70. Rasa Telah Mati

1.4K 242 18
                                    

Sekalipun berjanji untuk melanjutkan hidup, aku dan suamiku terus berupaya mencari dalang dari penculikan Kela yang berakhir tragis. Puluhan saksi telah dipanggil untuk interogasi, puluhan detektif dikerahkan untuk mencari bukti.  Beberapa dugaan mengarah pada nyonya besar karena Emmeric, dia mengerahkan segenap tenaga untuk menyelidiki. Membuat kecurigaanku padanya perlahan hilang.

Emmeric dikabarkan hampir gila karena kehilangan anaknya, tapi dia bertahan, Emmeric membangun children foundation dan mengadopsi 3 anak yatim sekaligus untuk menjadi anaknya. Tanpa aku tahu, salah satu anak adopsinya nanti akan terkait begitu dalam dengan keluargaku. Emmeric kembali menjadi lelaki ambisius yang mengerikan, bisnis keluarga Thomas berpacu melebihi keluarga Hadikusumo.

Tuan besar juga murka karena peristiwa kehilangan Kela, sekalipun Kela bukanlah cucu kandungnya ini merupakan hantaman besar bagi kami. Terutama, karena Zola nyaris tak bisa bertahan, tuan besar mengatakan kalau penculikan X hanyalah dalih agar mereka bisa menargetkan Kela. Tak ada yang pernah berpikir kalau Kela yang akan diambil. Kecurigaan pada Nyonya Besar dan organisasi hitam di belakangnya semakin kuat. Namun, belum ada bukti kuat.

Tetapi Tuhan punya rencana lain, mungkin kejahatan Nyonya Besar hanya sampai di sini. Atau setidaknya dia akan dihukum walaupun tampaknya tidak setimpal dengan perbuatannya.

Setelah puluhan tahun hidup bersama Tuan Besar menggugat cerai beliau. Tuan Besar tadinya meyakini kalau memang orang di belakang istrinya itulah yang bertindak keji, tapi sayangnya beberapa kesaksian mengungkap keterlibatan wanita itu.

"Papa." Dengan berurai air mata, Elysa memohon agar gugatan cerai dicabut. Aku dan suamiku memandangi peristiwa itu tanpa banyak komentar. Angelo membujuk istrinya, ya, beberapa bulan setelah kepergian Kela, Elysa dan Angelo menikah. Mereka tidak mengadakan pesta besar, hanya untuk keluarga saja karena keluarga masih berduka.

"Cukup. Jangan halang-halangi papa, Elysa. Nanti, kamu akan tau kenapa papa melakukan ini." Tuan besar bergetar dengan hebat. Nyonya besar telah diusir dari rumah, dan diamankan oleh kepolisian. Tetapi, karena bukti masih belum cukup, beliau dibebaskan dengan jaminan. Nyonya besar pergi berlibur ke luar negeri, tetapi kami tahu kalau dia melarikan diri. Tim pengacara untuk harta gono gini telah dikerahkan oleh Nyonya Besar, seakan tak mau kehilangan sesenpun dari keluarga Hadikusumo. Membuatku heran, nyonya besar telah bergelimang harta sejak lahir kenapa di usianya yang sudah tua masih juga memikirkan soal harta.

Elysa terus berurai air mata dan kemudian dia mengeluh sakit. Elysa dilarikan ke rumah sakit, ternyata dia  mengalami radang usus buntu akut. Dokter segera menjadwalkan untuk operasi. Tetapi karena terjadi komplikasi, Elysa membutuhkan transfusi darah. Wajah tuan besar memucat, waktu itu kami belum tahu apa yang menyebabkan wajahnya begitu. Satu rahasia besar lagi akan terungkap.

Golongan darah Elysa adalah golongan darah yang langka, kami sekeluarga dicek. Kedua kakak Elysa juga pergi mengikuti dari rumah, mereka tampak sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang terjadi di Keluarga Hadikusumo. Sejak dulu mereka memang memiliki dunia sendiri. Melly berkata padaku kalau dia sebenarnya lebih suka menghabiskan waktu dengan bersantai, dia pergi melakukan pemotretan dan jarang kembali.

Angelo bagaimanapun, sangat setia mengurusi istrinya, memang tidak salah Elysa memilihnya. Saat sakit Elysa berbisik padaku, orang yang dia benci sejak dulu malahan menjadi orang yang menemaninya di saat sulit. Kemudian dia meralatnya, dia sebenarnya tidak pernah membenci Zola dan aku, hanya saja dia terpengaruh oleh nyonya besar. Aku katakan padanya untuk tidak perlu memikirkan itu, banyak hal yang telah terjadi, semuanya adalah pelajaran berharga. Di masa depan hidup dalam ketenangan dan kenyamanan adalah keinginanku satu-satunya.

Hasil pengecekan darah telah keluar, dan tentu saja golongan darah Zola identik dengan Elysa karena mereka saudara seayah. Tuan muda menatap ke arahku, apa dia tidak menyukai mendonorkan darah pada Elysa? Mengingat Elysa kerap membuatnya kesulitan sejak dulu.

"Kami sudah mengkonfirmasi, kenapa tidak mengatakan kalau Tuan Zola adalah saudara kembar Nyonya Elisa. Silahkan, ikuti saya." Dokter berkata.

Saudara kembar?

Bagai mimpi di siang bolong kami mendengar pernyataan itu, siapa? Aku menoleh dan melihat wajah suamiku memucat bagai tak dialiri darah. Dengan sigap aku memeluknya, berusaha membuatnya kembali sadar.

"A-apa?" Dia bertanya seperti kebingungan. Kami berdua melihat ke arah tuan besar, bahkan Angelo menganga.

"Zola, maafkan papa." Wajah besar sangat pias, dia berkata lirih. Ucapan dari tuan besar menjelaskan semuanya. Saat itu suamiku berkata bahwa tuan besar bukan lagi ayahnya. Setelah semua yang terjadi, hatinya telah mati untuk menyayangi tuan besar. Aku melihat tuan besar hanya diam memejamkan mata saat mendengar ucapan itu. Zola bergegas pergi untuk mendonorkan darah.

Elysa begitu mirip Zola, seperti versi perempuannya, sejak awal. Tetapi mereka saudara seayah, itu adalah hal yang wajar. Siapa yang mengira kalau dia adalah saudara kembar suamiku? Belum lagi sikap Nyonya Besar selama ini terhadap Elysa? Siapa menyangka kalau Nyonya Besar bukan ibu kandungnya? Apa itu semua palsu? Aku terduduk lemas, seluruh kehidupanku juga keluargaku seperti sebuah konspirasi.

Setelah operasi Elysa selesai, tuan muda dan tuan besar pergi dari rumah sakit. Aku tidak paham apa yang terjadi, sebagai istri aku cukup menunggu penjelasan suamiku. Tetapi saat kembali, Zola tidak berkata apa-apa selain membawa kemarahan luar biasa. Aku merasakan dia begitu tegang.

Dengan perlahan aku meraih tangannya, mungkin itulah kenapa aku menjadi istrinya dan dia menjadi suamiku. Kami saling berbagi dalam suka dan duka, kesulitan ataupun kesenangan. Aku tidak perlu bicara, cukup memeluknya dengan kehangatan seperti yang selama ini dia lakukan padaku. Tetapi dia terlihat depresi, aku sangat khawatir. Semoga kami bisa melalui ini sekali lagi.

Elysa telah selesai operasi, dia tampak tidak memiliki semangat hidup. Matanya sembab dan basah karena air mata. Elysa terus menangis walaupun Angelo membujuknya. Tadinya, kami tidak memberitahukan hal itu, berpikir nanti saja setelah semuanya kembali normal dan kami sudah pulang dari rumah sakit. Entah bagaimana dia kemudian mengetahui. Sungguh ironis.

Kehidupan harus terus berjalan, pepatah itu memang benar adanya. Dua hari setelah menjalani perawaran Elysa pulang ke rumah utama. Aku belum mengatakan, setelah menikah Elysa dan Angelo tinggal di rumah utama bersama Tuan dan Nyonya besar. Dia mengatakan kalau ingin mengabdikan diri pada mereka dan merawat mereka di masa tua, saat itu.

Saat kami menjenguk Elysa dia histeris dan mengamuk, mengatakan kalau semua adalah kesalahannya. Lolongan Elysa terdengar memilukan. Elysa untuk pertama kalinya tidak ingin bicara pada tuan besar. Elysa terus menjerit, bahkan Angelo tak mampu membujuknya.

"Auntieee!" Tapi makhluk cilik yang kecil dan suci memanggilnya. Seketika Elysa diam, menatap ke arah X.

X mendatangi tempat tidurnya, sambil menangis Elysa memeluk dan menciuminya bertubi. Curahan hati Elysa yang selama ini tak tergambarkan, dia berkata padaku waktu itu, dia menyukai anak kecil. Elysa perlahan jadi lebih tenang dan mau memakan makanannya.

Aku memutuskan untuk menginap di rumah utama sampai Elysa pulih, walaupun suamiku tidak ingin melihat ayahnya. Aku punya tanggung jawab sebagai seorang istri. Aku selalu berkata padanya, kita tidak bisa memilih keluarga. Bagaimanapun, tuan besar adalah ayahnya. Hanya saja saat itu hati tuan muda telah membeku. Tuan muda juga memikirkan kesehatan Elysa, dia setuju kami di sana sampai dia cukup pulih. Suamiku juga berpikir untuk meluangkan waktu, mengingat dia dan Elysa selama ini bermusuhan di saat mereka seharusnya sedekat urat nadi. Tuan besar mengalah dan pergi bersama beberapa pelayan ke villa peristirahatan.

Beberapa kali Elysa mengatakan, saat Zola terluka sebenarnya dia merasa sesak. Tetapi dia dibutakan oleh hasutan, tuan muda juga diam. Aku jadi menyadari, tuan muda tidak pernah bertindak jahat terhadap Elysa atau membalas. Mungkin jauh di dalam hatinya dia menyadari, Elysa tidak licik dan jahat. Hanya saja dia memang cukup cerewet dan tajam dengan kata-katanya dulu.

Elysa menyayangi Nyonya Besar, terutama karena beliau telah merawatnya sejak dulu. Lagipula, Nyonya Besar tampak begitu baik padanya. Hanya saja, tidak ada yang bisa tahu, mungkin Nyonya besar menyimpan Elysa di sisinya sebagai alat balas dendam. Tak ada yang bisa menduga pikiran beliau. Namun tampaknya, kejahatan Nyonya Besar tidak lagi dapat Elysa simpan. Mungkin dulu, Elysa merasa harus melindungi beliau sebagai ibunya. Tapi sekarang dia memilih berpihak kepada Zola sepenuhnya. Dengan kesaksian Elysa, tim kepolisian mulai memburu Nyonya Besar.

🌿

19/05/21

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang