Belakangan aku selalu tersenyum, Reva menggodaku setiap hari. Bagaimana tidak tersenyum, tuan muda sangat perhatian dan penuh kasih sayang. Aku melihat Reva dan Kela yang merangkak di lantai. Hatiku bahagia, mungkin setelah semua penderitaan yang aku lalui, ini adalah jawaban atas semuanya.Aku dan Reva bersiap menuju lokasi pagelaran, tadinya ingin membawa Kela, kasihan dia tidak pernah melihat dunia luar. Hanya saja memikirkan akan ada Emmeric dan istrinya tentu menakutkan.
Tuan muda berkata tidak bisa datang karena memiliki pekerjaan. Selama ini tuan muda sering tidak muncul, pekerjaan Grup Hadikusumo di handle oleh orang kepercayaannya, juga Elysa. Bicara tentang ibu tiri dan anak-anaknya, mereka seperti beraura pembunuh saat melihatku. Apalagi mengetahui aku dan tuan muda bersiap menggelar acara pernikahan, sedang Elysa merasa tersaingi, dia bahkan belum menyelenggarakan pesta pertunangan. Elysa ngotot ingin menikah duluan daripada aku dan tuan muda.
Reva menyetir dan kami pergi ke gedung pagelaran. Aku segera menuju belakang panggung untuk persiapan, dipikir-pikir biasanya aku selalu banting tulang saat ada pagelaran. Sekarang ini sedikit lebih santai, sekalipun pagelaran ini menyedihkan karena meninggalnya Jane, ini jadi semacam tribute untuknya.
Pagelaran berjalan dengan baik, bahkan semua undangan tampak antusias dan fashion blogger berlomba-lomba berbincang dengan Marwa. Koleksi musim panas kami memang berbeda dengan yang lain, karena memakai bahan tipis namun jatuh. Kami mendapat banyak karangan bunga juga ucapan selamat. Aku melihat orang yang aku kenal, Elysa dan Angel. Juga...uh...pria itu, Emmeric, dia datang sendiri tanpa istrinya. Mataku menatapnya penuh kemarahan dan dendam. Sayangnya dia tersenyum begitu menarik padaku, tidak sadar aku telah mengetahui jiwa iblisnya.
Secara keseluruhan pagelaran berjalan sangat sukses, sangat lelah tapi menyenangkan. Emmeric sejak tadi berusaha mendekati aku, tetapi karena ada Reva, dia bagai bodyguard mengawasi setiap gerak gerik Emmeric. Bahkan selalu menggandeng tanganku saat berbincang-bincang dengan beberapa orang. Kami melihat Emmeric mulai berbicara dengan undangan VIP juga Marwa sambil tertawa gembira.
Saat melihat Reva makan kue sambil memegang garpu, aku ingin merebutnya dan menusuk Emmeric. Tetapi lagi-lagi aku tahan. Aku sudah berniat untuk membiarkan kepolisian yang mengusutnya, sekalipun itu mungkin sulit mengingat posisi Emmeric. Saat ini aku ingin fokus mengejar hari-hari yang tenang bersama keluarga kecilku dan juga....dia...
Aku terkesiap melihat tuan muda datang, dengan jubah hitam dan juga topeng. Mataku seketika berbinar dan memandangnya sampai tak mau lepas, Reva mencubitiku dan terkikik geli. Semua mata memandang ke arah tuan muda, lihat dia, setelah aku tau wajahnya baik-baik saja bahkan begitu mempesona, melihatnya memakai topeng aku merasa tuan muda sengaja mencari perhatian. Tetapi, itu ada baiknya juga begitu, bagaimana kalau semua melihat dia yang tampan dan begitu berkuasa? Bisa-bisa banyak wanita akan mengejar dan menggodanya.
Tuan muda mendekati kami, aku diam dan mengulum bibirku. Reva segera meninggalkan kami, berkata mau mencicipi kue-kue. Aku tau dia hanya ingin aku dan tuan muda berduaan.
Beberapa tamu undangan segera menyambut tuan muda, sekalipun perusahaan Emmeric yang menjadi sponsor di pagelaran kami, sosok tuan muda tentu tidak dapat diabaikan. Seketika Emmeric berada di dekat kami, aku menjadi emosi. Dia jadi memiliki kesempatan, karena ada tuan muda dia sengaja mendekat dan berpura-pura mengajaknya berbincang.
"Zola, akhir-akhir ini sering mencuri perhatian. Padahal, selama ini tidak mau mengikuti acara." Emmeric berkata sambil tertawa, aku rasa itu tawa yang pura-pura. Tawanya berhenti seketika saat melihat tangan tuan muda melingkar di pinggangku. Beberapa undangan yang juga berada di sekitar kami terlihat tidak menyadari sikap Emmeric.
"Mau bagaimana lagi, calon istriku ini sangat sibuk. Aku harus menemaninya, takutnya banyak yang akan main mata dengannya. Kamu tau bukan kalau aku sulit mencari pasangan, Emmeric?" Tuan muda menjawab begitu, wajah Emmeric seketika pucat.
"Calon istri?" Salah satu tamu undangan tampak antusias, mengucapkankan itu sembari melirikku. Pastilah dia mengira aku mau dengan tuan muda karena aku bermata hijau alias mata duitan.
"Aku tidak tau kalian akan menikah." Emmeric berkata bernada pahit.
"Begitulah, hidup ini terkadang aneh. Bukan begitu?" sahut tuan muda.
Emmeric sepertinya mengepalkan tangan, tentu aku mengetahuinya, aku memperhatikan gerak geriknya.
"Zolandra Hadikusumo, memilih wanita dari kalangan biasa. Apa sudah mempertimbangkan dengan baik?"
Aku melihat ke arah Emmeric dan ingin memangsanya. Hanya saja tuan muda menarikku dengan lebih erat. Membuat aku menahan diri, lagipula tidak mungkin aku sebagai desainer 'Masa Lalu' bertengkar dengan sponsor sendiri.
"Hal semacam itu, aku tidak memerlukan pendapat orang lain. Cukup aku saja yang menilai." Perkataan tuan muda sangat pas, Emmeric sudah tidak bisa mencari bahan obrolan mengenai itu lagi. "Tentang masa lalu dia, aku tidak peduli."
Aku melihat ke arah tuan muda, seketika mendekatkan kepalaku ke lengannya. Tidak peduli kalau seperti kekanak-kanakkan atau memanas-manasi Emmeric, wajahnya terlihat membara bagai arang terbakar. Dia tidak malu menunjukkan mimik seperti itu di hadapan orang-orang? Kasihan istrinya, tetapi aku tidak jadi kasihan kalau mengingat perilaku mereka. Bahkan hewan liar saja tidak sekeji mereka berdua, perpaduan mereka sungguh sempurna.
Tamu lain berkata semoga berbahagia, tapi Emmeric tidak mengucapkan sepatah kata lagi mengenai hubunganku dengan tuan muda. Mereka akhirnya membicarakan bisnis.
Sepanjang malam, tuan muda tidak mau berpisah. Bahkan ketika aku bermaksud ke toilet, dia memaksa Reva menemani, keposesifan tuan muda itu apakah sifatnya? Atau karena dia takut peristiwa saat ulang tahunnya dulu terjadi lagi, di mana dia harus menusuk orang karena aku. Aku seperti mabuk kepayang pada tuan muda malam itu, sungguh! Sekalipun Emmeric sangat tampan dan berwujud sempurna, aku tidak meliriknya lagi, bahkan tidak mau mengaguminya. Yang kulihat hanyalah tuan muda. Tidak mengerti kenapa bisa begitu.
Saat acara hampir bubar, Emmeric berkata pada tuan muda.
"Bisa aku bicara sebentar dengannya?"
"Aku tidak mau." Aku seketika berkata. Tuan muda melihat.
"Dia tidak mau, Emmeric."
"Hanya sebentar saja." Emmeric berkata lagi.
"Terserah padanya."
Emmric berjalan sedikit menjauhi keramaian dan aku mengikutinya, lagipula tuan muda melihat. Aku rasa Emmeric tidak peduli lagi pada image-nya, dia begitu marah sejak mendengar aku dan tuan muda akan menikah.
"Apa begini kamu mau membalas dendam?" Dia berkata sambil mencengkram lenganku.
"Lepas. Sakit."
Cengkraman Emmeric terasa melembut, "Maaf."
"Kamu cuma mau mengatakan itu?" Aku berkata ketus.
"Sebentar lagi aku akan bercerai, saat itu kembalilah padaku. Kita memulai lagi, seperti masa lalu yang indah." Emmeric bersuara menggoda, berusaha menyiratkan pesonanya. Di masa lalu kalau dia berkata seperti ini, aku pastilah bagai lilin terbakar, melelah.
"Emmeric hentikan! Bahkan aku sudah sangat muak denganmu, seandainya bisa aku ingin mengulang masa lalu agar tidak pernah bertemu denganmu!"
Sekalipun aku mendapatkan Kela dalam hidupku, aku kehilangan ayahku. Seandainya saat itu tidak bertemu Emmeric, ayahku pasti masih hidup tapi Kela tidak akan hadir. Seperti nyawa dibayar nyawa. Aku mendorong Emmeric, dia segera menarik tanganku kasar. Wajahnya yang lembut menghilang, terganti dengan raut wajah dingin dan kejam.
"Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil milikku, menikah dengan Zola tidak akan berhasil sekalipun dalam mimpi kamu, Selma."
Aku begitu menggigil mendengar suara Emmeric yang sangat dingin dan sinis, bahkan saat tuan muda memakai topeng tidak pernah berkata sedingin itu. Aku segera menghentakkan tangan.
"Ini terakhir kali kita bicara." Aku berkata pada Ememric, "Untuk seterusnya jangan muncul di hadapanku."
Aku berlari meninggalkan Emmeric yang berwajah sangat murka.
☘️
08/04/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
Storie d'amoreHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...