46. Pernikahan Impian

8.4K 613 44
                                    

Aku berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria tampan yang tidak pernah aku bayangkan akan menjadi suamiku di masa lalu. Pria hangat sekaligus misterius, mata yang bewarna hitam bagai batu alam juga wajah yang sulit berpaling saat memandangnya.

Pria itu membawaku ke rooftop hotel tempat pernikahan kami berlangsung, aku dengan gaun putih panjang yang dikerjakan sepenuh hati oleh atasanku berjalan perlahan mengikuti dia. Jas tuan muda begitu pas di tubuhnya, celana berbahan lembut membungkus erat kakinya yang panjang. Keseluruhan dia amat sempurna di mataku. Aku jadi ingin bertanya bagaimana penampilanku di  matanya.

Aku semakin terkesiap, seperti serbuk bintang beterbangan di sekitarku. Aku melihat balon udara yang bahkan tidak pernah aku mimpikan sebelumnya, kalau suatu ketika aku akan menaikinya dengan seseorang yang akan bersamaku sampai aku mati. Balon udara. Sebuah balon udara di pernikahanku, aku berhenti melangkah dan menutup kedua mulutku dengan tangan. Tangan tuan muda terjulur ke arahku, senyum menawan muncul di wajahnya yang rupawan. Aku meraih tangan itu dan masuk ke dalam balon udara. Balon udara membawa aku dan dia turun ke acara resepsi pernikahan kami. Mataku berkaca.

Di ketinggian, tuan muda memeluk pinggangku dan mencium bibirku mesra. Cahaya matahari menimpa tubuh kami dalam kehangatan. Pelan balon udara turun dan mendarat di hadapan tamu. Aku melihat tamu undangan memandang takjub seperti aku adalah wanita yang paling beruntung. Itu memang aku.

Resepsi dengan konsep pesta kebun dengan makanan yang semuanya berpenampilan indah. Juga dekorasi yang membuatmu merasa masuk ke dalam dunia peri. Aku bahkan merasa berada di dunia lain. Konsep pernikahan memang aku yang merencanakan, tetapi aku sendiri dibuat kaget. Kami memutuskan untuk menggelar private party tanpa mengundang wartawan, aku dan tuan muda sama-sama tidak menyukai publikasi.

"Istriku, kenapa kamu melamun?" Mendengar tuan muda memanggil dengan sebutan istrinya, aku jadi ingin menangis. Tetapi mana mungkin menangis saat ratusan mata menatap pada kami. Aku meletakkan tanganku di lengan tuan muda dan kami berjalan menuju tempat yang telah disiapkan. Aku melihat Reva tertawa sambil menggendong Kela, mengenakan gaun berwarna abu-abu lembut yang indah, bahagia sekali hatiku sampai rasanya kebahagiaan ini meluap dan membanjir keluar.

"A--aku ingin menangis." Berbisik di telinga tuan muda, bahkan suaraku sampai gemetaran. Dia hanya tersenyum dan membelai pipiku dengan kelembutan bagai sutra.

Aku melihat tuan besar yang tampaknya telah menerimaku sebagai menantunya walau tidak tau di dalam hatinya ada kekesalan tau tidak, juga keluarga tiri tuan muda, mereka datang tidak paham mau mengucapkan selamat atau berharap ada kekacauan di dalam pesta pernikahan kami. Tuan muda telah memberikan kepada kedua kakak tirinya hadiah pelangkah, itu mobil sport seri terbaru. Karena kalau tidak mereka akan terus meneror aku ke bungalow, terutama Elysa.

Elysa terlihat cantik dengan balutan gaun bewarna biru muda, dia menggandeng tunangannya, Angelo. Sahabat dari pria dari masa laluku. Dia melihat aku dengan wajah sedih bercampur prihatin. Di dalam hatinya, Angelo tak ingin aku menikahi tuan muda karena dia berharap aku kembali pada Emmeric. Emmeric. Aku tidak ingin mengingatnya apalagi di hari pernikahan.

Aku menatap birunya langit cerah, pernikahan dengan konsep garden party seperti ini sangat indah. Aku rasa ayahku membantuku dari atas sana, beliau ayah terbaik di dunia. Pasti menjaga kedua anaknya dengan baik. Seandainya beliau ada sekarang, aku pasti akan menangis berhambur ke pelukannya. Tidak peduli apapun.

Tuan muda di tengah acara yang tenang, walau tidak begitu banyak tamu undangan, menyuapi aku kue. Dia bilang, selamanya dia yang akan memberi aku nafkah. Aku cukup mengurusi dia saja dan tentu tidak lupa keluarga kami. Tuan muda selalu tidak pernah melupakan Reva dan Kela setiap mengucapkan kata-kata padaku, seperti dia menyadari kalau ada bagian diriku yang lain yang tidak bisa dilupakan. Dengan ujung jarinya membersihkan kue di bibirku.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang