18. Sudah Memperhitungkan

10K 748 23
                                    

Aku terbangun di atas sebuah sofa empuk, kepalaku berada di pangkuan seseorang sedangkan tangannya melingkar di pinggangku. Pria itu duduk tertidur sambil menopang kepala dengan tangan kanan di sandaran kursi. Aura hangat juga sinar matahari pagi membelai tubuhnya yang tertutup pakaian, keseluruhan bewarna hitam.

Dengan panik aku duduk, mendorong seperti begitu kaget. Bagaimanapun aku terpesona, pria yang tak diketahui wajahnya itu...ini sangat membawa keanehan. Dengan tergesa aku pergi meninggalkan kamarnya, terlihat jelas dia sudah terbangun walau hanya bergumam.

Aku berlari ke kamarku, tidak memperdulikan Reva yang bingung. Sepanjang malam berkata aku tidur di kamar tuan muda, sampai memberi susu yang ada di freezer pada Kela. Sebagai ibu sangat tidak berrtanggung jawab, rasa bersalah menyelimuti hatiku.

Dengan segera aku pergi ke kamar mandi, mengisi penuh bathub dengan air panas. Sinar matahari pagi begitu hangat, sayangnya aku menggigil kedinginan. Aku berendam di air hangat. Membaringkan tubuhku lalu merasa rileks, aku ketiduran  kemudian bermimpi buruk. Dalam mimpi melihat Linda memukul Kela sampai berdarah. Saat itu aku melihat bayangan tuan muda, di dalam mimpi wajahnya begitu tampan tapi aku tidak tau tau bentuknya bagaimana. Aku hanya meyakini dia begitu menarik dan indah.

Tuan muda membawaku pergi sambil menggendong Kela, aku membalikkan tubuhku melihat Linda tenggelam dalam genangan darahnya sendiri. Tuan muda tersenyum mengatakan orang yang mengganggu aku dan putri angkatnya akan membayar dengan nyawa.

Aku terbangun dengan terengah. Mimpiku sangat sadis dan mengerikan, apa mungkin jauh di dalam hatiku aku membenci sosok Linda yang telah menjadi istri Emmeric, menggantikan posisiku? Ataukah aku selama ini sangat ketakutan sehingga berharap dilindungi oleh tuan muda?

Aku mengeringkan tubuh dengan handuk, mengenakan pakaian yang sopan. Setelah menggendong dan menyusui Kela, aku pergi ke dapur melihat pelayan wanita menyiapkan sarapan. Pelayan wanita membuat kue dadar, dengan sandwich berisi daging dan keju.

Pagi terasa tenang, sekalipun kemarin berbicara mengenai sesuatu yang tidak masuk akal bersama tuan muda, aku pikir tidak perlu terlalu memikirkannya. Ternyata pagi yang tenang juga tidak berlangsung lama. Terdengar suara langkah yang dibuat-buat menghentak datang, aku keluar dan melihat sosok wanita di ruang makan. Dia menghancurkan semua piring juga hidangan yang telah tersedia di sana. Itu adalah kakak ketiga tuan muda yang bernama Elysa.

"Dasar tidak tau diri! Berani sekali mengganggu aku!" Elysa berteriak-teriak memanggil nama tuan muda. Aku tadinya mau bertanya tapi seketika tidak jadi, melihat wajahnya yang membengkak karena begitu marah tidak cocok dengan pakaiannya yang modis.

Reva membawa Kela keluar, matanya semakin merah. Melihat Kela seketika meneriaki Kela anak haram, jadi dia memang menduga kalau Kela anakku dan tuan muda di luar nikah? Hatiku tercubit mendengar dia mengatakan putriku seorang anak haram.

"Jaga mulut anda, Nona!" Aku berteriak marah. Elysa semakin mengamuk sampai kursi meja makan didorong jatuh ke lantai.

"Dasar wanita jalang! Jangan mentang-mentang berzinah dengan Zola di sini kamu berbuat seenakmu! Pikirmu kamu siapa?" Dia berteriak-teriak kesetanan, mengancam mau membakar bungalow karena jadi tempat pendosa.

Reva begitu marah, melihat wajahnya merah seperti kulit kepiting di rebus. Dia siap menerjang Elysa, hanya saja dia menggendong Kela. Tentu tidak bisa melakukan hal itu.

"Bicara sembarangan, apa mulut anda tidak pernah diajari ya?" Aku berkata tegas, dia mau menyerangku. Tapi aku merasakan angin berkibas. Tuan muda mencengkram tangannya.

"Zola! Brengsek kamu bajingan!" Dia meronta-ronta bagai kesetanan.

"Mau melawanku?" Suara tuan muda dingin dan mengerikan, seketika aura itu mendiamkan Elysa. Dia langsung gemetaran. Elysa mengumpat dan mendesis, matanya melirik ke arahku yang berada di belakang perlindungan tuan muda. Merah penuh kemarahan.

"Lihat saja kamu, Zola. Jangan kamu kira aku akan berdiam diri telah diperlakukan begini." Elysa kemudian menendang kursi, mendadak mengaduh kesakitan karena kebodohannya sendiri. Dengan wajah merah karena marah bercampur malu dia keluar dari bungalow sambil berlari.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku bertanya heran. Kami baru beberapa hari di sini, sudah mengalami penyerangan dan pengrusakan demikian massive.

"Tidak ada." Tuan muda berkata dengan nada santai. Tuan muda memerintahkan pelayan wanita agar memanggil beberapa pelayan dari rumah utama untuk membereskan jejak kehancuran yang dibuat oleh Elysa tadi juga membuat sarapan ulang. Kemudian tuan muda segera pergi meninggalkan kami, kembali ke kamarnya.

Aku menggendong Kela dan pergi bersama Reva dan pelayan wanita ke halaman belakang untuk bergosip. Di halaman belakang ada spot seperti kolam pemancingan, memang orang kaya luar biasa.

Dari yang kami dengar ternyata Elysa marah, dia telah mengincar saham sebuah perusahaan. Siapa menyangka tuan muda yang berhasil mendapatkannya.

"Tuan muda Zola sangat pintar bermain saham, dia diam saja sudah menghasilkan uang." Pelayan wanita memuji. "Tuan Zola sangat jenius. Karena itu disayang oleh tuan besar, membuat iri kakak-kakaknya yang lain."

"Pantas saja tuan muda Zola memilih hidup tenang di tengah gunung, siapa yang sanggup kalau setiap saat ada macan betina mengamuk dan menghancurkan barang-barang." Reva mengomel dengan sangat cepat.

"Kalau tuan besar tau, beliau akan marah sekali pada Nona Elysa. Biasanya tuan muda tidak mau melaporkan, pelayan juga tidak berani. Kalau ada yang melapor akan disiksa oleh Nyonya Besar." Lanjut Pelayan wanita.

"Pantas saja anaknya tidak ada yang beres, memang sudah salah asuhan." Reva berkata ketus, dia tersinggung karena Kela dikatai anak haram ditambah aku juga dikatai wanita jalang penzinah. Aku mau marah dan menamparnya tadi, dihalangi tuan muda sehingga tidak jadi. Sejak kecil diajarkan oleh orang tua, jangan sampai harga diri diinjak-injak. Tak peduli dia siapa, pasti akan melawan sebisa mungkin.

"Seminggu lagi tuan muda akan berulang tahun yang ke -27, jadi saat ini pasti nyonya besar dan nona-nona yang lain sedang merencanakan sesuatu. Di sana nanti sudah jelas tuan besar akan mengumumkan kalau perusahaan akan diteruskan oleh Tuan Muda Zola.

"Memang kenapa baru sekarang, Bu? Apa tidak dari dulu saja?"

"Tidak paham juga, dulu tuan muda tidak mau. Tampaknya beberapa bulan yang lalu berubah pikiran. Tuan besar merasa diri sudah semakin tua, tidak mau menyuruh anak perempuan menggantikannya."

"Tidak ada yang salah juga kalau digantikan oleh anak perempuan." Aku berkata.

"Memang, hanya saja. Anak-anak perempuan Hadikusumo tidak dapat diandalkan, begitu ada permasalahan tidak bisa menyelesaikan. Yang pertama Nona Lany dia sudah bercerai dengan suami, karena suaminya suka berjudi dan main perempuan. Menghabiskan harta keluarga untuk gundik-gundiknya."

"Menjijikkan laki-laki macam itu." Reva melotot.

"Yang kedua Nona Melly, lebih suka menjadi model dan artis ketimbang mengurusi perusahaan, tidak tau kapan menikah. Hanya berganti-ganti pacar, tidak ada ya serius."

"Makanya nona besar berharap sekali pada Nona Elysa untuk menggantikan  Tuan Besar, terutama Nona Elysa memang paling berambisi. Apalagi dia bertunangan dengan seorang anak pengusaha besar juga."

Ya, aku memang pernah mendengar itu diungkit di meja makan.

"Melelahkan juga jadi orang kaya," keluh Reva. Kami memandangi ikan koi yang berenang-renang di kolam. Pond di belakang bungalow terlihat seperti alami dengan batu-batu yang cantik dan bunga teratai mengapung di atasnya.

 Pond di belakang bungalow terlihat seperti alami dengan batu-batu yang cantik dan bunga teratai mengapung di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08-25/03/20

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang