detail sampai telinga juga ditutup. Mataku menyipit, tuan muda lambang keanehan juga membuat kecurigaan.

"Setiap detik bersamamu, selalu menakutkan. Karena selalu terancam membayar dengan nyawa."

"Kamu menghina Hu, sejauh yang aku tau orang yang mengejeknya semuanya tidak ada yang selamat."

"Zola, lindungi aku." Aku pura-pura memasang ekspresi ketakutan.

"Kamu memang aneh."

"Huuuu...." Aku mengejeknya, "Sepertinya aku menyukai nama itu."

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang