38. Bercerai

10.9K 658 30
                                    

Hari berlalu lagi dengan tenang, aku dan tuan muda di sore hari yang cerah bergandengan tangan memandang bunga-bunga. Berkencan seperti ini bagai anak remaja kasmaran saja. Melihat dia dari belakang juga sudah membuat jantung ini berdetak kencang sekali.

"Zola."

"Ya." Dia menghentikan langkahnya.

Aku setiap bersama tuan muda sedikit banyak bertanya tentang hal-hal, walaupun dia menjawab tidak sesuai yang aku inginkan, tetap saja beberapa peristiwa tentang dia dapat aku pahami. Hanya, umurnya yang sudah 27 tahun memang menyimpan begitu banyak rahasia. Berbeda denganku, aku pikirkan, tidak ada sesuatu mengenai diriku yang tidak diketahui tuan muda.

"Waktu itu kamu tidak memberitahukan identitas kamu, apa karena tidak mempercayai aku?"

"Mungkin saja." Tuan muda bahkan menjawab dengan cepat.

"Kamu harus tau ya, sekalipun kita berpisah. Semua rahasia mengenai diri kamu, akan aku bawa sampai mati."

"Selma, kamu selalu berbicara sampai mati. Mengenai masa yang akan datang dalam kehidupan manusia, tidak ada yang bisa mengerti."

"Tetapi manusia bisa memegang perkataannya." Aku menjawab dengan tegas.

"Kamu belum-belum sudah mengatakan mengenai berpisah."

Kehangatan matahari sore menerpa aku dan tuan muda, sekalipun udara terasa hangat dan tak terasa angin yang bertiup, aku melihat jubah tuan muda melayang. Aku katakan padanya kalau aku hanya mengucapkan perandaian.

"Aku mengerti kamu berpikir aku menyimpan banyak rahasia, tetapi semua perasaanku terhadap kamu adalah benar."

Soal itu aku juga tau, seperti halnya Emmeric. Dia berbuat begitu keji pun, aku mengetahui kalau dia masih mencintai aku. Tetapi dalam kehidupan ini, cinta saja tidak cukup membuat orang bersama.

Tuan muda melanjutkan, "Pernah suatu kali ketika aku dengan Hu, kami pergi ke suatu tempat. Aku menyuruhnya memakai topeng. Hu kemudian diserang oleh seseorang sampai hampir meregang nyawanya."

Oh Tuhan. Kehidupan tuan muda terlalu tragis dramatis.

"Hanya saja mulai sejak itu mereka menjadi lebih berhati-hati. Kamu mengerti? Mereka berpesta di atas kematian seorang yang tertutup topeng, ternyata itu salah sasaran." Bahu tuan muda bergerak, kurasa dia sedang tersenyum sinis.

"Tidak tau, aku harus membunuh orang dulu supaya tau rasanya berpesta di atas kematian."
Kalimat itu tampak seram.

"Kejadian itu membuat usaha percobaan pembunuhanku sedikit berkurang."

"Zola, itu sangat mengerikan, aku saja baru dua kali mau dibunuh. Sudah ketakutan sepanjang hidupku." Aku ingat pertama adalah ditabrak mobil dan yang kedua adalah kebakaran di butik.

"Berada di kehidupan semacam ini tidak pernah ada kedamaian dan ketentraman. Setiap saat bersiap musuh datang menikam." Aku dan tuan muda saling berhadapa.

"Manusia, sangat mengerikan ya," sahutku memasang wajah prihatin.

"Waktu aku menjadi polisi, aku melihat orang saling membunuh demi uang beberapa ratus ribu. Jadi, bagaimana dengan kekayaan Keluarga Hadikusumo ini. Mereka bisa melakukan apa saja."

"Kamu membawaku ke dalam lingkaran hidup yang mengerikan."

Zola, aku rasa dia sedang tersenyum, "Zola. Kalau nanti setelah menikah kita pindah, aku akan membuat taman bunga yang kecil dan kita bisa berjalan-jalan di sana. Tanpa kamu perlu memakai topeng."

"Tidak usah khawatir. Sekarang ini aku sudah lebih dari kuat, kalaupun mau melepas topeng."

"Jadi, kenapa tidak melakukannya? Aku bisa berfoto bersama kamu dan memamerkan kalau punya tunangan seperti ini. Mereka tidak menuduhku mata duitan."

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang