9. Perjanjian

12.4K 889 21
                                    

Sekalipun aku bilang tidak takut pada aura kegelapan yang menyelimuti tuan muda bertopeng, tampaknya aku cukup pucat berhadapan dengannya. Tapi sekali lihat bisa tau kalau adikku lebih gugup dari aku. Reva telah menemukan musuh alaminya. Membuatnya diam tak berkutik.

Memandang wajah tuan muda tak bisa membayangkan bagaimana ekspresinya. Bahkan bola matanya dalam tak terlihat karena topeng. Tak juga bisa mengetahui warna kulitnya karena sampai ujung jari setitikpun warna kulit tak terlihat, terbungkus rapat. Lingkaran di matanya berbayang gelap jadi tak juga bisa mengetahui benar dia berkulit putih, kuning atau hitam.

Pria seperti tuan muda sekalipun pahit menderita dalam menjalani hidupnya, telah di manja dan disayangi juga bergelimang kekuasaan sejak masih kecil. Siapa berani melawan kata-katanya.

Dan aku datang ke dalam rumahnya dengan adik dan calon anakku meminta pertolongan serta perlindungan jelas menjadi 'miliknya'.

"Tuan muda, tidak mengerti apa yang tuan katakan. Kami memiliki keluarga lain di desa, suami saya juga sudah menunggu."

Tuan muda hanya diam memandang lurus dari kursi kebesarannya.

"Suami yang mana?" Tuan muda tidak terlalu pendiam sekalipun misterius, dia mampu mengucapkan kata-kata yang panjang.

"Itu..."

"Sudah bersembunyi dari pria yang mengejar selama kehamilan."

Aku memucat, " Bagaimana tuan muda tau?"

"Aku memang jauh dari dunia luar. Tapi tidak buta dan tuli."

"T-tuan muda, apa mengenal kami? Jangan bawa kami pada orang itu." Reva menangis terisak, memikirkan penderitaan kami. Tak tau mau menyalahkan siapa. Bertemu tuan muda Hadikusumo juga tidak tau permainan nasib.

"Jangan menangis seperti kucing."

Aku merasa aneh dengan istilah tuan muda.

Reva menjawab, "Kucing tidak menangis."

"Kami tidak mau melibatkan orang lain lagi dalam kehidupan ini, mengalami suatu yang berbahaya. " Aku berkata.

"Apa menyepelekanku?"

"Bukan itu maksudnya."

"Tuan muda....jangan siksa kami." Reva meraung. Kenapa dia begitu terhadap tuan muda? Aku malah ingin tertawa dengan tingkahnya. Melihat tuan muda bahkan tak bergerak, tak tau apa dia sangat marah. Bagaimana ini?

"Ini bukan permintaan." Kata-kata tuan muda membuat kami diam. "Kalian akan mendapat perlindungan." Tuan muda pergi ke kamarnya.

Perlindungan?

Seperti arahan polisi muda, di ujung dunia bersembunyi akan ditemukan oleh Emmeric Thomas. Bersembunyi di desa menyimpan ketakutan suatu saat akan ditemukan.

"Mungkin sudah jalan hidup." Aku pergi ke kamar diikuti oleh Reva sambil menggendong Kela.

Kela, anak bayi yang mengerti keadaan. Di tengah gunung jarang menangis. Bahkan kalau lapar hanya gelisah. Tuan muda telah menyelidiki informasi tentang kami. Tak ada gunanya berbohong.

"Kak. Tuan muda sedikit aneh."

"Kenapa?"

"Setelah bilang jangan menangis seperti kucing. Aku jadi tidak terlalu takut lagi."

"Tuan muda mungkin saja sejak umur sepuluh telah terasing dari dunia luar, tidak pandai membawa diri kepada orang-orang."

"Kakak setuju dengan permintaan tuan muda?"

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang