19. Kedatangan Dia

10.5K 837 35
                                    

"Mungkin kamu cinta sejatinya." Kalimat itu disampaikan oleh tuan muda padaku, di pagi hari saat aku membawa Kela mencari kesejukan pada belaian angin. Aku tersenyum, mungkin sedikit sinis. Emmeric berkata akan pergi berkunjung ke rumah keluarga Hadikusumo untuk makan malam.

"Aku sudah tidak percaya cinta sejati, bagaimana kamu, Zola?"

Tuan muda, aku sangat ingin melihat wajah di balik topengnya. Aku terkadang merasa kalau luka bakar itu hanyalah tipuan. Tuan muda diam saja, tak mau menjawab pertanyaanku.

"Kamu ingin melihatnya, nanti malam?" Dia menanyaiku dengan pertanyaan yang berbeda.

"Aku ingin mencabiknya sampai mati."

Tuan muda segera merebut Kela dari gendonganku, "Mengatakan hal keji, bagaimana kalau putriku mendengar?"

Aku mengangkat alis, tuan muda memiliki pesona pria dewasa selain wajahnya yang masih menjadi misteri. Bahkan bersikap begitu protektif terhadap anakku. Itu suatu kewajaran, mengingat tuan muda melihatnya saat dia masih begitu merah, bahkan memberi dia nama.

Hanya saja, aku tidak sanggup berpikir ke depan. Bagaimana kalau tuan muda memiliki sifat jahat? Aku tak mau lagi membahas masalah pernikahan tak masuk akal, itu terlalu mengerikan. Menatap kemeja tuan muda yang bertekstur halus juga celana hitam yang membalut kakinya membuatku berpikir, kenapa aku merasa sedikit tak asing dengan sosok ini? Tapi aku segera memarahi diriku, imajinasiku telah terlampau banyak.

"Kehidupan tuan muda, enak sekali ya." Aku malah mengalihkan percakapan. "Hanya bermalas-malasan setiap hari. Aku tidak pernah melihat kamu bekerja."

"Tuan muda?" Dia seperti tertawa, seperti menatap Kela. Jangan bilang tuan muda ingin mencium pipinya, wajah Kela bisa terkena topeng itu. "Sulit sekali memanggil nama saja?"

"Habis sejak pertama bertemu, sudah ter-doktrin dengan istilah itu." Sebenarnya di waktu-waktu belakangan, hubungan aku dan tuan muda telah banyak mencair. Kami berbincang seperti seorang teman.

"Kela sepertinya mengantuk, aku bawa dia ke kamarku." Tanpa memperdulikan aku, tuan muda pergi membawa Kela. Aku sedikit berdecak dengan sifat dan sikap tuan muda, dia kadang penyayang, kadang aneh, belum bisa terbaca.

Setelah memikirkan beberapa kali, kehidupanku sebagai single parent tidak terlalu sulit juga. Bisa bergantian menjaga Kela dengan Reva dan tuan muda. Lucu juga, apa tuan muda sedang memainkan peran sebagai suami yang baik? Aku jadi tertawa di dalam hatiku. Duduk sambil menikmati teh memandang matahari pagi. Aku sampai melupakan nanti malam, pria yang menjadi ancaman itu akan datang.

Malam segera datang, tuan muda menyuruhku pergi makan malam, aku sudah menolak. Kukatakan tak mau melihat wajah Emmeric. Di dunia ini sekarang, dia adalah orang yang tidak ingin aku lihat lagi dalam hidupku.

Tuan muda menyuruh pelayan wanita menyiapkan gaun yang indah untuk makan malam, dibandingkan terusan yang aku kenakan saat pertama kali makan bersama keluarga tuan muda, sangat tidak layak dibandingkan.

Gaun itu tanpa lengan, panjang sampai ke mata kaki, sangat halus, bewarna hitam. Sedikit jatuh ditubuhku, hingga sedikit memperlihatkan lekukan tubuh. Reva memuja muji dengan kekaguman. Di luar aku melihat tuan muda dengan jas dan kemeja serba hitam, apa dia ingin menjadikan kami pasangan misterius abad ini? Berpakaian serba hitam.

"Apa Emmeric datang sendiri?" Sambil berjalan menuju rumah utama, aku bertanya pada tuan muda. Aku jelas tak mau bertemu istrinya yang bernama Linda itu, tidak dapat dibayangkan apa yang akan dilakukan olehnya.

Tuan muda tidak menjawab, kadang sikapnya mengesalkan. Setelah aku berpikir, tuan muda kerap tidak menjawab pertanyaanku.

Sampai di meja makan hidangan telah tersedia, aku melihat di meja telah lengkap sekeluarga Hadikusumo, Elysa memandang ke arah kami dengan raut wajah ingin membantai. Aku kaget melihat sosok di sebelahnya, apa itu tunangan dia? Angel? Betapa sempit dunia itu. Atau jangan-jangan lingkaran pergaulanku yang kurang?

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang