72. Kembali Seperti Semula (end)

1.8K 231 45
                                    

Aku sudah lama tidak bertemu Emmeric, tapi kali terakhir bertemu, dia masih terlihat memandangku dengan wajah kemarahan. Dia selalu mengatakan kalau Kela meninggal karena aku, karena aku terlalu fokus pada anakku yang lain. Seandainya saja Kela bersamanya, itu tidak mungkin terjadi.

Sebenarnya, Emmeric tidak perlu melakukan itu. Tanpa dia menyalahkanku, aku sudah menyalahkan diriku sendiri. Ini terjadi karena kami lalai sebagai orang tua. Hanya saja tanggung jawab sebagai orang tua untuk anakku. Tidak bisa kami abaikan begitu saja. Aku tak ingin kami berlarut dalam kesedihan hingga mengabaikan X, masa depan X juga masih terlihat beresiko.

Dengan perut yang buncit dan besar, aku menghadiri acara ulang tahun Elysa, suamiku dengan setia mendampingi. Reva? Sejak tidak lagi tinggal dengan kami, dia seperti memiliki dunianya sendiri. Dia berkata ada acara sendiri, sehingga tidak hadir. Sedangkan ayah mertuaku, enggan hadir karena tak ingin merusak acara pesta dalam suasana diam.

Sudah mulai ramai di taman belakang rumah Elysa dan Angelo saat kami datang. Pelayan memyambut dan mengarahkan kami ke meja, ada sekitar 20 meja yang berbaris rapi di sana. Saat aku menuju meja untuk duduk, aku melihat seorang anak lelaki tampan berusia sekitar 8-9 tahun, menarik kursi seperti seorang gentleman. Bahkan Zola juga tertawa karena dia telat sedikit ketimbang anak itu.

"Terima kasih." Aku mengucap padanya, dia mengangguk.

Dia tertegun saat menatapku, katanya, aku adalah wanita tercantik yang pernah dia lihat. Aku tertawa. Masih kecil begitu sudah mengerti cara menyenangkan wanita.

"Lorka, sedang apa kamu?" Emmeric mendekat. Aku kaget saat melihatnya.

"Oh, papa." Dia berkata pada Emmeric.

Papa? Aku dan Zola berpandangan, seketika aku ingat kalau Emmeric telah mengadopsi tiga orang anak untuk tinggal bersamanya. Emmeric melihatku sekilas, masih terlihat emosi juga kemarahan di matanya. Aku pikir, mungkin benar kalau Emmeric tidak terlibat dalam kasus penculikan Kela. Karena kalau tidak, mana mungkin dia semarah itu padaku. Tapi, entahlah, aku sejak dulu seperti biasa tidak begitu pandai menilai dan membaca pikiran orang lain. Bisa saja Emmeric berpura-pura, entahlah, aku belum bisa mempercayai Emmeric lagi setelah semua yang terjadi.

Anak lelaki itu melambai dan tersenyum lagi padaku saat Emmeric membawanya pergi. Tadinya, aku pikir Emmeric yang menyuruhnya memujiku, tetapi aku enyahkan pikiran itu, bisa saja dia memang tulus terhadap wanita yang sedang hamil besar.

Elysa dan Angelo mendatangi kami, tamu-tamu tak bosan berkata kalau pesta ulang tahun Elysa luar biasa. Didominasi warna putih juga bunga lili di mana-mana. Makanan dan kue-kue juga diletakkan dalam tempat yang elegan, sehingga tertapi rapi dan menarik. Suamiku mengambilkan aku kue dan minuman, X duduk di sebelahku memperhatikan.

"Mama, makan yang banyak biar adek sehat." Suara X terdengar menyenangkan, dengan tangan mungilnya dia mengambil potongan cake dan memindahkan ke piringku. Kemudian dia menjilat krim kue yang tertinggal di tangannya, semua yang melihat seketika tertawa. Anak tampan dan menggemaskan. Kalau Nyonya Besar masih ada dan melihat perilaku itu, dia pasti akan berkata bahwa X tidak memiliki table manner.

Aku berpegangan tangan dengan Zola menyaksikan satu demi satu acara Elyasa, sedang X duduk di pangkuan ayahnya, tak henti-hentinya menawari adiknya yang masih dalam perutku segala macam makanan. Biasanya saat pesta, selalu ada hal buruk terjadi. Tapi sampai acara berlangsung cuma kegembiraan yang terasa, hanya tawa riang yang terdengar.

***

Hari perkiraan kelahiran tinggal menunggu hari, sudah berbulan-bulan terakhir kehidupan kami sangat tenang. Sekalipun suamiku masih enggan bertemu dengan ayahnya. Aku tidak mau terlalu memaksanya berbaikan, hubungan aku dengan ayahku dulu begitu dekat. Tetapi, suamiku telah berkali-kali merasakan kekecewaan mendalam terhadap ayahnya.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang