13. Kembali

10.7K 851 29
                                    

Mobil Range Rover putih membawa kami meninggalkan villa peristirahatan putra bungsu Hadikusumo. Tuan muda Zola duduk di bangku depan dan ada seorang supir yang suka bicara, mengoceh sepanjang perjalanan walaupun tuan muda sama sekali tidak merespon kata-katanya. Sepertinya dia adalah supir yang telah lama melayani tuan muda.

Aku melihat ke dalan gendonganku, berharap Kela tidak rewel di perjalanan ini, tidak tau apa yang dipikirkan tuan muda sejak dia memutuskan membawa kami ikut dengannya. Tapi pelayan suami istri juga ikut, dengan supir lain membawa mobil kami mengikuti. Tuan muda telah memerintahkan orang lain untuk mengurus villa.

Saat jam makan siang kami berhenti di restoran, semua mata melihat ke arah tuan muda. Mungkin mereka berpikir kalau dia adalah seorang penyamun dan kami serta Kela yang masih sangat bayi adalah sanderanya. Rombongan kami berjumlah tujuh orang, pelayan pria mengatur agar kami mendapat tempat yang lebih privacy karena tidak ada ruangan tertutup di restoran ini. Reva terlihat mulai mabuk, dia memesan secangkir teh panas. Kalau menjadi penumpang Reva sering mabuk darat.

Aku memperhatikan tuan muda, dia tidak makan. Bagaimana sulitnya makan dengan menggunakan topeng itu. Jadi apakah nanti dia akan kelaparan di perjalanan? Aku akhirnya berinisiatif meminta lauk yang kering-kering untuk dibungkus, juga dengan nasi yang dipisahkan.

"Kak, untuk apa membungkus makanan?"

"Tuan muda belum makan." Aku menjawab, Reva melirik ke arah tuan muda dan menunduk lagi melanjutkan makannya. Reva sungguh tidak berkutik di hadapan pria itu. Aku merasa tuan muda punya aura untuk menundukkan orang lain. Tuan muda ternyata bisa minum dengan menggunakan sedotan, aku merasa wajahnya lucu saat dia minum sekalipun aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku menyusui Kela dengan pakaian busui friendly sehingga dadaku tidak terlihat.

"Baju yang aneh." Tuan muda berkata. Apa di rumah, tuan muda tidak pernah melihat aku menyusui? Atau dia melihat tapi belum ada kesempatan untuk mengomentari. Mengatakan baju aneh, apa dia tidak sadar dalam kehidupanku ini, dialah yang paling aneh.

Pelayan pria membayar tagihan makan dan kami kembali ke mobil, aku memberikan makanan yang dibungkus dan minuman botol ke tuan muda.

"Pergilah makan di dalam mobil, kami mau mencari angin sebentar. Reva mabuk."

Dia terdiam agak lama, mungkin ragu-ragu. Kemudian dia menerima dan mengucapkan terima kasih. Kami memberitahukan supir agar tidak dulu masuk ke dalam mobil, kaca mobil bewarna gelap di dalam ada orang juga tidak akan ada yang tahu.

"Nona Selma, sungguh perhatian sekali." Pelayan wanita mengatakan padaku. Bahkan dia tidak berpikir untuk melakukan hal itu. Kami pergi duduk di kursi, sedang Reva menguruti lehernya dengan minyak angin.

"Bu, apa ibu pernah tinggal di rumah keluarga besar?"

"Ya. Aku mengikuti tuan besar sejak lama, beliau memintaku untuk mengurusi ibu tuan Zola. Tuan besar paling menyukai istri keduanya--"

"Memang istrinya ada berapa?" Reva memotong, aku menegur anak itu. Tidak baik memotong ucapan orang tua.

"Cuma dua."

Reva bergidik, dia paling membenci konsep kerajaan. Dimana seorang pria memiliki ratu dan banyak selir. Tapi benar sih, wanita mana yang mau? Semua wanita ingin menjadi satu-satunya.

"Lanjut-lanjut." Reva cengengesan, dia paling tertarik kalau mendengar cerita tentang tuan muda.

"--karena suatu malam ibu tuan Zola di aniaya oleh Nyonya Besar, sampai kepala Tuan Zola yang waktu itu berumur delapan tahun terbentur dan terluka, akhirnya ibu tuan Zola mengamuk dan mereka pergi tinggal di rumah yang berbeda."

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang