22. Jebakan

10.2K 835 64
                                    

Pria menyeramkan merobek gaunku, aku berteriak dan menyerangnya dengan tasku. Aku sangat lelah, hidup di dunia saat ini tidak ada ketenangan sama sekali. Seperti seluruh dunia memusuhiku. Malam di mana seharusnya berpesta, berakhir di toilet dan mau diperkosa oleh pria asing yang menakutkan.

Seluruhku tubuhku sudah sangat sakit, aku dibanting berkali-kali ke wastafel juga dinding toilet. Tidak berani pingsan, begitu pingsan masa depanku akan hancur seketika. Aku harus berjuang untuk anakku juga adikku serta hidupku. Aku menggigit tangan pria itu, dia mengamuk dan aku terlempar lagi ke pintu salah satu toilet. Gaunku sudah robek di sana sini dan tatanan rambutku sangat berantakan.

Otakku memikirkan sesuatu, aku bangkit dan berlari ke arah pintu kamar mandi. Tidak bisa membuka kunci, pria itu terkekeh dengan mengerikan. Membuka kancing kemejanya, dia membenturkan kepalaku lagi ke dinding dan menghempaskan tubuhku ke lantai. Aku terus meronta melawannya, seandainya dia berhasil melakukan sesuatu padaku. Aku akan bunuh diri, tak sanggup menjalani kehidupan seperti ini lagi. Kela lebih baik dalam asuhan Reva.

"Jangan mendekat, aku akan menggigit lidahku!" Aku berteriak. Nafasku telah habis, kepalaku sakit karena telah terbentur sejak tadi.

"Datang bersama tuan muda Hadikusumo, mana mungkin bercinta dengan monster. Lebih baik memuaskan aku saja, aku juga akan membuatmu puas."

Pria itu menindihku di lantai kamar mandi yang dingin, membuka celananya. Melihat dia sedikit teralihkan, aku menendang alat vitalnya. Dia semakin mengamuk. Menarik rambutku dan membenturkan lagi kepalaku ke dinding, pandanganku mulai gelap.

Tidakk...Zolaaa!!!! Aku berteriak dalam hatiku, aku sudah tak sanggup lagi. Gaunku dirobek lagi hingga aku hanya memakai pakaian dalam di bagian atas, aku menggigit lidahku. Pria itu menyadari dan memasukkan jari ke dalam mulutku, sangat tersiksa. Mataku terasa berat, aku hampir merasakan kegelapan menyelimuti. Ketika aku tersadar kembali, pria bertubuh besar itu  terlempar begitu saja ke dinding, aku menatap sosok berpakaian hitam. Walaupun menggunakan topeng terlihat dia sangat murka.

Aku telah bersandar tak berdaya dengan mengenaskan di lantai kamar mandi, keningku bahkan berdarah. Tubuhku sepertinya remuk.

"Zola!!!" Aku menjerit dan tak kuat untuk tidak menangis.

Tanpa bicara, dengan penuh ketenangan tuan muda mendekati pria yang sejak tadi menyiksaku. Aku melihat kilatan di tangan tuan muda, dan mendengar erangan pria berwajah seram.

Nyaris saja aku menjerit tetapi dengan cepat menutup mulutku, tuan muda menusuk pria itu. Perutnya seketika mengucurkan darah. Tapi entah kenapa aku bukannya takut, aku bahkan ingin ikut menusuknya hingga dia mati. Tuan muda melakukannya untukku. Dia membalaskan sakit yang aku rasakan.

Perlahan tubuh besar pria menyeramkan luruh ke lantai kamar mandi, tuan muda melepas jasnya dan membungkus tubuhku. Dia menggendongku keluar dari kamar mandi. Aku terkulai di pelukannya, dengan mata basah.

"Bodoh, ceroboh!" Tuan muda memarahi aku. Tapi tanganku malah terangkat dan membelai bagian pipi topengnya.

"Terima kasih." Suaraku sangat pelan, aku melihat ke pintu masuk kamar mandi. Ada sosok bayangan masuk. Apakah itu pengawal bayangan tuan muda? Pelayan wanita pernah berkata kalau tuan muda menempatkan pengawal di sisinya. Pengawal yang bekerja dalam senyap.

"Apa dia mati?" Aku bertanya.

Tuan muda diam dan tak menjawab, membawaku keluar dari hotel menuju mobil.

"Menyesal?" Tuan muda akhirnya menjawab.

"Aku mau dia mati." Sungguh, seandainya pria itu mati aku tidak menyesal.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang