"Sekalipun kamu membenci aku, kamu seharusnya tidak melakukan itu." Suara Emmeric mulai lirih, terlihat kilatan luka di matanya.
Aku akui dia memang luar biasa, Emmeric menginginkan seorang anak bersamaku. Tetapi karena aku manusia biasa, aku tidak sebaik itu. Aku semakin tidak mau memberitahukan keberadaan Kela pada Emmeric, bisa jadi dia akan merebutnya nanti. Seumur hidupnya lebih baik tidak mengenal Emmeric, sebagai ayahnya.
"Aku---," suaraku tercekat bahkan tak bisa keluar. Tuan muda menahanku.
"Sudah, jangan bicara lagi." Tuan muda melayangkan pandangnya pada Emmeric, dengan kedua tanganku melingkar di lengannya. Aku ketakutan, takut pada sesuatu yang tidak aku pahami.
"Emmeric, lebih baik tidak bicara sembarangan kalau kamu tidak tau apa yang terjadi."
"Zola, kamu jangan lupa siapa orang yang sebenarnya dia cintai. Jangan terlalu berharap." Emmeric langsung melontarkan perkataan sinis.
"Tidak masalah sekalipun sekarang dia masih mencintai kamu, tetapi nanti untuk seluruh hidupnya dia hanya akan mencintai aku."
Mataku yang sejak tadi telah panas mulai menangis mendengar perkataan tuan muda. Sejak bergantung padanya aku menjadi begitu lemah, padahal dulu aku jarang menangis. Aku membenamkan wajah di lengan tuan muda. Beruntung sekali bertemu pria sepertinya. Ini semua aku rasa balasan dari kesedihan yang telah aku tanggung belakangan ini.
"Selma." Aku mendengar Emmeric memanggilku seperti tidak suka. Tapi aku tak bisa melihatnya, karena aku sedang membasahi lengan tuan muda dengan air mataku.
"Aku akan menikah dengan Selma tanggal 11 bulan depan, sebagai calon suaminya aku akan berterima kasih sekali lagi karena telah menyelamatkannya. Aku akan memberikan 200 hektar tanah perkebunan milikku sebagai balasannya."
Bahkan dalam tangisanpun aku merasa terkejut mendengar ucapan tuan muda, bagaimana dia bisa menghargaiku sedemikian besar?
"Aku tidak butuh." Emmeric terdengar menggeram. Tidak tau apa yang nanti akan dia lakukan saat menjelang pernikahan kami.
"Baiklah, kami akan pergi." Tuan muda merangkul punggungku dan meninggalkan ruang perawatan Emmeric. Aku merasa tatapan Emmeric seperti menembus punggungku, sampai aku gemetaran.
Di dalam mobil aku menyeka mataku dengan tissue. Terdengar nafas pelan tuan muda.
"Zola, menurut kamu apa aku jahat?"
"Kenapa begitu?"
"Karena tidak memberitahu Emmeric soal Kela?"
Tuan muda terdiam sejenak, kemudian dengan tangannya membelai lembut pipiku yang masih bersisa jejak air mata.
"Memang hal itu tidak baik dilakukan, tetapi semua pilihan kamu. Aku akan memberikan pandanganku, sisanya kamu yang memutuskan."
Hatiku terasa kembali nyaman, bagaimana Emmeric dengan bodohnya menuduhku aborsi? Tunggu? Apa dia sengaja? Dia berkata begitu di hadapan tuan muda agar tuan muda kehilangan kepercayaan padaku dan mau merusak hubunganku? Dia pasti tidak mengira kalau Kela telah lahir dalam kehidupan ini, bahkan tuan muda menyaksikan kelahirannya. Sekarang sudah tidak bisa berpikr baik mengenai Emmeric.
"Kamu mau pergi ke suatu tempat?" Tuan muda seperti mengerti pikiranku.
"Mau." Aku berkata.
Tuan muda mengemudikan mobil, dia masuk ke wilayah resort di tepi pantai. Aku belum pernah ke sini sebelumnya, kalau dipikir aku memang bukan tipe orang yang suka berkeliling. Sebagai seoang perempuan, aku sejak dulu adalah tipe rumahan. Aku pergi keluar rumah ke tempat-tempat wisata hanya dengan Emmeric.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomantizmHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...
