1. Tersakiti

44.7K 1.3K 32
                                    

Aku dan Emmeric adalah sepasang kekasih, begitu masuk kuliah aku berpacaran dengannya. Kira-kira umurku sembilan belas tahun dan sekarang kami memasuki anniversary jadian yang ke-enam. Aku pikir kisah cinta kami akan bertahan selamanya sampai ke jenjang pernikahan, tidak akan ada perselingkuhan atau badai besar.

Sampai suatu hari, Emmeric mengatakan kalau dia akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Aku seperti terkena pecutan kuda, hatiku begitu sesak. Emmeric mengatakan, kalau pernikahan itu dia lakukan agar adik tirinya tidak mendapat saham perusahaan keluarga mereka, perusahaan akan menjadi milik Emmeric, itu syarat dari ayahnya. Emmeric sejak dulu berambisi, seketika aku menamparnya keras, tapi tanganku lembut dan tulang pipinya keras, tanganku malah menjadi sakit.

Emmeric memeluk dan menciumku paksa, aku meronta dalam rangkulan tubuh bidangnya. Dia bilang orang tuanya menyetujui kalau dia menjadikan aku istri kedua. Bahkan Emmeric bersumpah akan mencintai aku seorang, tidak akan menyentuh istri pertama, wanita pilihan orangtuanya.

Emmeric adalah seorang bintang di kampus dulu, dia seniorku lebih tua satu tahun. Di kampus dia menjomblo tapi aku tak percaya, mana mungkin orang seperti dia tidak memiliki kekasih? Dia bilang dia hanya punya pacar saat SMA.

Aku menampar lagi pipinya, saat mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya. Mulut yang sering menyentuh mulutku, kenapa bisa keluar perkataan yang begitu menjijikkan? Hatiku semakin perih melihat wajah Emmeric yang santai, dia yakin aku akan menurut dan mau menjadi istri keduanya. Tak pernah akan terjadi dalam kehidupanku menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain.

Memang aku pernah mendengar dari sahabatnya, Angel, jangan salah dia adalah laki-laki sekalipun bernama Angel. Angel bilang ada wanita yang sangat menyukai Emmeric sejak dulu, dari lingkungan pergaulan mereka. Putri seorang pejabat tinggi yang dekat dengan presiden dan sangat berkuasa. Cuma waktu itu aku tidak terlalu memikirkannya, mana mungkin aku melarang wanita jatuh cinta pada kekasihku.

Aku mendorongnya keras, tapi Emmeric menangkup tubuhku, dibanding dia bisa dibilang aku jadi kecil padahal aku sudah lumayan tinggi untuk ukuran wanita. Mendadak seluruh tubuhku bergetar dan mataku berkunang, sekelilingku menjadi gelap. Tapi aku menahan tubuhku ke dinding.

Emmeric membisikkan kata-kata mesra, bersumpah terus kalau dia akan menghujaniku dengan kasih sayang dan materi yang bahkan melebihi istri pertamanya, bahkan anaknya denganku nanti akan menjadi prioritas.

Mata Emmeric bewarna kelabu, aku menatapnya garang. Dia memeluk pinggangku ketat, seakan dia tak mau melepaskannya.

Selama berpacaran lebih dari enam tahun, tidak pernah sekalipun Emmeric bersikap jahat padaku, dia baik dan penuh kasih sayang. Menghujaniku dengan perhatian. Semua merasa aku sangat beruntung, bahkan diriku pun berpikir demikian. Sayangnya semua itu sia-sia. Untuk apa melanjutkan hubungan tanpa arah yang pasti? Menjadi istri kedua? Dalam mimpi pun aku tak akan sudi.

Dia malah mengajakku berhubungan intim agar segera tumbuh benih di dalam perutku, agar anak itu menjadi anak pertama. Nafasku segera tersedak, ingin rasanya aku mengambil pisau dan membunuhnya detik ini juga. Aku dan Emmeric tidak pernah berhubungan intim sekalipun selama enam tahun, Emmeric selalu mengajakku tapi aku masih menjaga budaya nenek moyang ketimuran. Bahwa aku hanya memberikannya pada suamiku kelak, terutama aku selalu mengingat pesan ayahku agar menjaga martabat.

Seandainya saat ini hati dan jantungku berada di luar, keduanya pasti sudah bergelimpangan bersimbah darah. Pantas saja ada yang berkata kalau lidah lebih tajam dari pisau. Kata-kata Emmeric menyakitiku. Aku menatap dengan mata melotot pada wajahnya yang tersenyum, biadap sekali dia masih bisa tersenyum dalam kondisi begini? Rasanya aku ingin mencekiknya sampai mati saat aku melihat jakunnya yang bergerak di leher, naik turun.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang