Aku menatap lurus ke depan, udara terasa hangat membelai kulit tapi aku bagai terbakar dalam ruang yang tak berventilasi. Sejak pagi hari hingga siang menjelang, beberapa kali tuan muda menanyakan kesungguhanku? Aku tau dia khawatir, dengan sifatnya yang melindungi. Mungkin tak inginkan aku menjadi sasaran pembicaraan publik. Aku tau, suamiku bukan khawatir pada nama besar keluarganya. Tetapi, dia memang mengkhawatirkan aku.
"Nena." Aku melihat di salah satu meja, temanku saat di sekolah menengah atas dulu. Kami cukup akrab, dia sekarang menjadi seorang reporter di salah satu stasiun televisi. Aku juga melihat seorang kameramen bersamanya.
"Selma." Dia berdiri. Kami berpelukan dan saling mencium pipi.
"Makasih, sudah bersedia datang." Aku berkata. Kami duduk kembali, aku menoleh ke sekitar. Restoran yang dipilihkan oleh tuan muda, dia pasti sudah meng-clearnya agar tidak ada pengunjung yang datang. Keheningan menyelimuti aku dan Nena.
Nena menatapku dengan sedikit ragu, "kamu yakin ingin melakukan pembicaraan ini?"
Terdengar suara nafasku, Nena tidak tau garis besarnya. Tapi, sebagai seseorang yang berasal dari dunia pemberitaan, dia jelas tau setiap berita punya sisi buruk dan jelek.
Minuman yang dihidangkan tidak menggugah seleraku, aku hanya berharap tidak mengatakan hal yang salah dan berbalik menyerang diriku sendiri.
Setelah basa basi singkat dalam interview yang telah di sorot media, Nena mulai menanyakan pertanyaan soal kehidupan pribadiku, kisah asmaraku sebelum menikah dan juga bagaimana aku bisa bertemu dengan tuan muda. Tentu saja aku menjawab, pertamakali bertemu saat aku mogok di gunung. Identitasnya sebagai polisi dulu, tidak mungkin aku ungkapkan. Walaupun aku tak yakin dengan wajahnya yang belakangan kerap muncul, masa tidak ada yang mengenali dia sebagai Davio?
Nena juga menanyakan soal Kela, yang diclaim oleh Emmeric sebagai anaknya. Aku berkata, saat berpacaran dulu melakukan dosa besar berhubungan dengan Emmeric sampai hamil. Tetapi saat mengetahui kalau dia akan menikahi wanita lain, aku pergi. Aku juga berkata telah mengatakan pada Emmeric kalau aku keguguran, karena tak ingin melanjutkan hubungan lagi.
Masalah perkosaan aku memutuskan untuk menutupinya, pertama karena aku tau keluarga Thomas akan serta merta menuntutku atas pencemaran nama baik. Kedua, karena rekam jejak di internet, bagaimana saat Kela dewasa nanti? Dia akan mengetahui kalau dia anak korban perkosaan, perasaannya sangat hancur. Setelah memiliki anak, aku jadi menyadari betapa seorang perempuan bisa menahan diri hanya untuk menjaga anaknya.
Nena berkali-kali merasa prihatin atas apa yang terjadi, setelah ini keluarga Hadikusumo akan makin memandang rendah padaku. Ternyata aku adalah wanita yang sudah tidak suci saat menikah. Air mata terasa menumpuk di kelopak, seperti ingin membanjir menjadi air terjun.
Aku bertahan, ini adalah kehidupan yang harus aku jalani. Aku sudah lelah menyembunyikan diriku. Juga Kela, aku tak mau terus menerus menyembunyikan dia. Biarlah manusia menghakimi aku, karena seperti apa yang aku lakukan, akan selalu ada manusia yang menatapku sinis.
Jadi aku tidak peduli.
Nena berkata dengan nada prihatin, dia bilang berita mengenai aku mungkin akan menaikkan karirnya. Tetapi, sebagai seorang teman dari masa lalu, dia berkata aku memiliki waktu sampai besok untuk membatalkan hasil interview itu.
Kami berpisah saat mulai sore, aku kembali ke rumah disambut oleh kesunyian. Setelah mandi dan membersihkan diri, aku memanaskan makanan untuk makan malam. Setelah langit gelap, aku pergi ke beranda belakang. Menatap rembulan.
"Menikmati bulan, kenapa tidak mengajak suami?"
Terdengar suara pelan di belakangku.
Aku menoleh, merangkulkan kedua tangan ke lehernya, mencium bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Heart (END)
RomanceHR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuanya. Setelah menolak keras, Emmeric menjebakku dan menghancurkan masa depanku, setelahnya kehidupanku...
