Dua minggu telah berlalu sejak kejadian itu, aku berada di ruang tahanan. Ayahku meninggal dan dua hari setelah pemakamannya, aku ditangkap lagi karena tuduhan pencemaran nama baik. Tak ada berita di televisi. Emmeric dan keluarganya luar biasa. Aku meringkuk di sel tahanan yang dingin menunggu persidanganku. Sejak itu aku bisu dan tak bisa bicara, aku sangat shock.
Dari balik jeruji aku mendengar suara seseorang, pria keji itu datang juga. Aku bahkan tak mau memuji ketampanannya, karena dia sialan. Katanya dia yang mengurusi pemakaman ayahku dengan baik."Selma sayang." Dia memanggilku lirih. "Kenapa kamu sangat keras kepala?
"Ayo kita menikah, aku akan membuatmu sangat bahagia. Aku bersumpah hidup matiku untuk kamu."
Bersumpah hidup mati untukku, tapi menukarku dengan kekuasaan juga harta. Pria ini punya otak tidak?
Aku diam saja. Memang aku sudah tidak bicara selama hampir dua minggu terakhir. Aku dengar dari Reva, baru dua hari yang lalu dia menikah, pernikahan yang sangat megah dan luar biasa. Yang pria tampan dan yang wanita cantik, dari keluarga terpandang pula. Aku mual dan muntah.
"Selma." Dia mengulurkan tangannya dari balik jeruji, aku mundur.
Polisi muda menarik Emmeric, "Dia bahkan tak bisa lagi bicara karena trauma. Heran bagaimana bisa melihatmu menemuinya?"
Aku terharu ada orang yang membelaku. Polisi muda itu bahkan mengajakku bicara setiap hari, sekalipun aku tidak pernah membalas perkataannya. Dia dan adikku membuatku tetap waras.
Akhirnya Emmeric keluar dari ruang polisi, air mataku mengalir lagi mengingat ayahku. Sedang Emmeric? Aku bahkan tak mau mengingat pria itu.
Polisi muda datang lagi, aku bisa mencium parfum beraroma citrus dari tubuhnya.
"Menjalani persidangan akan membuatmu makin tersiksa, melihat semuanya aku pikir kamu akan kalah."
Aku tau polisi muda bicara jujur, tekad dan kejujuran tidak akan menang melawan uang dan kekuasaan. Inilah kehidupan nyata.
"Minta dia mencabut tuntutannya. Setelah keluar, jangan turuti permintaannya. Dia tidak bisa melaporkan kamu lagi kalau sudah begitu."
Aku terkesiap. Pertama kalinya aku menatap wajah polisi muda. Dia berwajah ramah dan hangat, senyumnya juga menawan. Baru saja aku mau mengangguk aku merasa mual lagi. Tiba-tiba aku terpikir sesuatu. Jangannnn....aku merintih....
Ketika Reva datang aku memintanya menelpon Emmeric, belum ada satu jam pria itu segera datang dengan sangat gembira.
"Kamu setuju?" Dia menatapku dengan riang, membuatku semakin jijik dan mual. Aku menatap polisi muda dan melihat dia mengangguk. Aku belum bisa berbicara. Reva menatap Emmeric dengan jijik. Tapi aku menyuruhnya berpura-pura, agar rencanaku berhasil.
Tidak sampai dua jam aku segera bebas dari tahanan, tuntutanku sudah dicabut, begitu pula aku terpaksa mencabut tuntutanku. Polisi muda menemaniku terus, Reva berbisik sambil berkata kalau dia sepertinya naksir aku. Tapi aku bahkan tidak bisa berpikir, aku sudah sangat stres dengan semua yang terjadi.
Emmeric mengulurkan tangannya, dia mau memapahku. Aku melirik polisi muda lagi.
"Pak Emmeric, biar saya yang mengantar mereka pulang. Nona Selma masih trauma."
Oh terima kasih, ucapku dalam hati. Aku tak sudi duduk satu mobil bersebelahan dengan Emmeric.
"Tapi--" Emmeric merasa ragu.
"Selalu ada beberapa wartawan di depan kantor, bagaimana kalau mereka melihat anda bersama seorang wanita? Anda baru saja menikah bukan?"
Ternyata polisi muda cukup cerdas. Di luar, Reva sangat berterima kasih padanya. Reva bilang kami akan pulang sendiri, tapi polisi muda mengatakan tugasnya mengantar kami sampai di rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/213583859-288-k348433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomanceHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...