20. Seorang Pecundang

10K 857 54
                                    

Tuan muda tidak membalas lagi ucapan Emmeric bahkan dia pergi meninggalkan aku dengan pria itu, aku merasa kecewa, bisa-bisanya berharap pada seorang pria seperti dia. Kompetisi keluarga kaya aku tidak bisa mengerti, tuan muda sudah merasa penghinaan.

"Selma." Emmeric menatapku dengan wajah tegang. "Kamu, terlihat cantik."
Emmeric ingin menyentuhku tapi aku menjauh.

"Jangan dekati aku."

"Sudah lihat, tidak akan aku biarkan ada lelaki lain memiliki kamu. Di dunia ini, hanya aku yang akan mencintai kamu. Apa kamu paham?"

Gaun tanpa lengan yang aku kenakan sekarang terasa begitu dingin.

"Kamu mendekati Zola, tidak berpikir pria seperti apa dia. Seorang monster, dia tidak akan memperlakukan kamu dengan lembut. Dia sangat berbahaya."

"Emmeric, kamu bicara apapun tidak peduli apapun. Aku tidak akan kembali kepada kamu." Aku mendorongnya, tetapi dia mencengkram pergelangan tanganku. Terlihat wajahnya jadi tidak sabar.

"Sudah aku bilang, tunggu sebentar lagi. Kenapa tidak sabar, malah mendekati pria lain. Jangan harap aku tidak menghukum kamu."

"Wahh---wahhh---" Suara itu membuat Emmeric melepas tanganku, entah kapan Elysa dan Angel sudah keluar dan berada di dekat kami. "Ini wanita penggoda baru ditinggalkan sebentar, sudah merayu suami seseorang."

"Elysa. Jaga ucapan kamu." Angel menegurnya.

"Sayang, jangan bilang kamu juga tergoda wanita ini! Tidak lihat dia mau merayu Emmeric." Wajah Elysa seperti siap menerkam.

Memandang Emmeric hanya diam tak berkutik, membuatku sangat muak. Citra, kekuasaan, harta semuanya lebih penting dari aku. Begitu masih tidak tau malu berkata mencintai aku?

"Hah...pria yang tergoda pada wanita penggoda lebih menjijikkan." Aku mengejek Elysa, di sini aku tidak peduli apapun.

Elysa dengan cepat melayangkan tangannya mau memukulku, tapi tamparan itu tidak terasa mendarat. Dia ditahan oleh sosok serba hitam. Tuan muda, dia kembali. Aku melihatnya dengan sebal, dia memutuskan kembali rupanya. Semua pria sama saja tidak dapat diandalkan.

"Zo--Zola!" Elysa, sekalipun selalu berkata yang jelek kepada tuan muda, dia terlihat takut.

"Kalau ingin jari-jarimu masih lengkap jangan sentuh dia."

Emmeric mendengus tak suka mendengat tuan muda membelaku, aku bergetar dalam kemarahan. Di depan orang lain dia membiarkan aku dituduh sebagai wanita penggoda. Aku merasa sesak dan segera berlari dari sana. Kembali ke bungalow, aku sepertinya akan terus berlari sepanjang hidupku.

Memasuki kamar, Reva kaget melihatku menghambur masuk dengan mata berkaca.

"Kak, apa yang terjadi? Apa Emmeric membuat masalah?"

Aku duduk di tepi ranjang mencari kehangatan dengan memandang wajah bayi polos.

"Sudah aku bilang tidak perlu datang untuk makan malam, sekarang kakak terluka tapi tidak mau membalas." Reva terlihat kesal.

Aku mencium pipi Kela, ayahmu seorang pecundang. Dia membuat ibumu seperti ini, nasib kamu sangat malang. Kamu tidak akan merasakan kasih sayangnya. Aku sudah tidak mau memikirkan Emmeric, tapi setiap menatap Kela, mau tidak mau teringat padanya. Aku khawatir tidak bisa move on seumur hidupku. Bukan move on dari perasaanku, tapi karena bayang-bayangnya yang menyebalkan.

"Selma!" Aku mendengar suara tuan muda memanggilku, aku menahan nafas? Kenapa dia terdengar marah?  Aku menoleh pada Reva.

"Kakak. Kenapa tuan muda memanggilmu dengan berteriak?"

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang