23. Pembalasan

10.3K 810 35
                                    

Aku tidur seperti mati di atas kasur tuan muda, tidak tahu sudah jam berapa. Tidak ada jam dinding maupun ponsel sebagai pertanda, bahkan tirai penutup jendela di kamar sangat rapat. Tidak dapat mengetahui di luar terang apakah gelap.

Tercium lagi aroma woody yang lebih kuat, aku merasakan tuan muda masuk ke kamar. Aku pikir aku telah melakukan penjajahan, tuan muda terusir dari kamarnya sendiri karena aku menguasai kasurnya.

Tanpa berbicara, aku melihat tuan muda mau mengganti pakaiannya, di villa, tuan muda memiliki ruangan berbeda untuk menyimpan pakaian sedang di sini hanya ada lemari besar yang minimalis modern. Aku masih memejamkan mata dengan posisi meringkuk, diam-diam mengintip. Me nyaksikan lagi punggung tuan muda yang polos dalam keremangan, seperti yang pernah aku lihat dulu. Bekas luka memanjang tapi punggungnya mulus tanpa luka bakar. Aku melihat tangannya juga mulus. Berharap dia berbalik agar aku setidaknya dapat menangkap bayangan wajahnya dalam cahaya yang minim.

Tuan muda berhenti bergerak, sayup-sayup memiringkan tubuh seperti gerakan slow motion. Aku cepat memejamkan mata dan mengatur nafasku, tenggelam lagi dalam keheningan. Rahasia tuan apakah hanya aku yang tau? Membohongi seluruh dunia untuk apa?

Setelah menyadari tuan muda telah pergi, aku bergegas bangun dari tempat tidurku dan keluar. Merasa seperti ibu yang tak bertanggung jawab pada Kela. Maaf nak, ibumu sedang tersiksa tadi malam.

Aku melihat pelayan wanita menggendong Kela, segera aku ambil. Reva sedang bermalas-malasan di sofa sambil melihat ke arah ponsel dan tertawa bengis. Apa sih yang dia lihat?

"Rev, kenapa kamu membiarkan ibu menggendong Kela dan kamu bermalasan, dek." Aku mengomeli Reva.

"Tidak apa-apa." Pelayan wanita berbicara dengan bijak dibalas senyuman sumringah dari Reva.

"Kak, kamu tidak tau berita yang sangat menghebohkan." Dia tertawa.

"Ada apa?"

"Sekarang Keluarga Thomas dan Keluarga Aditia bahkan tidak berani keluar."

"Keluarga Aditia?"

"Ya ampun, apa kakak lupa kalau itu adalah keluarga nenek sihir Linda?"

Aku mendekati Reva dan duduk di sebelahnya, "apa yang terjadi?"

"Pesta semalam, Nyonya Linda yang anggun dan terhormat syuting video tak senonoh." Reva tertawa geli.

Angin malam seperti berhembus di siang hari menerpa wajahku membuatnya kaku, "Apa maksudnya?"

"Kalau kakak mau nonton, tapi menjijikkan sekali. Aku cepat-cepat menyimpannya, soalnya videonya sudah berhilangan di internet. Pasti mereka panik."

Aku nyaris tidak pernah menonton video percintaan manusia, hanya aku penasaran juga. Seketika nafasku tercekik melihat Linda dengan begitu binal menyatukan tubuh dengan seorang pria, jelas bukan Emmeric. Tubuhku gemetar.

Reva tertawa lagi dengan begitu mengerikan, sekarang aku mengerti kenapa sejak tadi pagi wajahnya seakan begitu puas.

"Emmeric membuang kakak untuk mendapatkan wanita sampah, dia menuai apa yang dia tabur."

"Apa mereka sudah melakukan konferensi pers, menjelaskan apa yang terjadi?"

"Belum, mereka mungkin memikirkan sesuatu. Apa kakak tau sekarang seluruh dunia menghujat Linda? Menuduhnya jalang murahan, mendapatkan suami seperti seorang Emmeric tidak bersyukur. Bahkan gila-gilaan bercinta dengan pria lain dalam kondisi hamil."

Sekalipun aku membenci Emmeric juga istrinya aku merasakan lemas di seluruh tubuh, hanya ketika aku menyadari bisa saja aku yang berakhir viral di internet karena jebakan Linda seandainya tuan muda tidak cepat datang tadi malam, hatiku sedikit membaik.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang