Aku bertanya pada tuan muda, bisakah dia mengungkapkan rahasia itu pada Reva, mengingat dia dulu dekat seperti seorang kakak lelaki. Tuan muda mengangguk, nanti menunggu saat yang tepat.
Sore ini, setelah aku mengetahui secara jelas tipuan di balik topengnya, aku juga Kela dan tuan muda berjalan-jalan di taman. Sedang Reva tidur setelah makan begitu banyak makanan. Aku pikirkan dia sudah bertambah berat lima kilo. Tuan muda sejak pagi keluar mengurusi pekerjaan, sekarang dia menyempatkan diri untuk kembali. Kami akan berbincang-bincang mengenai banyak hal.
Seorang pelayan dari rumah utama datang, dia mengatakan kalau tuan besar memanggil kami untuk minum teh bersama. Aku melihat ke arah tuan muda, bertanya apakah mataku masih bengkak. Tuan muda berkata tidak masalah, dia menggendong Kela si bayi gendut dengan berlatar bunga-bunga. Seketika gerakannya indah, anggun dan tampan sekaligus. Aku sudah tau wajahnya, sekarang aku bisa memuji atau menjelekkannya sesuka hatiku. Kami bertiga memasuki rumah utama, pelayan membuka salah satu ruangan. Di sana terlihat tuan besar yang berkharisma duduk dengan sangat berwibawa.
Karena hanya melihat tuan besar hanya sendirian, wajahku yang sejak tadi memucat pelan-pelan memerah kembali.
"Papa memanggil ada apa?" Tuan muda bertanya. Mendengar tuan muda telah berkata, tuan besar berdiri. Kami pergi ke ruang duduk yang dilengkapi dengan sofa dan meja yang berdesign mewah. Pelayan telah menyiapkan satu set perlengkapan minum teh, beserta kue-kue yang berkilau.
Tuan besar memandangku, dari kepala hingga ujung kaki. Membuatku jadi gelisah. Di awal aku berhadapan dengannya, aku tidak peduli akan semua ucapan tuan besar. Akan tetapi saat ini, aku rasa aku tidak ingin tuan besar memarahiku.
"Di antara semua wanita cantik, kamu memilihnya." Tuan besar berkata. Tuan muda tidak menjawab, hanya berdehem tanda setuju. Dia tidak fokus karena sibuk menggoyang-goyangkan Kela, aku seketika jadi tertawa. Kela memegang topeng tuan muda.
"Dan kamu.." Tuan besar dengan nada sedikit tinggi berkata padaku, membuatku menciut. "Kamu serius mencintai putraku? Bukan karena harta?"
Aku tidak menjawab, mencintai tuan muda aku tidak bisa berkata tegas mengiyakan..tapi soal harta, aku bisa meyakinkan kalau bukan.
"Memang apa masalahnya kalau Selma menginginkan harta?" Tuan muda berkata malah membuat percikan api pada ilalang kering.
"Zola, kamu ini..." Tuan besar bungkam, tak berdaya di hadapan anak kesayangannya. Aku menggelengkan kepala. Anakku nanti semuanya adalah kesayangan.
"Kalian sudah serius mau menikah?" Tuan besar akhirnya menanyakan tujuan sebenarnya dia memanggil kami.
"Tentu saja."
Tuan besar memandangku, aku malu-malu mengangguk. Tuan besar meminum teh.
"Apa kamu bisa menjanjikan kalau Zola tidak akan mengasingkan diri dan serius membangun bisnis keluarga?" Tuan besar bertanya sambil menyuruhku makan kue.
Aku bertatapan dengan Zola, kemudian melihat tuan besar lagi.
"Tidak bisa menjanjikan hal itu," jawabku.
"Kalian ini! Semuanya pembangkang!" Tuan besar seperti berteriak kesal. Hatiku deg-degan juga.
"T..tapi aku menjanjikan akan berusaha membuat Zola selalu bahagia, kalau hal tadi tidak membuatnya bahagia..." Aku menciut juga. "Aku tidak bisa memaksakannya."
Zola menggendong Kela dengan sebelah tangannya yang sebelah lagi menggenggam tanganku. Tuan besar meliriknya, mendengar ucapanku tuan besar jadi lebih tenang.
"Sudah menikah saja." Tuan besar berkata. "Sekarang ayo kita minum teh, Zola buka topengmu."
Aku terkesiap memandang ke arah tuan muda. Ja--jadi tuan besar tau, kalau wajah tuan muda tidak apa-apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
Любовные романыHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...