Umurku belum dua puluh enam, ketika aku menjalani kehidupanku sebagai seorang polisi. Ternyata kehidupan manusia biasa itu membosankan.
Aku bahkan nyaris menguap, karena di kantor ini aku jarang disuruh ke lapangan hanya melakukan kegiatan administrasi. Kata komandanku, wajahku terlalu tampan untuk berada di jalanan. Dan aku memandang sinis kepadanya, aku rasa itu adalah perintah ayahku secara diam-diam.
Suatu ketika, aku menatap seorang pria berumur masuk ke kantor, dia sangat berkarisma. Bahkan kurasa melebihi ayahku. Di pelukannya seorang perempuan ramping bermandikan air mata di wajahnya. Melaporkan telah di perkosa oleh pacarnya sendiri, kondisinya menyedihkan. Bahkan hatiku terpukul melihatnya, tetapi dia dengan penuh kemarahan berkata ingin membunuh pria itu. Menyebutkan satu nama yang sangat aku kenal.
Emmeric Thomas?
Betapa mencengangkan, kenapa seorang Emmeric Thomas memaksa wanita? Sejak aku mengenalnya, pria itu sangat dingin dan keji, di usia muda dia telah melakukan berbagai macam cara untuk membuat dirinya berada di atas. Dia cukup ditakuti dan disegani, tetapi bahkan seorang Emmeric memiliki kekasih yang begitu memesona.
Kemudian saat mendengar dia menyebutkan nama Thomas yang terpandang, rekanku mulai mempertanyakan kejujurannya, karena memang telah beberapa kali terjadi, wanita yang menyukai harta berusaha menyeret pria-pria seperti itu. Aku beruntung belum pernah mengalami masalah karena wanita sebelumnya.
Tetapi aku mendekati dia dan seketika dia menolak begitu ketakutan, aku tau dia jujur. Tubuhnya trauma. Aku akhirnya membelikan minuman dan memberikan pada adiknya, setiap melihatnya hatiku seperti tersayat. Aku bahkan menarik dan menghela nafas berkali-kali, sampai rekanku heran.
Ketika komandan meminta kami memeriksa sesuatu, aku mendengar pria paruh baya yang tadi baru saja aku lihat, mengalami kecelakaan dan meninggal saat perjalanan ke rumah sakit. Aku bahkan tak mampu melihat bagaimana kondisi kedua anak perempuannya saat mendengar kabar itu. Sangat terpukul dan nyaris gila. Lagi-lagi aku merasakan dadaku terhimpit.
Setelah kejadian itu, aku melihatnya terus menerus di dalam sel. Beralaskan lantai yang dingin, dia tidak menangis lagi. Mungkin terlalu banyak kepedihan dalam hatinya. Dia tidak bicara sama sekali, makin menyayat hatiku. Rambut dan wajahnya yang cantik terus menerus menghantui aku, jadi setiap hari aku mengajaknya bicara dan pelan dia merespon ucapanku.
Aku ingin menghajar Emmeric saat dia datang berkunjung, bagaimana pria itu bisa sedemikian tega memenjarakan wanita yang 'katanya' dia cintai agar sang wanita mengalah dan bersedia menikah dengannya. Menjadi istri kedua? Sekali lagi aku dibuat kehabisan nafas, bahkan sampai sesak dan seluruh pandanganku gelap. Menjadi istri kedua adalah hal terbodoh di dunia ini, aku teringat pada ibuku yang meregang nyawa.
Banci! Aku memaki dalam kemarahan yang luar biasa dalam, ingin kubunuh Emmeric menggantikan perempuan itu. Kucincang dan kubuang jasadnya ke lautan, pertama kali aku sangat ingin membunuh seseorang. Tetapi aku telah menyadari sejak dulu kalau manusia memiliki hukumnya sendiri.
Cinta tidak bisa memilih, dia datang tiba-tiba tanpa disadari. Aku menjadi begitu meperhatikan wanita yang bernama Selma itu, kubisikan dia kekuatan, cara bertahan untuk menjalani kehidupan walau teramat sakit. Akhirnya aku menjadi dekat dengannya. Tetapi, satu pukulan telak tepat menghantam jantungku lagi, Emmeric berhasil menanamkan benih di tubuhnya. Ya Tuhan, aku tak habis pikir dengan jalan kehidupan.
Aku merenung setiap malam, kubayangkan perih dan sakit hati Selma. Kuhibur dia dan adiknya setiap hari. Berharap mereka dapat menemukan kegembiraan lagi.
"Jatuh cinta padanya?" Roy, rekanku di kepolisian bertanya suatu hari. Memang, dia melihatku telah mengurusi dan uring-uringan karena Selma dan adiknya.
"Tidak tau." Aku jawab demikian, karena tadinya kupikir aku hanya kasihan. "Apa karena kasihan?" Aku tak mau salah perasaan kasihan sebagai cinta, karena umurnya tak akan panjang.
Roy kemudian menanyakan kalimat perandaian, "Seandainya kau menjadi suaminya dan ayah anaknya, apa mau?"!
"Tentu saja." Aku menjawab tegas. Kusadari perasaanku untuknya hari itu. Pelan dan lamat-lamat membelenggu dengan ketat, tak sanggup kubayangkan seharipun tanpa khawatir akan keadaan dia dan adiknya. Juga bayi yang dia kandung. Pertama kali dalam kehidupan sejak ibuku meninggal, ada orang-orang yang ingin aku lindungi dengan segenap kekuatan.
***
Sosok iblis Emmeric makin hina di mataku, dengan tidak tahu malu dia terus mengganggu kehidupan wanita yang telah terbelenggu penderitaan karena ulahnya.
Diam-diam aku menyelidiki, mencari cara agar mereka tidak bertemu lagi. Menyingkirkan pria itu dari hidup Selma untuk selamanya.
"Apa yang kau lakukan, Zola?" Sore itu ayahku mendatangiku. "Kenapa menyelidiki keluarga Thomas?"
"Bukan urusan papa." Aku menjawab kasar.
"Zola!" Ayahku sangat jarang marah padaku. Apa dia takut, keluarga si iblis, Emmeric, mengetahui kalau aku menyelidikinya? Persetan dengan itu semua.
"Ingat janjimu, Zola."
Seorang pria berjanji dan dia ingkari, begitulah pandanganku pada ayahku saat ini. Jadi aku tak butuh nasehatnya soal janji.
Hari itu, aku akan pergi makan malam dengan Selma dan adiknya yang super heboh, Reva. Karena suasana mulai tenang, aku menjadi kurang awas. Selain Emmeric, istri pertamanya juga terus berusaha mengganggu kehidupan Selma, seperti hidupnya belum cukup sulit saja.
Aku memarkir mobil dan tak sabar menuju lobi hotel, aku takut saat mereka keluar, Emmeric muncul dan janji temu kami berantakan. Tetapi apa yang kulihat adalah sebuah mobil melaju cepat dengan jelas menargetkan dia.
Masih terekam dalam ingatanku saat matanya berbinar menatap wajahku, setelah sekian lama mata itu redup tak bercahaya. Juga lambaian tangan dan senyumnya. Detik berikut kusadari, tubuhku terhantam mobil.
***
Aku telah melakukan beladiri bersama Hu sejak lama, itu membuatku bertahan dari kecelakaan tetapi seluruh punggungku tercetak luka memanjang. Di hari aku membuka mata, aku mendengar kabar kalau Davio Maranta, identitasku yang lain telah dibunuh oleh ayahku sendiri. Bahkan kuburan palsu dibuatnya di desa tempat ibuku dilahirkan.
"Kenapa papa melakukan itu?" Aku bertanya.
"Zola, kamu menutupi identitasmu agar terhindar dari bahaya. Bukankah kamu berjanji apabila saat menjadi polisi nyawamu terancam, kamu akan kembali menjadi Zolandra Hadikusumo."
Aku bangun dari tidurku, menghubungi Roy. Dia seperti melihat hantu saat mengetahui aku masih hidup. Roy berkata kasus kematianku sangat aneh, dia masih menyelidiki saat aku meminta untuk bertemh. Kuminta bantuannya untuk mencari tahu keberadaan Selma. Pastilah senyum kembali hilang dari wajah cantiknya.
Kukatakan agar dia mencari putra keluarga Hadikusumo, berharap jalan kehidupan membawa mereka kepadaku lagi. Tetapi Selma malah memilih pergi ke desa tempat makam palsuku, dengan terpaksa aku bekerja sama dengan kepala desa dan juga mantan pelayan setia ibuku untuk mengarang cerita. Aku tak mampu membayangkan, bagaimana nanti sikapnya saat mengetahui hidupku adalah putaran kebohongan.
Tetapi aku sedikit tenang, mereka menjalani hari dengan bahagia. Aku kembali ke villa di tengah gunung, memikirkan mereka setiap malam. Aku bahkan meminta orang untuk mengawasi selama 24 jam.
Di hari persalinan, lagi-lagi aku nyaris mati dibuat wanita itu. Mobil mereka mogok di tengah hujan, cepat kukirim pelayan untuk berpura-pura melintas dan memberi tahu kalau ada villa peristirahatan di sekitar sana. Semuanya tampak berjalan sesuai rencana.
Begitulah, takdir membawa aku bersatu lagi dengan wanita itu. Untuk sekian kali dia terlibat masalah dan mengacaukan hidupku, tetapi aku tak keberatan. Bagiku, dia berada di sisiku dan kami bahagia bersama sudah lebih dari cukup.
🌼🌼🌼
31/05/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomanceHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...
