55. Kematian

6.8K 604 55
                                    

Aku membiarkan Zola tidur dalam dekapanku, dia memang menyimpan sesuatu. Kupandangi garis wajahnya yang tegas dalam tidur, tapi dalam pelukanku dia tak lagi mengigau seperti menemukan kenyamanan di sana. Aku membiarkannya terlelap.

Tuan muda sejak awal menunjukkan kalau dia kesal pada tuan besar, tapi belakangan ini seperti emosinya semakin nyata. Ayahku dulu pernah bilang di dalam rumah tangga, tidak mungkin selalu berjalan mulus. Tetapi yang terpenting adalah suami istri yang saling menguatkan, sekalipun ditimpa banyak masalah itu adalah permasalahan dari luar.

Aku pernah menanyakan di suatu hari pada ayahku, kenapa beliau tak mau menikah lagi. Katanya dia sudah memiliki dua putri, untuk apa lagi menikah. Terutama karena beliau tak ingin menggantikan posisi ibuku dalam hatinya. Ayahku seorang yang setia, bagi kami kesetiaan adalah hal mutlak.

Suamiku tidur sekitar dua jam, kemudian dia terbangun. Langit sudah gelap, aku menyiapkan makan malam untuknya. Tuan muda menyukai telur, tapi tidak pernah bilang kenapa suka telur. Dia makan dengan bersemangat, seperti kegundahan hatinya hilang. Tapi aku tau itu tidak benar, dia masih menyimpannya.

"Malam ini pasti tidak bisa tidur." Tuan muda berkata saat kami bersantai di ruang tengah.

"Begadang saja, besok tidak usah bekerja." Dengan cepat aku menjawab.

Tuan muda terkekeh geli, aku suka saat dia bersuara seperti itu. Seakan sifat misteriusnya hilang. Hanya ada sosok hangat yang aku kenal.

"Elysa datang bicara apa?" Dia sepertinya sangat kesal kalau mengetahui aku diintimidasi oleh keluarganya, saat itu ayahnya sekarang kakaknya.

"Dia menyuruhku menjaga dengan baik bayi kita."

Aku merasa tubuh tuan muda menegang.

"Zola, menurut kamu dia akan melakukan sesuatu yang jahat?"

"Elysa, sifatnya buruk. Tapi dia tidak akan berani. Hanya saja ...." Tuan muda berhenti bicara.

"Hanya saja?"

"Ibunya, dia orang yang mengerikan."

Ya, dia bahkan beberapa kali mau membunuh tuan muda karena kekuasaan.

"Zola, mereka takut anak ini dan juga aku menguras harta kalian. Kamu tau aku nggak butuh harta."

Tuan muda hanya bergumam.

"Zola, semenjak menikah kamu selalu memberikan banyak hal. Menjagaku juga keluargaku dengan baik, tak terbayangkan bagaimana perasaanku ini. Diam-diam jadi sangat mencintai kamu."

"Aku pun sangat mencintai kamu. Kenapa harus diam-diam, kalau bisa terbuka?"

Aku mendengar tawanya bagai musim semi.

"Tapi, suamiku ini, orang yang sangat aku cintai tidak mau bicara padaku."

Zola terdiam, "kenapa bilang begitu?"

"Aku mengerti sejak awal, sejak begitu awal kita bertemu, aku kerap bernasib sial. Membuat masalah dan menyusahkan, tapi aku ingin kamu membagi permasalahan kamu denganku."

Terdengar suara hembusan nafasnya, dia pasti memahami apa yang aku katakan.

"Kamu berpikir aku memiliki masalah?"

"Manusia mana yang tidak punya masalah?" Aku merebahkan kepalaku di dadanya.

"Selma ...."

"Ya?"

"Apa kamu tau, kenapa aku dulu menggunakan topeng?"

"Karena kamu menutupi identitas kamu?"

"Aku menutupi diriku yang sebenarnya adalah monster. Aku memiliki begitu banyak kebencian, terkadang aku ingin menghabisi semua musuhku dan mencincang mereka."

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang